Aku duduk di kasur dan bersandar di dinding, Jacob juga duduk di kasur dan menghadap ke arahku. Kami mengobrol saling berhadapan.
“Lama juga kamu sekolah ya.” Ucap Jacob.
“Kenapa, kangen ya.” Jawabku dengan suara pelan.
“Idih pede banget manusia ini.”
“Halah, jadi hantu gausah gengsi kalau kangen.”
Jacob tersenyum dan menggelengkan kepalanya mendengar ucapanku yang spontan.
“Sekarang aku ngobrol dengan kamu pelan seperti ini saja ya, soalnya ada yang mendengar pembicaraan kita. Bahkan dia bisa mendengar suara kamu juga.” Ucapku sedikit berbisik.
“Baiklah, tapi kalau kamu bicara denganku di dalam hati aku juga bisa mendengarmu. Kamu lupa ya??”
“Oh iya ya.” Aku pun tertawa hampir kelepasan, namun aku tetap menahannya.
Aku berdiri dari kasurku memutuskan untuk mandi, karena tubuhku yang terasa lengket. Setelah selesai mandi, aku membuka laptopku. Ku lihat Jacob berbaring mengikuti caraku berbaring di kasur. Dengan menelungkup, aku melihat ke arahnya dan tersenyum karena dia mengikuti gayaku.
“Kamu mau ngapain??” tanya Jacob.
“Mau ngerjain tugas, aku ada tugas. Walaupun untuk minggu depan tapi aku takut jadi menumpuk jadi ku kerjakan sekarang saja.” Jawabku.
“Good girl.” Ucapnya tersenyum.
Aku mengerjakan tugasku ditemani oleh Jacob si hantu tampanku. Di sela mengerjakan tugas aku merasa buntu dan sedikit pusing, aku termenung melihat ke arah laptopku. Sebenarnya aku lelah dan sedikit jenuh, namun aku memaksakan diri agar tugas yang lain tidak menumpuk. Melihatku yang termenung Jacob pun bertanya padaku.
“Kenapa??” tanya Jacob.
“Aku pusing, buntu nih.” Jawabku dengan wajah memelas.
“Mau aku hibur??”
“Boleh, tapi dengan cara apa??”
“Aku bisa bernyanyi, dulu aku suka bernyanyi dan memainkan alat musik.”
“Oh ya, coba bernyanyi untukku.”
Jacob mulai bernyanyi, lagu yang sama sekali tidak familiar di telingaku. Jacob bernyanyi dengan menggunakan bahasa Inggris. Walaupun aku tidak familiar dengan lagunya, namun suara Jacob benar-benar bagus, suaranya lembut namun berat membuatku semakin terpesona melihatnya. Dengan sepenuh hati aku mendegarnya bernyanyi sambil terus menatap wajahnya yang amat sangat tampan.
Setelah dia selesai bernyanyi aku menepuk tanganku dengan semangat sampai lupa kalau aku harus memelankan suaraku agar tetanggaku tidak mendengarku. Jacob mengingatkanku memelankan suara tepuk tangan dan sorakku untuknya dengan isyarat menyuruhku untuk diam. Melihat isyaratnya aku spontan memelankan suaraku dan menahan tawaku, Jacob tersenyum ke arahku.
“Suara kamu bagus banget, aku suka. Tapi aku gak tau lagu apa yang kamu nyanyikan.” Ucapku dengan berbisik.
“Iya jelas kamu tidak tau, itu lagu kesukaanku dulu saat aku masih hidup.”
“Iya juga ya.”
“Emang kamu suka lagu apa, biar ku dengarkan dan ku pelajari. Setelah aku bisa akan ku nyanyikan untuk kamu, bagaimana??”
“Boleh, ide yang bagus Jacob.”
“Ya sudah kamu kerjakan lagi tugas kamu, sambil hidupkan lagu-lagu kesukaan kamu. Biar aku juga sekalian belajar.”
“Oke..”
Aku menuruti perkataan Jacob dengan menghidupkan lagu-lagu kesukaanku sambil mengerjakan tugas-tugasku. Saat asik mengerjakan tugasku pintu kamarku ada yang mengetuk.
Tok tok tok
Tanpa bertanya, karena aku pikir itu Ayu yang biasa mengantarkan makanan aku langsung membuka pintu kamarku. Saat ku buka, ternyata tidak ada orang di luar.
“Apa perasaan aku aja kali ya karena pusing ngerjain tugas.” Batinku.
Sebelum ku tutup pintu aku melihat jam di tanganku, aku memang selalu memakai jam tangan. Jam di tanganku tidak akan pernah ku lepas saat masih dalam hari kuliah. Karena aku memang anak yang gampang lupa akan barang, karena itu aku membeli jam yang anti air, anti badai.
Ternyata masih jam 7, pantas saja Ayu belum datang. Karena aku mengatakan pada ibu Indah untuk mengantar makan malamku jam 8. Aku menutup kembali pintu kamarku, begitu aku membalikkan badan kalian tau apa yang aku lihat. Aku melihat kepala menggantung terbalik tepat di hadapanku.
“Ya Tuhanku..” Ucapku kaget dan menutup mataku.
“Benar saja kau bisa melihat kami.” Ucap kunti yang mengagetkanku.
“Menyingkirlah dariku jika ingin bicara.” Perintahku.
Aku membuka mataku, benar saja dia sudah duduk di kasurku. Aku sangat kesal, hal ini yang ku hindari selama ini. Namun apa daya, aku sudah menarik perhatian mereka dengan berkomunikasi dengan Jacob. Aku melihat Jacob tidak lagi di kasurku, pantas saja si mbak ini bisa masuk ke kamarku. Ternyata Jacob sudah pergi entah kemana.
“Kamu mau apa ??” tanyaku dalam hati pada mbak kun.
Saat berkomunikasi dengannya aku sama sekali tidak melihat wajahnya yang menyeramkan. Aku memilih mengerjakan tugasku sambil berkomunikasi dengannya, walaupun ku akui aku sulit konsentrasi tapi setidaknya ada alasanku untuk tidak melihat wajahnya.
“Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau mau berteman dengan hantu itu.” Jawab mbak kun.
“Emangnya kenapa, dia baik kok.”
“Kau yakin bangsa kami semua baik??”
“Iya, aku yakin di antara kalian ada yang baik sama dengan manusia.”
“Kau tidak ingin bertanya namaku siapa, aku lebih tua darimu loh. Bisa-bisanya kau tidak sopan. Memang anak di zamanmu semuanya tidak ada yang punya etika.”
“Bagaimana kau ingin kami beretika denganmu, kau saja dengan sembarangan mengejutkan kami hanya untuk mengobrol dengan kami.”
“Aku tidak sengaja melakukannya, sejak aku mati aku jadi berubah seperti itu. Aku tidak bermaksud begitu tau. Siapa juga yang mau jadi buruk rupa begini padahal dulu aku sangat cantik.”
Aku menghela nafasku kasar karena semakin pusing di buat mbak kun yang tidak jelas. Namun aku berusaha tetap mengerjakan tugasku agar dia cepat pergi dari kamarku.
“Sebenarnya kau mau apa, jika tidak ingin menyampaikan hal lain. tolong pergi aku sibuk.” Ucapku dan mengumpulkan keberanian untuk melihatnya.
“Gausah marah-marah begitu nak, aku hanya ingin curhat denganmu tapi tidak hari ini. Tuh si ganteng sudah datang, panggil aku Ina, Raina oke jangan lupa. Aku janji tidak akan muncul begitu lagi.”
Dia pun menghilang setelah mengucapkan hal itu, dan benar saja Jacob kembali datang. Saat melihat Jacob aku langsung bertanya padanya dengan wajah masam.
...****************...
Tak lama setelahnya, Jacob datang.
“Kamu dari mana saja sih??”
“Kenapa emangnya, kamu di godain mbak-mbak ya.”
“Itu tau, kenapa kamu pergi??”
“Tadi aku ingin mengambil ini.”
Jacob meletakkan bunga mawar setangkai di mejaku, bunga mawar merah yang sangat indah. Melihat bunga itu di mejaku aku jadi terpana dan tersenyum bahagia. Aku melihat ke arah Jacob dengan senyum sempurnaku.
“Untukku??”
“Iya, jadi untuk siapa lagi.”
“Terimakasih.” Aku mengambil bunga mawar di atas meja.
Aku tidak pernah di beri bunga mawar oleh lelaki. Jacob yang pertama kalinya memberiku bunga, namun sayang dia bukan manusia nyata untukku, namun untuk sebuah makhluk dia adalah makhluk yang sangat manis bagiku. Pintu kamarku kembali ada yang mengetok, kali ini aku melihat jam dan bertnya lebih dulu sebelum membuka pintu. Karena memang aku sedikit trauma jadinya.
Tok tok tok
“Siapa ya??” tanyaku.
“Ayu kak..” Jawab Ayu.
Aku langsung membukakan pintu untuk Ayu, aku mengambil piring yang di pegang Ayu.
“Terimakasih Ayu..” Ucapku.
“Kakak kedatangan teman ya??” tanya Ayu sambil mengintip ke dalam kamarku.
“Hah, enggak kok. Emangnya kenapa??” tanyaku.
“Oh enggak kak, gakpapa.” Jawab Ayu.
Ayu langsung menunduk dan pergi turun ke bawah, aku sedikit aneh melihat tingkah Ayu. Namun aku berencana menanyakannya besok karena aku melihat wajah Ayu yang seketika jadi sedikit pucat. Seperti sedang takut, aku jadi tidak menahannya saat dia langsung turun ke bawah. Aku langsung menutup pintu kamarku dan makan malam di meja belajarku.
“Sepertinya anak tadi tidak sengaja melihatku.” Ucap Jacob.
“Apa iya ya??” tanyaku sambil melihat ke arah Jacob yang berdiri tepat di samping mejaku.
“Sepertinya sih begitu.”
“Biarlah kalau benar begitu, tapi apa sebelumnya sudah ada yang pernah melihat kamu selain aku??” tanyaku penasaran.
“Belum ada, baru kamu.” Jawab Jacob.
Aku hanya menganggukkan kepalaku, aku melanjutkan makanku dengan perlahan. Bunga yang diberikan Jacob untukku, ku letakkan di meja belajarku di atas buku.
“Sayang sekali aku tidak punya vas untuk bunga yang cantik ini.”
“Kalau begitu beli vasnya besok aku akan sering beri kamu bunga kedepannya.”
“Baiklah kalau begitu.”
Aku tersenyum ke arah Jacob, begitu juga dengan Jacob yang tersenyum ke arahku dengan lesung di pipinya. Jika kalian juga melihatnya, kalian akan mengakui bahwa dialah ciptaan Tuhan terindah yang pernah ada.
Bersambung...
Terimakasih untuk semua teman-teman yang singgah dan membaca cerita saya. Semoga cerita saya dapat menghibur teman-teman. Dukung cerita saya dengan cara :
*Like
*Komen
*Vote
*Tambahkan favorit
* Kalau teman-teman suka tolong beri hadiah untuk author ya, terimakasih semoga rejeki teman-teman selalu berlimpah.
Love you all ❤️.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
ChaManda
Romantis pula nih hantu satuuu😭😭
Btw author anak indigo kah??
2023-01-08
2