'Bagaimana caranya aku bawa dia ke rumah? Pasti abah sama umi kaget melihat gadis ini. Penampilannya saja seperti ini, bisa-bisa semua orang menyangka jika aku membawa seorang wanita malam,' ucap Ustadz Syabil dalam hati.
Ustadz Syabil terdiam dan berpikir keras. Penampilan seksi gadis ini benar-benar akan membuat se-isi rumah dan se-isi pondok pesantren gempar bahkan mungkin jantungan. Maka dari itu ia benar-benar harus berpikir keras. Ia sempat berpikir untuk meminjam pakaian santri putri yang mondok di pondok pesantren Salafiyah Raudhotul Jannah milik kedua orangtuanya itu. Namun, hal itu ia urungkan karena terlalu ribet dan pasti akan membuat para santri kebingungan.
"Ustadz, ayo kita turun. Aku sudah tak tahan," rengek Syahlaa sambil menggeliat-geliat kecil dan memegangi miliknya di bawah sana.
Ustadz Syabil tampak mendelikan matanya dan menatap risih pada gadis cantik itu. "Astagfirullahaladzim! Apa yang Anda pikirkan, wanita malang? Jangan membuat saya jijik. Hentikan kegilaanmu itu! Saya bukan lelaki hidung belang, ya! Jadi, saya nggak bisa melakukan apa yang ingin Anda lakukan."
Syahlaa mengerutkan dahinya dan menatap heran pada Ustadz tampan di sampingnya itu. "Ustadz bicara apa? Aku udah nggak tahan ingin buang air kecil. Astaga!" Manik matanya kini mendelik dan setengah kesal pada pria tampan di sampingnya itu.
Sontak saja Ustadz Syabil membulatkan kedua bola matanya penuh. Ternyata ia sudah salah sangka. Ia tadi mengira jika Syahlaa ingin melakukan hubungan ranjang. Nyatanya, Syahlaa ingin buang air kecil.
"Oh, maaf," ucap Ustadz Syabil dengan tatapan datarnya.
"Huh, makanya jangan suudzon, Ustadz. Begini-begini juga saya waniga baik-baik," ucap Syahlaa yang tampak menekan setiap ucapannya.
Ustadz Syabil mengusap wajahnya kasar. "Maaf, bukan maksud saya suudzon padamu. Tapi, tingkah kamu yang buat saya berpikir seperti itu."
"Hh Alasan!" desis Syahlaa.
"Apa katamu?" sosor Ustadz Syabil seraya menatap tajam.
"Nggak ada, Ustadz," jawab Syahlaa seraya menggeleng.
Ustadz Syabil mendelikan matanya dan mengusap wajahnya lagi. Malam ini ia sudah menodai kedua matanya sendiri. Terlalu sering ia menatap gadis cantik di sampingnya itu. Biasanya ia selalu menjaga pandangannya dari wanita-wanita cantik di luaran sana. Namun, malam ini, gara-gara wanita cantik dengan pakaian seksi itu, ia berkali-kali menodai kedua matanya.
"Bagaimana caranya saya bawa kamu ke dalam rumah dengan pakaianmu yang seperti ini. Abah sama umi pasti kaget," ucap Ustadz Syabil dengan pelan. Kini ia tak menatap wajah cantik wanita di sampingnya itu.
Syahlaa menurunkan pandangannya menyapu seluruh tubuhnya. Ya, ia memang terlihat seksi dan tentunya jauh dari kata sopan. Apalagi saat ini ia berada di kawasan pondok pesantren.
"Begini aja Ustadz, aku pinjam ini dan ini. Pasti bisa menutupi lekuk tubuhku ini." ucap Syahlaa seraya menunjuk apa saja yang ia butuhkan.
Ustadz Syabil tampak membulatkan kedua bola matanya penuh. "Apa? Ini kan milik saya!"
"Ya, aku tau. Tapi, aku pinjam dulu sebentar. Katanya aku nggak boleh pakai baju kayak gini?" ujar Syahlaa seraya menatap serius.
Ustadz Syabil terdiam sejenak dan seperti sedang berpikir keras. Kemudian ia pun mengangguk mengiyakan. Walaupun yang akan dipinjam oleh gadis asing itu adalah jaket dan sorban miliknya, tapi ia tetap meminjamkan karena untuk menutupi aurat gadis cantik yang ikut dengannya itu.
"Baiklah," ucap Ustadz Syabil sembari melepas jaket yang ia pakai. Kemudian ia meraih sorban yang ada di pangkuannya, "Cepat pakai," perintahnya sembari menyerahkan jaket dan sorban miliknya.
"Nah, gitu dong! Tunggu sebentar, ya. Ini kan bisa aku jadikan penutup kepala," sorak Syahlaa sambil meraih sorban dan jaket milik Ustadz Syabil.
Syabil hanya mengangguk tanpa memperhatikan wajah Syahlaa. Duduk berdua dengan seorang wanita yang bukan mahram dalam satu tempat sangat membuat Ustadz Syabil khawatir dan tidak tenang. Ia takut terjadi sesuatu padanya, mengingat jika ia sudah dewasa dan rayuan setan bisa datang kapan saja. Hal ity membuatnya ingin segera keluar dari mobilnya. Karena, jika ada manusia laki-laki dan perempuan berduaan. Maka yang ketiganya adalah setan.
"Taraa!" sorak Syahlaa yang berhasil membuat Ustadz Syabil sedikit terjingkat kaget.
"Astagfirullahaladzim! Ada apa sih?" desis Syabil seraya menatap kesal.
"Udah selesai nih. Gimana? Udah sopan, kan?" ucap Syahlaa seraya menyunggingkan senyuman menisnya.
Ustadz Syabil tampak menatap intens pada penampilan Syahlaa yang kini sudah terlihat sedikit lebih sopan. Sorban miliknya itu benar-benar dipakai sebagai penutup kepala. Dibentuk menyerupai khimar segiempat.
"Baik. Kalau begitu, ikut saya," ucap Ustadz Syabil seraya membuka pintu mobilnya.
Syahlaa mengangguk. Ia pun tersenyum dan membuang napasnya lega. Akhirnya ia bisa menemukan tempat untuk bersembunyi dari Berland dan Ayahnya sendiri. Tak peduli bagaimana caranya ia akan hidup di sana, yang penting saat ini ia bisa terlepas dari kekangan sang Ayah.
Batal menikah dengan Berland adalah suatu kebahagiaan baginya. Bahkan kini ia tak sempat lagi memikirkan bagaimana kesedihan sang Bunda.
Dengan pelan Syahlaa melangkahkan kakinya mengekori Ustadz tampan yang belum ia ketahui namanya. Suasana terasa asing baginya. Remang-remang terdengar suara lantunan ayat suci Al Qur'an yang mungkin dibaca oleh para santri di asrama.
Syahlaa yang sedari tadi ingin buang air kecil ditahannya hingga saat ini.
"Asalamualaikum," ucap Ustadz Syabil dengan lembut namun jelas. Kini ia sudah berada di depan pintu utama rumahnya.
"Waalaikumusalam!" terdengar sahutan dari dalam.
"Alhamdulillah, sepertinya masih ada yang terjaga," gumam Ustadz Syabil seraya tersenyum lega.
Syahlaa mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ia sendiri lebih memilih diam berada di samping sang Ustadz. Angin malam yang sejuk itu mampu menusuk ke dalam tulang. Syahlaa tak pernah membayangkan akan sejauh ini ia berkelana dan memutuskan untuk kabur dari rumah yang mewah dan serba ada.
Ceklek!
Seseorang membuka pintu. Hal itu membuat Syahlaa menoleh dan siap untuk menunjukkan dirinya pada keluarga Ustadz tampan yang sudah menolongnya itu. Ia masih ingat betul bagaimana cara ia bercerita tentang penculikan. Karena, sudah pasti keluarga Ustadz tampan ini akan bertanya tentang dirinya.
"Eh, si Aa udah pulang," ucap seorang wanita yang baru saja terlihat saat membuka pintu.
Ustadz Syabil tersenyum lantas mengangguk. "Belum tidur, Dek?" ia pun bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Gadis muda yang cantik itu pun menggeleng. "Belum, A. Sengaja meronda menunggu Aa datang. Hehehe.." ia gegas menutup pintu kembali.
Syahlaa yang masih diluar tampak kebingungan sendiri. Pasalnya, Ustadz Syabil kini sudah meninggalkannya masuk ke dalam rumah. Gadis cantik yang usianya lebih muda darinya itu pun sepertinya tidak menyadari kehadirannya.
"Astaga, kenapa aku dibiarkan mematung diluar seperti ini," desis Syahlaa sambil menatap sebal pada pintu.
Ia sudah tak tahan menahan ingin buang air kecil sejak tadi. Ia pun mencoba mencari toilet wanita disekitar sana. Untungnya kini tampak sepi dan pasti para santri sudah pada terlelap dalam tidurnya. Akhirnya ia sudah merasa lega setelah membuang air kecil ke toilet wanita yang ada disana. Ia pun kembali ke tempat dimana Ustadz tampan itu meninggalkannya tadi.
--bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments