Setelah mesin motor menyala aku segera ikut naik ke atas motor milik pak Marvel.
''Semoga sukses bro'' ujar pak Boy saat motor yang di kendarai pak Marvel perlahan meninggalkan parkiran sekolah.
''Kamu ngak keberatan kan Dea menemani saya?'' Tanya pak Marvel di tengah perjalanan.
''Tidak pak'' jawab ku.
''Terimakasih ya Dea, sudah kasih saya kesempatan buat berjuang'' ujar pak Marvel tiba-tiba saat motor yang kami kendarai berhenti di lampu merah.
''I..iya pak'' ujar ku gugup karena melihat tatapan pak Marvel lewat kaca spion.
Melewati lampu merah, kurang lebih 20 menit akhirnya kami sampai di kantor Dinas Pendidikan. Pak MArvel turun dari motor kemudian mengambil sebagian berkas yang aku bawa.
''Sini saya bawa sebagian, ayo masuk''
Aku mengikuti pangkah pak Marvel masuk ke dalam gedung Dinas Pendidikan, cukup banyak berkas yang harus kami serahkan.
''Berikan berkasnya pada saya, kamu tunggu saya disini, saya akan antar berkas ini ke lantai dua'' ujar pak Marvel.
Aku memberikan sisa berkas yang aku bawa pada pak Marvel dan menunggu pak Marvel yang membawa berkas ke lantai dua.
Beberapa pegawai yang melewati ku menatap ku dengan berbagai ekspresi, ada yang tersenyum ada juga yang saling berbisik-bisik.
''Duduk nak'' ujar seorang pegawai wanita yang menghampiri ku membawa sebuah kursi plastik. Bu Meri namanya, itu aku ketahui setelah melihat nama yang terukir di seragam coklatnya.
''Terimakasih bu, tidak perlu repot-repot''
''Tak repot, duduklah dulu, pak Marvel mungkin akan sedikit lama di atas'' ujar ibu Meri.
''Baik bu, terimakasih'' ujar ku duduk di kursi yang di berikan bu Meri.
''Namanya siapa nak?'' Tanya bu Meri yang juga ikut duduk dengan ku setelah mengambil sebuah kursi lagi untuk dirinya.
''Saya Dealova Melody bu, panggil saja Dea'' ujar ku.
''Oh gitu, Dea ini anak wali pak Marvel?''
''Saya bukan anak wali pak Marvel bu hanya murid saja. Pak Marvel bukan wali kelas saya.''
''Oh begitu, ibu mau tanya sesuatu sama Dea, apa boleh?''
''Silahkan bu''
''Dea sama pak Marvel punya hubungan spesial ya?'' Tanya bu Meri.
''Eh.. tidak bu, hanya sebatas murid dan guru saja''
''Tapi yang ibu liat ngak seperti itu Dea, ibu bisa melihat jika pak Marvel itu suka sama kamu. Dari cara ia memperlakukan dan menatap kamu itu sangat tulus''
Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan dari bu Meri tak tahu harus mengatakan apa.
'Apa sejelas itu orang bisa melihat apa yang di rasakan oleh pak Marvel pada ku? Sementara aku sendiri tak merasakan apa-apa' batin ku.
''Saya dan pak Marvel hanya sebatas guru dan murid saja bu tak lebih dari pada itu. Lagi pula pak Marvel tak mungkin suka dengan saya bu, pak Marvel itu terlalu sempurna jika di sandingkan dengan orang yang serba kekurangan seperti saya''
''Cinta itu tidak memandang apa yang dilihat oleh mata manusia nak, tapi memandang apa yang di lihat oleh hati'' ujar bu Meri menggenggam tangan ku.
''Sedang membicarakan apa nih, sepertinya seru'' ujar pak Marvel menghampiri kami berdua.
''Lagi bahas masalah wanita, kamu tidak perlu tahu'' ujar bu Meri.
''Bibi selalu begitu, bagaimana kabar bibi?'' Tanya pak Marvel.
''Bibi baik nak, bagaiaman kabar ibu dan ayahmu?''
''Syukurlah, mereka baik bi, kami mau pamit bi, aku harus mengantarkan Dea pulang''
''Iya hati-hati di jalan, jaga anak orang dengan baik''
''Siap bibi, kami pamit dulu bi''
''Saya pamit bu, terimakasih sudah menemani saya'' ujar ku pamit pada bu Meri.
''Sama-sama nak''
Pak Marvel lagi-lagi menggenggam tangan ku dan membuat ku harus ikut melangkah mengikutinya.
''Pak'' ujar ku merasa risih melihat tatapan orang-orang yang melihat kami.
''Udah ngak apa-apa saya tidak akan makan tangan kamu''
Saat kami tiba di motor pak Marvel segera memakai helmnya begitu juga dengan ku.
''Kamu mau makan apa?'' Tanya pak Marvel saat motor kami meninggalkan halaman kantor Dinas Pendidikan.
''Saya tidak lapar pak, terimakasih tawarannya''
''Tapi saya merasa lapar, bisakah kamu temani saya makan siang?''
Aku jadi bingung harus menjawab apa.
''Baiklah saya akan temani bapak makan siang''
''Ok, kamu sukanya makan apa Dea?''
''Saya suka makan mie ayam pak, biasanya saya makan mie ayam yang ada di depan toko buku di lapangan pak''
''Oh begitu, kalau hobi kamu apa?''
''Hobi saya membaca sama berenang pak''
''Saya juga suka berenang tapi tidak tahu caranya berenang, biasanya saya pakai gaya batu hehehe'' ujar pak Marvel di ikuti tawa kecil yang membuat lesung pipinya terlihat.
'Bapak sangat manis kalau tertawa' batin ku.
Motor kami berhenti di sebuah kedai penjual mie ayam yang tak asing bagi ku, karena di kedai ini aku selalu makan mie ayam.
''Ayo turun, saya pengen nyoba mie ayam ke sukaan kamu''
''Iya pak''
Setelah memakirkan motor aku dan pak Marvel berjalan beriringan masuk ke dalam kedai.
''Neng Dea, mau makan mie?'' Tanya abang penjual mie ayam.
''Ngak bang, guru saya yang mau makan, silahkan pesan pak''
''Saya pesan dua porsi mie ayam dengan.. kamu mau minum apa Dea?''
''Saya... teh hangat saja pak''
''Mie ayam dua, teh hangat dua''
Setelah memesan kami duduk di kursi panjang, karena ini jam pulang sekolah banyak anak-anak sekolah yang sedang makan juga.
''Kursi yang kosong tinggal yang dekat pojok saja pak'' ujar ku melihat kursi yang hampir terisi penuh hanya di bagaian ujung kursi yang tak terisi.
''Ayo duduk disana'' ujar pak Marvel berjalan ke arah kursi yang kosong.
Setelah duduk aku memutuskan untuk minum air karena tenggorokan ku terasa kering.
''Kenapa bapak liat saya seperti itu? Apa ada yang salah pak?'' Tanya ku melihat pak Marvel yang sedang menatap ku sambil tersenyum.
''Ngak ada apa-apa Dea, saya senang saja liat kamu'' ujar pak Marvel yang membuat ku malu.
''Tapi saya malu pak'' ujar ku menunduk.
''Malu kenapa? Kamu sangat manis'' aku tersipu malu mendengar ucapan pak Marvel dapat kurasakan pipi ku menghangat.
''Neng, ini mienya, minumnya nanti di antar ya''
''Terimakasih mang Ardi''
''Sama-sama neng, pacarnya ya?''
''Eh.. buk...''
''Ia mang saya pacarnya Dea, nama saya Marvel salam kenal'' ujar pak Marvel menyalami mang Ardi, aku langsung menatap pak Marvel.
'ngomong apa pak Marvel ini? Siapa juga yang pacaran?' batin ku.
''Wahh salam kenal juga, saya mang Ardi penjual mie ayam hehehe, selamat ya neng semoga berjodoh'' ujar mang Ardi.
''Amin'' ujar pak Marvel.
''Pak Marvel'' ujar beberapa siswa yang sedang makan di kedai ini juga.
''Halo anak-anak, lagi pada makan siang ya?''
''Ia pak, selamat siang. Wah bapak udah punya pacar, banyak-banyak selamat pak''
''Ia anak-anak doakan kami berjodoh''
''Amin''
Aku hanya menunduk mendengar ucapan pak Marvel dan murid-murid itu.
''Ayo makan Dea, habis ini saya antar kamu pulang''
''I..iya pak''
Kami makan mie dalam diam, aku tahu pak Marvel terus melihat ke arah ku namun ku abaikan karena aku merasa malu karena di akui sebagai pacarnya di depan orang-orang padahal kami tak memiliki hubungan apa-apa.
Setelah makan aku lebih dulu keluar dari kedai, sedangkan pak Marvel membayar makanan kami.
''Terimakasih traktirannya pak, kami doakan kalian berjodoh'' teriak salah satu siswa yang tadi menyapa pak Marvel.
''Amin, sama-sama''
Aku tak tahu harus bilang apa saat ini, jadi ku putuskan untuk diam hingga akhirnya aku tiba di rumah. Aku hanya mengucapkan terimakasih kepada pak Marvel sebelum ia pulang setelah mengantar ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments