Ustadz Syabil masih terdiam dan seperti sedang berpikir saat ini. Sementara Syahlaa tampak menatap dengan harap-harap cemas. Ia berharap lelaki tampan di sampingnya itu mau membawanya pergi dari tempat itu.
"Ayolah, Ustadz. Tolong bantu saya untuk kabur dari penculikan itu. Bayangkan saja jika saat ini yang terjadi pada saya, dialami oleh Kakak perempuan atau adik perempuan Ustadz. Bagaimana perasaan Ustadz selaku Kakak? Pasti sedih dan marah, 'kan? Makanya ayo bantu saya, Ustadz. Siapa tau apa yang Ustadz lakukan pada saya akan mendapat balasan yang lebih baik dari apapun,' ucap Syahlaa panjang lebar dan mulai memprovokasi pikiran lelaki tampan di sampingnya.
Ustadz Syabil semakin kacau dan dilematis. Namun, ucapan Syahlaa membuatnya sedikit bergidik ngeri saat membayangkan hal itu terjadi pada adik satu-satunya. Dengan pelan ia mengusap wajahnya dan membuang napasnya perlahan.
'Benar juga apa yang gadis ini katakan. Bagaimana kalau situasi seperti ini terjadi pada adikku, Azqia. Aku pasti sangat terpukul melihat adikku dalam keadaan sulit dan genting seperti ini. Baiklah, sepertinya aku memang harus menolong gadis ini," celoteh Ustadz Syabil dalam hati.
Syahlaa menatap keluar kaca pintu mobil yang ia tumpangi. Seketika wajahnya berubah pucat pasi dan kembali tegang saat melihat sosok Berland berada tak jauh dari tempat itu. Tangannya bergetar dan dadanya bergemuruh tak karuan karena takut Berland akan menemukannya.
"Ya Tuhan! Dia ada disini," desis Syahlaa sambil menatap syok dan tegang pada Berland yang terlihat sedang berdiri di samping mobil.
"Ada apa?" tanya Ustadz Syabil dengan tatapan datarnya.
Syahlaa segera mengatupkan kedua tangannya seraya menatap melas dan penuh permohonan pada lelaki di sampingnya. "Ustadz, saya mohon bantu saya. Tolong bawa saya pergi jauh dari sini. Orang jahat yang menculik saya berada di dekat sini." tatapannya begitu mengiba dan memelas.
Ustadz Syabil begitu kaget mendengar ucapan Syahlaa. Ia yang sudah merasa iba akhirnya mengangguk tanpa berkata apapun. Tanpa pikir panjang ia pun menyalakan mesin mobilnya lalu dengan perlahan melaju agar tidak mencurigakan.
"Oh Ya Tuhanku! Akhirnya dia mau menolongku. Terima kasih Ya Allah." Syahlaa menengadahkan kedua tangannya lalu mengusapkan ke wajahnya.
Ustadz Syabil yang sudah melajukan mobilnya kini tampak bingung harus membawa kemana gadis asing di sampingnya itu. Ia tidak mungkin menurunkan gadis cantik itu ditengah jalan begitu saja. Apa lagi yang ia tau kalau gadis cantik itu sedang kabur dari penculikan.
'Sepertinya gadis ini benar-benar sedang dalam keadaan hancur. Aku nggak akan tega membiarkan seorang wanita yang sedang dalam bahaya berjalan sendirian di tengah malam. Lalu, apa yang harus aku lakukan saat ini? Haruskah aku membawa gadis ini ke rumahku?' ucap Ustadz Syabil dalam hati.
Syahlaa sendiri kini menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya setelah ia merasa tenang. Ya, karena kini ia sudah dibawa pergi oleh seorang lelaki yang ia sendiri tidak tau siapa namanya. Namun, itu bukan masalah bagi Syahlaa, yang penting saat ini ia bisa pergi jauh dari rumahnya dan gagal menikah dengan Berland.
"Untung saja dia nggak menemukan saya. Mungkin kalau tadi kamu terlalu lama berpikir dan nggak segera menancap gas, saya yakin orang jahat itu akan berhasil menemukan saya dan menjual saya keluar negeri," ucap Syahlaa yang kini membuka matanya.
Ustadz Syabil tak menoleh ia sedang menyetir tampak fokus ke depan. Ia hanya menyimak karena telinganya tetap berfungsi dengan jelas. Kini, ia sudah hampir satu kilo meter menempuh perjalanan dari minimarket tempat ia bertemu dengan gadis cantik di sampingnya itu.
"Apakah Nona kenal dengan penculik itu?" tanya Ustadz Syabil tanpa menoleh.
Syahlaa terdiam sejenak. Tentu saja ia tidak akan menjawab jujur. Ia sudah terlanjur berbohong dan bersandiwara. "Nggak, Ustadz. Saya sama sekali nggak kenal orang itu."
"Kedua orangtuamu sudah tau?" tanya Ustadz Syabil lagi. Tumben sekali banyak bicara dan banyak tanya seperti wartawan.
"Nggak tau, Ustadz. Mereka menyangka saya bekerja di perusahaan. Padahal nyatanya saya diculik oleh orang jahat itu," jawab Syahlaa yang terus-terusan berbohong.
Ustadz Syabil tampak menarik napasnya dalam dan membuangnya perlahan. "Ya Allah, kasihan sekali. Jadi, apa rencana si Mba sekarang? Mau saya antarkan pulang ke rumah atau bagaimana?"
Syahlaa menggeleng, " Nggak usah, Ustadz. Karena...sebenarnya saya malu dan kasihan pada orangtua saya kalau mereka sampai tau yang sebenarnya. Saya belum siap mengatakan apa yang terjadi." ia terus bersandiwara.
Ustadz Syabil terdiam sejenak nampak sedang berpikir keras. Bagaimanapun, wanita di sampingnya itu orang asing dan baru bertemu dengannya. Walaupun dalam keadaan genting, tapi ia tak mau membawa-bawa seorang gadis yang bukan mahramnya.
"Kalau gitu, saya turunkan Mba disini saja, ya? Ini sudah lumayan jauh dari tempat tadi. Sepertinya penculik itu nggak akan sampai mencari kesini," ucap Ustadz Syabil seraya menepikan mobilnya.
Syahlaa terdiam dan menatap ke luar. Entah mengapa ia merasa berat untuk turun dari mobil itu dan berpisah dangan lelaki di sampingnya. Apalagi saat Ini ia benar-benar butuh tempat dan perlindungan.
"Di sini lumayan ramai, Mba. Ini ada sedikit uang buat beli minum atau makan," ucap Ustadz Syabil seraya menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan.
"Saya nggak mau turun disini, Ustadz," tolak Syahlaa dengan wajah memelas.
Ustadz Syabil mengerutkan dahinya, "Kenapa, Mba? Jadi, saya harus antarkan Mba ke mana atuh?" pemuda itu sangat bingung.
"Saya mau ikut dengan Ustadz," jawab Syahlaa tanpa ragu.
"Apa?" Ustadz Syabil menatap syok.
"Saya mohon, Ustadz. Saya benar-benar butuh tempat dan perlindungan. Saya ikhlas jika di rumah Ustadz nanti menjadi babu asalkan saya tinggal di sana dengan aman," Syahlaa memohon seraya mengatupkan kedua tangannya di dadanya.
Ustadz Syabil semakin bingung dan dilematis. Di satu sisi, ia kasihan pada gadis cantik yang sedang memohon padanya. Namun, di sisi lain, ia takut kedua orangtuanya akan menolak kehadiran gadis cantik ini. Apalagi pakaian Syahlaa saat ini jauh dari kata sopan.
"Ustadz, saya mohon!" Syahlaa kembali memohon. Kali ini ia menangkap tangan Ustadz Syabil lalu menatapnya melas.
Ustadz Syabil menepis tangan Syahlaa dan memalingkan wajahnya. Ia memang seorang lelaki yang selalu menjaga dirinya dari perbuatan zina. Menyentuh wanita yang bukan mahram baginya adalah suatu perkara yang menyeramkan.
"Baiklah, Anda boleh ikut dengan saya. Tapi ada syaratnya," ucap Ustadz tampan itu yang mulai luluh.
Seketika bola mata Syahlaa berbinar. Apapun syaratnya, ia pasti akan melakukannya. "Apa itu syaratnya?"
"Nona harus mengabdi pada saya dan keluarga saya," jawab Ustadz Syabil seraya menolehkan wajahnya dan menatap Syahlaa dengan tajam.
Syahlaa mengangguk tanpa ragu. "Hanya itu? Bahkan untuk melayanimu setiap hari pun saya akan sanggup."
Ustadz Syabil terbelalak kaget mendengar ucapan Syahlaa barusan, ucapan yang begitu bar-bar. Sementara Syahlaa hanya tersenyum nakal dan begitu santai. Kali ini ia semakin tenang karena lelaki di sampingnya itu sudah akan mengajaknya ikut ke rumahnya.
--bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments