Pagi itu ibu kota terlihat mendung. Aping bergegas melaju kan vespa nya sebelum tertancap di jalan raya karena macetnya ibu kota.
Tin tin tin.
Suara klakson bersahut - sahutan membentuk lagu khas pagi hari. Bisa membuat siapa saja b***k seketika. Aping menambah kecepatan vespa nya. Sama saja roda vespanya berputar dengan kecepatan sama.
"Motor sialan!" umpat Aping.
"Motor tuanya ini perlu di servis. Atau di tukar tambah saja," pikir Aping.
Dua puluh menit berkutat dengan jalanan akhirnya Aping sampai.
Dia berjalan menyusuri lapangan sekolah. Jeritan menggema di sana sini. Banyak yang berbisik atau sekedar menyapa Aping saat bertemu di jalan. Aping hanya nyengir.
Dari belakang Ocy melihat Aping penuh tanda tanya.
"Apa cewek - cewek itu phobia cowok tampan? sampai Aping yang buluk bisa membuat mereka seheboh itu saat bertemu !"
Gak ada yang menjawab tekanan batin Ocy. Sebab hanya Ocy yang mendengarnya. Ocy geleng - geleng kepala melihat kebodohannya memikirkan cowok kerempeng itu.
Sampailah Aping di kelasnya setelah berjalan tujuh hari tujuh malam karena jarak parkiran dengan kelasnya berjarak ratusan kilo meter ukuran kaki semut.
Cen dan Zai menghampiri Aping yang duduk di kursi kebesarannya.
"Ping kita dapet tantangan dari kelas sebelah buat tarung, lumayan gede taruhannya," ucap Zai berapi - api.
Aping tahu maksud Zai. Memang banyak sekali preman - preman sekolah yang sok ingin melawan dirinya. Sebenarnya Aping ogah - ogahan bila harus berkelahi. Itu bukan hobi nya. Meski kadang harus sangat terpaksa meladeni mereka. Karena tuntutan profesi. Ehh
"Siapa dia?" tanya Aping. Zai tahu maksud Aping.
" Dia teman yang kemarin nglabrak lo Ping."
"Oh." Aping ber oh ria. Sambil mengangguk.
"Demi anak ayam kepentok jendela yakin deh yang bakal jadi cewek lo garing setengah mati, gue aja bisa gedek ama sikap cuek lo gini Ping," runtuk Zai , batinnya meronta - ronta ingin sekali menerkam temannya itu. Entah anugerah apa yang Aping dapat dari Tuhan hingga berperangai seperti itu.
Meski Zai tahu bagi sebagian orang itu musibah.
Ocy baru sampai di kelasnya. Menatap malas ke arah Aping.
"Ocy lo gak papa," tanya Iza teman sebangku Ocy.
"Gak kok gak papa."
"Eh lo tau gak Za kenapa tu cowok tengil bisa di idola in cewek sekolahan?" imbuh Ocy menatap ke temannya itu.
"Lo gak tau ya Cy bisa deketin dia itu dapet nilai plus di mata anak-anak sekolah."
Ocy makin bingung dengan jawaban Iza.
"Apanya coba yang keren dari cowok tengil itu," gumamnya.
"Lo bakal tahu kalo lo udah kenal dia jauh Cy. Auranya itu loh memikat cewek-cewek keren pokoknya," Iza bersemangat menceritakannya.
Ocy mangap gak percaya Iza pun ikut terpesona dengan Aping.
"Dunia sudah terbalik," gumamnya
Ocy membiarkan Iza ter senyam senyum memikirkan Aping. Lama - lama Ocy bisa ikutan gila bila membahas cowok tengil itu.
Bel masuk berbunyi. Anak - anak berhamburan masuk ke dalam kelas.
"Pak guru Killer masuk woey!" teriak salah satu anak kelas itu membuat semuanya senyap semata. Dalam hati mereka merapal mantra - mantra agar guru itu tak jadi masuk kelasnya. Dan cling guru itu melewati pintu ruang kelas. Semua mata menatap ke arah pintu sebagian mengelus dada serentak. Membuat dadanya semakin datar. Bersyukur guru itu melewati kelas mereka.
"Selamat pagi anak - anak!" sapa pak Gara guru Fisika itu. Bagai guntur di pagi hari.
Blesss semua anak lemas di tempat.
Terkecuali Aping yang sedari tadi udah ngorok. Pak Gara menatap lekat ke arahnya.
"Aping!" teriak pak Gara. Aping diam. Sekelas yang riuh paduan suara. Gawat gawat gawat.
Alamat singa bangun ketemu harimau jadi bulan - bulanan deh. pikir mereka kompak.
Aping masih ngorok di tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
ayyona
mampir lg
2020-08-15
0
Arpeni Komang
hahahaha..masih nyimak sambil senyum senyum sendiri 🤗🤗
2020-08-14
0
Yustila Santun
seru oooiiii...
2020-07-17
1