Bab 5 Dua Dunia

Keesokan paginya seperti biasa sebelum ke kampus aku singgah ke kantin untuk makan pagi. Saat makan aku mengingat kejadian kemarin mengenai Ayu dan bertanya kepada bu Indah.

“Bu saya ingin bertanya, Ayu semalam ada cerita sesuatu gak ke ibu pulang dari kamar saya??” tanyaku.

“Emangnya kenapa Lena??” bu Indah kembali bertanya.

“Soalnya kemarin malam tiba-tiba Ayu nanya bu, apakah saya bawa teman ke kamar. Sementara saat itu saya sedang sendirian.” Jawabku.

“Oh iya, dia bilang dia melihat bayangan manusia di kamar kamu Lena, namun saat dia mengintip memastikan kamu sedang sendirian. Tiba-tiba dia merinding makanya dia langsung pergi ke bawah.”

“Oh begitu ya bu, kemaren Ayu sedang lelah sepertinya ya bu.”

“Iya Len, Ayu emang sedikit sensitif anaknya. Tapi ibu rasa itu hanya perasaan dia saja, mungkin sejak awal dia sudah malas ibu suruh.”

“ Yaudah bu, nanti Lena aja yang ambil makanan ke bawah setiap jam 7 ya bu.”

“Gakpapa nak??”

“Gakpapa bu.”

“Maaf ya, Ayu memang begitu soalnya.”

“Iya bu, ibu tidak perlu meminta maaf begitu ke Lena.”

Ibu Indah tersenyum padaku. Setelah selesai makan aku pergi ke kampus dengan jalan kaki, namun sepanjang perjalanan aku berfikir ingin beli sepeda. Sepertinya akan lebih enak jika aku ke kampus naik sepeda.

Sesampainya di kampus teman-teman sekelasku pada membicarakanku karena itu terdengar olehku saat aku ingin masuk ke dalam kelas. Namun aku mengabaikannya, aku tidak terlalu peduli dengan mereka aku masuk tanpa melihat lainnya dan duduk di bangku yang masih belum berpenghuni.

Sheila yang memang sudah datang menghampiriku dan duduk di sampingku. Sheila berbisik padaku mengapa hari ini kelas ramai membicarakan aku.

“Len, lu di cari kakak kelas kita yang kemaren tau.” Ucap Sheila.

“Hah, kenapa aku di cari??” tanyaku bingung.

“Gak tau, katanya sehabis kelas ini dia bakal datang nemui kamu, kamu mau gak nemui dia??” Sheila memberitahuku dengan berbisik.

“Liat nanti deh, kalau bisa kabur, kabur aja kali ya. Bantu aku ya La, kayaknya aku mau di hukum deh karena gak OSPEK.”

“Nah itu dia, itu yang aku takutkan Len. Yaudah nanti kita pura-pura lupa aja ya.”

“Oke, thank you cantik.”

“Sama-sama cantik.” Sheila tersenyum ke arahku.

Dosen masuk berbarengan dengan kakak kelas yang mencariku, saat melihatnya masuk aku terdiam dan tercengang. Refleks aku melihat ke Sheila dan ternyata Sheila juga melihat ke arahku. Aku menghela nafas kasar, jelas rencanaku kabur darinya sudah gagal. Padahal baru direncanakan sudah gagal.

“Hari ini Jerry yang akan menggantikan saya mengajar ya. Dia asisten saya, jadi hari ini semua keputusan menurut dia. Jadi bagaimana sikap kalian semua akan di nilai olehnya dengan adil, karena saat dia mengajar menggantikan saya kedudukan saya dengannya adalah sama, saya harap kalian semua paham ya.” Ucap sang dosen.

“Baik pak.” Jawab kami semua.

Dosen itu pun keluar dari kelas, dan Jerry kakak kelas kami dia yang memberikan materi pada kami hari ini.

“Hari ini saya akan mengajar dengan santai, jadi kalian bebas bertanya dalam sesi tanya jawab nanti. Jangan kaku oke.” Ucap Jerry.

“Iya kak.” Jawab kami semua.

Di luar eskpektasiku, Jerry menerangkan dengan sangat baik. Sekarang aku paham kenapa dosen itu dengan tenangnya menyerahkan pekerjaannya pada Jerry. Karena memang Jerry sangat pintar dalam menjelaskan membawakan materi yang cukup rumit di mengerti.

Semua berjalan dengan lancar, tanya jawab pun berjalan lancar sampai tahap sebelum pulang Jerry memberikan kuis pada kami yang harus kami jawab dalam waktu 20 menit. Awalnya aku mengira Jerry mengerjai kami, namun kuis yang dia berikan adalah kesimpulan dari yang dia jelaskan tadi.

“Saya yakin tidak sampai 20 menit kalian akan dapat menjawab kuis saya, jika kalian dengan sungguh mendengarkan saya.” Ucap Jerry sebelum memberikan soal untuk kuis kami.

Sekarang aku mengerti apa yang dia katakan di awal, aku sangat bersyukur tadi sudah mendengarkannya dengan tekun dari awal, aku dapat menjawabnya dengan cepat. Akhirnya kelas pun selesai, aku masih menyusun bukuku namun Jerry sudah ada di depanku.

“Hmm Lena saya mau ngomong sama kamu, apa kamu masih ada kelas selesai kelas ini??” tanya Jerry.

“Tidak ada kak, hari ini hanya satu kelas saja. Ada apa ya kak??”

“Kalau begitu kita ngobrol di kantin ya, mau kan??” tawarnya.

“Oke kak.” Jawabku.

Sheila yang di sampingku berdiri dan pamit pergi padaku. Sheila langsung keluar kelas setelah berpamitan untuk pulang denganku, setelah Jerry selesai beberes aku dan dia pun duduk di kantin. Kami memesan makanan dan minuman sambil ngobrol. Sambil menunggu makanan aku pun bertanya ke Jerry maksudnya mengajakku ngobrol.

“Ada apa ya kak??” tanyaku.

“Aku tau kamu orang Sumatera panggil bang aja juga gakpapa kok.” Jawabnya.

“Oh iya bang, ada apa ya??”

“Aku mau tanya kemaren kamu benar-benar gak tau aku kakak kelasmu??”

Aku menggelengkan kepalaku sambil menatapnya, setelahnya kami terjebak dalam diam yang cukup lama. Hingga akhirnya makanan kami datang, sambil makan aku memecah keheningan di antara kami.

“Abang cuma mau tanya itu aja??” tanyaku membuka pembicaraan.

“Enggak sih, itu cuma alasan. Aku cuma pengen kenal lebih dekat aja denganmu, apakah kita bisa berteman??” jawab Jerry.

Aku langsung menatap heran ke arah Jerry, entah mengapa saat itu tiba-tiba Jacob terlintas di pikiranku. Aku merasa sedang berselingkuh di belakang Jacob, entah mengapa juga rasa bersalah tersirat di hatiku. Aku berusaha tersenyum mendengar ucapannya, setelah itu aku lebih banyak diam dan hanya menjawab pertanyaan jika dia bertanya padaku.

“Kamu anak keberapa??” tanyanya.

“Aku anak tunggal bang.”

“Sepi pasti ya.”

“Ya begitulah bang.”

“Kamu disini tinggal bareng keluarga??”

“Enggak bang, aku kos.”

“Berani juga kamu ya.”

Aku tersenyum dan Jerry pun ikut tersenyum, kami menghabiskan waktu sembari makan dan mengobrol. Walaupun lenih banyak Jerry yang seperti berusaha terus mencari topik untuk berbicara denganku. Akhirnya kami selesai makan, seperti tau aku mulai gelisah Jerry mengakhiri pertemuan kami.

“Thank you ya udah mau nemani aku makan siang.”

“Oh iya bang, terimakasih juga untuk traktirannya.”

“Sama-sama Lena, senang bisa ngobrol dan kenal kamu.”

Lagi-lagi aku hanya tersenyum, ku akui aku bingung harus bicara apa dengannya. Rasanya sangat canggung, aku hanya bisa tersenyum ke arahnya.

“Kamu mau saya antar pulang??”

“Oh gak usah bang, kos saya dekat banget dari sini. Saya pulang sendiri saja.”

“Baiklah kalau begitu, see you next time.”

“Oke bang, saya duluan ya.”

Aku langsung berdiri dan mengambil tasku.

Sembari Jerry berkata, “iya, hati-hati Lena.”

Aku langsung pergi seperti melarikan diri, walaupun dia tampan dan pintar entah mengapa aku terus memikirkan Jacob saat bersamanya. Karena tadi aku makan di kantin, aku membawa makan siangku ke kamar agar aku bisa makannya sore nanti. Hari ini aku memang pulang sangat cepat, jam setengah dua aku sampai di rumah.

Begitu membuka pintu kamar, aku sudah melihat Jacob duduk bersandar di atas tempat tidurku, tatapannya dingin ke arahku dengan wajah yang jutek. Aku bingung dia mengapa, tapi aku seperti merasa sudah ketahuan berselingkuh di belakangnya.

Aku masuk menutup kembali pintu kamar dan duduk di hadapannya menatapnya dengan wajah memelas. Aku juga gak mengerti mengapa aku begitu, tapi hatiku berkata dia kesal padaku karena aku makan bersama Jerry.

Bersambung...

Terimakasih untuk semua teman-teman yang singgah dan membaca cerita saya. Semoga cerita saya dapat menghibur teman-teman. Dukung cerita saya dengan cara :

*Like

*Komen

*Vote

*Tambahkan favorit

* Kalau teman-teman suka tolong beri hadiah untuk author ya, terimakasih semoga rejeki teman-teman selalu berlimpah.

Love you all ❤️.

Terpopuler

Comments

ChaManda

ChaManda

Wkwkwkwkw cemburu tuh si jacob

2023-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!