Bab 3 Dua Dunia

Hari ini adalah hari pertamaku masuk kuliah, aku sengaja menyetel alarm di dua ponsel dan satu jam di mejaku. Saat waktunya tiba semua berbunyi alhasil memenuhi seisi ruangan, namun aku sangat berat ingin membuka mata sampai akhirnya Jacob membangunkanku dengan berbisik di telingaku.

“Bangun Lena, ntar kamu telat loh. Masa hari pertama sekolah telat.”

Mendengar suara Jacob menyadarkanku, aku langsung bangun dan tersadar. Aku mengambil handuk dan peralatan mandiku, aku langsung bergegas mandi di kamar mandi. Aku belum sadar jika sekarang aku tinggal berdua dengan sosok lelaki di kamarku dengan santainya aku mandi seperti biasa tanpa mengenakan apapun. Syukurnya tidak terjadi apapun pagi itu.

Namun setelah selesai mandi aku melihat Jacob yang duduk di kasurku dan aku tersadar bahwa sekarang aku harus lebih berhati-hati. Walaupun dia hantu tapi dia adalah sosok lelaki, aku tidak bisa sembarangan lagi. Syukurnya aku selalu terbiasa memakai pakaian di kamar mandi, jadi tidak ada drama pagi ini. Setelah keluar dari kamar mandi, aku langsung menyatok rambutku dan dandan tipis-tipis.

“Itu apa yang kamu pakai untuk rambutmu??” tanya Jacob.

“Ini namanya catokan, alat untuk meluruskan atau merapikan rambut.” Jawabku.

“Oh begitu, padahal rambut ikal kamu sangat indah kenapa harus di luruskan.”

“Baru kamu orang asing yang bilang rambutku indah, teman-temanku saja bilang rambutku seperti singa yang selalu berantakan karena itu ku luruskan.”

“Karena kamu tidak tau cara merawat rambut ikal, rambut ibuku ikal juga dan rambutnya yang sangat indah bagi orang-orang sekitar kami.”

“Begitukah, kalau begitu nanti ajarin aku bagaimana ibumu merawat rambutnya, aku sekolah dulu ya. Jaga kamarku dengan baik, oke.”

Aku langsung berdiri, mengambil tasku dan berpamitan padanya untuk pergi sekolah. Jacob hanya tau bahasa Indonesia sekolah dia tidak mengerti kuliah jadi aku menyebut diriku sedang bersekolah dengannya. Karena memang pada dasarnya sama hanya penyebutan dan tingkatannya saja yang berbeda.

“Aku pergi ya..” Ucapku.

“Oke hati-hati ya, jangan lupa sarapanmu.” Jawabnya.

“Oke.”

Aku tersenyum dan mengunci kamarku, saat aku keluar kamar orang yang di sebelahku juga keluar kamar. Dia tersenyum ke arahku namun wajahnya sedikit berbeda menatapku, aku mengabaikan tatapannya dan berjalan di belakangnya menuju kantin. Aku sarapan sebentar sebelum akhirnya berangkat jalan kaki ke kampus. Karena memang kampusku sangat dekat dengan kosku, jadi aku memilih jalan kaki.

Hari pertama aku kuliah aku bertemu teman baru namanya Sheila, dia sangat manis dan lucu. Namun Sheila lebih tua satu tahun di atasku, namun begitu dia tidak ingin aku memanggilnya kakak jadi aku tetap memanggilnya Sila. Hari ini kami tidak di perbolehkan langsung pulang oleh para senior kami, senior kami masuk ke kelas terakhir kami dan menutup pintu.

“Lena kamu lihat deh kakak kelas kita yang bicara itu, ganteng banget ya.” Ucap Sheila.

Aku melihat ke arah Sheila menatap dan menganggukkan kepalaku.

“Menurut kamu gimana, ganteng gak??” tanya Sheila kembali.

“Hmm menurut aku sih biasa aja ya La.” Jawabku.

“Jadi ganteng menurut kamu itu gimana??”

Seketika aku langsung membayangkan wajah Jacob dan matanya yang sangat indah bagiku.

“Yang memiliki mata berwarna hazel.”

“Itu mah gak ada di Indonesia neng.”

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Sila, rasanya aku ingin cepat pulang ke kos melihat Jacob. Kakak kelas kami mulai bertanya mengenai OSPEK dan memerintahkan yang tidak ikut OSPEK harus ke depan.

“Siapa yang tidak ikut OSPEK, ayo maju ke depan.” Perintah kakak kelasku.

Tidak ada yang maju ke depan, membuatku mengurungkan niat untuk mengaku kalau aku tidak ikut OSPEK.

“Gadak nih yang mau ngaku, perlu aku panggil nih namanya.” Ucap kakak kelas.

Seorang pria berdiri dan maju ke depan, karena dia sudah berdiri di depan aku pun memberanikan diri dan ikut berdiri di depan. Namun ternyata dia bukanlah mahasiswa yang tidak mengikuti OSPEK tapi juga kakak kelas. Dia hanya menyamar menjadi mahasiswa baru dan aku melupakan hal itu bisa terjadi di masa-masa anak baru begini.

“Wah ternyata couple yang gak ikut OSPEK, kemana kalian gak ikut OSPEK, pacaran??” tanya kakak kelas.

“Enggak kak.” Jawabku datar tapi menatap kakak kelas itu.

“Kenapa kamu liatin saya gitu??”

“Karena kakak asal nuduh tanpa bertanya dengan baik.”

“Kenapa apa ada yang salah??”

“Maaf kak, tapi sepertinya etika dalam berbicara jika seperti itu sangatlah buruk. Seharusnya tanyakan alasan saya atau dia bukan menunduh menggiring opini buruk. Apa saya salah??”

Ucapku dengan lantang sambil menatap kakak kelas itu, akhirnya kakak kelas itu digantikan oleh temannya yang berdiri di sampingku. Begitu melihatnya mengulurkan tangan padaku dan mengenalkan diri aku merasa malu dan kakiku terasa lemas. Karena aku masuk dalam permainan mereka.

“Perkenalkan nama saya Jerry.”

Aku menyambut uluran tangannya.

“Saya Magdalena.”

“Salam kenal Magdalena, kamu menarik.”

Aku hanya terdiam menahan malu, ternyata yang di sebelahku adalah kakak kelasku juga, yang tidak ikut OSPEK di angkatanku ternyata hanya aku seorang. Saat ini aku benar-benar ingin menghilang dari kelas ini.

“Sial.” Batinku.

Sekarang aku mengerti kenapa Sheila tadi menahanku untuk maju, karena aku hanya sendirian. Karena aku sendirian, aku di hujani banyak pertanyan yang membuatku sangat muak. Syukurnya hal itu tidak berlangsung lama dan akhirnya kami di perbolehkan pulang karena waktu juga sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.

Aku meminta Sheila untuk menemaniku ke kamar mandi, begitu sampai di kamar mandi aku membuka pintu kamar mandi dan melihat sosok berdiri di sana. Jelas aku kaget.

“Hah..”

“Kenapa Lena??” tanya Sheila.

“Gakpapa kok La.” Jawabku.

Aku memberanikan diriku dan buang air kecil, benar saja sosok itu malah mengajakku bicara. Jika aku sudah bicara dengan satu makhluk otomatis makhluk lainnya akan mengetahui bahwa aku bisa melihat dan mendengar mereka.

“Kamu bisa melihatku kan??”

Aku hanya diam, karena sosok di depanku saat ini cukup menyeramkan walaupun aku tau auranya biasa saja tidak gelap yang berarti tidak akan membahayakanku. Wajahnya separuh gosong, luka dan mengeluarkan bau yang tidak sedap membuatku sedikit mual.

“Sudahlah jangan bohong, bahkan kamu saja udah bersentuhan energi dengan makhluk kami.”

Dari dalam hati aku berkata, karena aku tau dia bisa mendengarku. Aku melakukan ini karena aku takut Sheila mendengarku bicara dan menganggapku orang aneh. Aku hanya tidak ingin Sheila mengetahui hal lain dariku.

“Iya aku bisa melihatmu, please jangan ganggu aku.” Batinku.

“Aku tidak akan mengganggumu manusia, hanya memastikan saja. Kau tidak menarik bagiku.”

Aku lega mendengarnya mengatakan itu, aku bergegas keluar dari toilet, langsung menarik tangan Sheila untuk buru-buru keluar dari sana.

“Kenapa sih Len buru-buru amat??” tanya Sheila yang heran melihat gelagatku.

“Merinding tadi aku, makanya cepat-cepat keluar.” Aku berbohong pada Sheila.

“Kamu penakut juga ya, padahal kamar mandi kita terang dan bagus gitu.”

Aku hanya tersenyum melihat ke arah Sheila. Memang kamar mandi kami terang dan bersih, namun bukan berarti makhluk seperti itu tidak ada disana, makhluk halus berada di semua tempat di bumi. Hanya saja ada yang jahil menampakkan diri dan ada yang memang tidak akan terlihat oleh manusia biasa, namun orang sepertiku akan melihatnya walaupun tidak ingin karena memang itulah kekurangan yang ada padaku.

Ya aku menyebutnya kekuranganku, walaupun aku bersyukur Tuhan memilihku namun aku sama sekali tidak ingin bisa melihat mereka, mereka yang ku lihat tidak semua dalam keadaan baik-baik saja seperti manusia pada umumnya.

Bahkan dari mereka ada yang sangat aneh dan menyeramkan karena separuh manusia, separuh binatang. Ada yang bertanduk dan berekor, ada yang berbau melati namun ada juga yang berbau bangkai dan berbau amis.

Tapi tidak dengan Jacob, Jacob tidak mengeluarkan bau atau wewangian. Kedatangannya selalu di tandai dengan angin yang cukup kencang dan rasa merinding di sekujur tubuh. Itu yang menandakan bahwa Jacob akan datang dan berada di sampingku.

Aku dan Sheila berpisah di halte dekat gapura utama Universitasku, Sheila menunggu taksi sedangkan aku pulang dengan berjalan kaki. Begitu sampai kos, aku singgah ke kantin untuk makan siang walaupun ini sudah sore.

“Lena sudah makan siang tadi di kampus??” tanya bu Indah.

“Hanya makan roti bu untuk mengganjal saja.” Jawabku.

“Ya sudah kalau begitu makan dulu kamu ya baru ke atas.”

“Iya bu, nanti makan malamnya jam 8 aja ya bu di antar soalnya kan ini Lena baru makan.”

“Iya Lena. Oh iya ada yang ingin ibu tanyakan pada kamu.”

“Apa itu bu??”

Bu Indah bicara sambil menyediakan makananaku dan setelahnya duduk di hadapanku.

“Itu tadi pagi gadis yang di sebelah kamar kamu bilang ke ibu kalau malam dan tadi pagi kamu seperti bicara dengan seorang lelaki. Kamu tidak bawa teman lelaki ke kamar kan Lena??”

Deq, jantungku berdegup kencang. Aku berusaha mencari alasan agar tidak terdengar aneh oleh bu Indah. Namun aku juga sedikit bingung mengapa orang lain bisa mendengar Jacob, namun dia tidak tau bahwa itu hantu. Jika dia sama denganku pasti dia langsung mengetahuinya.

“Hah, enggak ah bu. Kalau Lena bawa teman lelaki pasti ibu taulah, kan jalan utama cuma ini bu. Semalam dan tadi pagi saya ngobrol lewat laptop, seperti video call gitu bu dengan sahabat lelaki saya. Saya memang sering seperti itu, dia sahabat saya sejak SMA.” Lagi-lagi aku berbohong.

“Oh begitu ya, maaf ya Lena ibu sudah berprasangka buruk.”

“Tidak masalah bu, wajar kok ibu bertanya begitu. Justru saya yang harus berterimakasih, karena ibu perduli sekali dengan saya.”

Aku tersenyum sambil menghabiskan makananku.

“Bu terimakasih untuk makanannya ya, enak sekali. Saya pamit ke atas.”

“Iya Lena.” Bu Indah tersenyum ke arahku.

Memang aku tidak membawa teman lelaki, tapi lelaki itu sendiri yang sudah berada di kamarku, pikirku saat itu. Saat berjalan menuju tangga, aku dapat melihat kamarku dari tempat aku berjalan. Disana aku melihat Jacob melambaikan tangannya kepadaku dan tersenyum ke arahku. Aku berjalan dengan cepat dan sedikit berlari menaiki tangga.

Aku sangat senang disambut seperti itu dengan Jacob, entah mengapa aku selalu ingin terus bersamanya, bercerita dan bercanda bersamanya. Begitu sampai di depan pintu kamar, aku langsung membuka pintu kamarku. Aku tidak ingin bicara di luar dengan Jacob, aku takut ada yang melihatku den menyangka bahwa aku tidak waras. Jacob mengikutiku masuk ke kamar, aku langsung menutup mengunci pintuku. Kunyalakan lampu dan Ac.

Bersambung...

Terimakasih untuk semua teman-teman yang singgah dan membaca cerita saya. Semoga cerita saya dapat menghibur teman-teman. Dukung cerita saya dengan cara :

*Like

*Komen

*Vote

*Tambahkan favorit

* Kalau teman-teman suka tolong beri hadiah untuk author ya, terimakasih semoga rejeki teman-teman selalu berlimpah.

Love you all ❤️.

Terpopuler

Comments

atulyaas

atulyaas

Menarik banget Thor ceritanya, mangatss yaa

2023-08-14

1

Noona 🌸

Noona 🌸

....

2022-11-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!