"Hehehe..."
Reno tertawa geli melihat tingkah Syasya yang menyebalkan sekaligus menggemaskan. Ia menggelengkan kepalanya mengingat bagaimana hubungan mereka kedepannya.
Mobil yang dikendarai Reno menjadi pusat perhatian para siswa tak terkecuali dengan para guru. Mereka penasaran siapa yang mengendarai mobil mewah itu masuk kedalam sekolah.
Setelah Syasya masuk kelas Reno segera menuju kantor.
Sementara didalam kelas, Syasya langsung duduk dikursinya dengan wajah cemberut. Kedua tangannya dijadikan tumpuan dagu sambil menatap kosong kedepan.
"Sya... siapa yang nganterin lo?" tanya Dea sahabat Syasya, ia langsung menarik kursinya duduk disamping Syasya.
Sebenarnya Dea melihat Syasya turun dari mobil Ferrari berwarna merah karena mobilnya pas berada di belakang mobil Reno.
"Ya elah, malah bengong nih anak, Sya.!!" panggil Dea sambil mengibaskan tangannya dihadapan wajah Syasya.
Syasya masih belum mendengarnya.
"Sya!!" bentaknya sambil memukul meja dengan keras.
Prakkk!
"Copot, copot, copot, ah, sialan lo, apa sih!" kaget Syasya sambil memegang d@danya.
"Lo yang ngapain melamun? dari tadi gue nanya?"
"Hehehe.. sorry, nanya apaan emangnya?"
"Siapa yang nganterin lo kesekolah?"
"Lo liat gue?"
"Ya, kan mobil gue dibelakang lo."
"Mm.. i.. itu..." ucapan Syasya menggantung sambil berpikir, itu "Om gue, ya Om gue," jawab Syasya penuh keyakinan sambil mengangguk.
"Ah, siaalan! ngapain juga Dea ngeliat gue sih? Nggak mungkin juga kan kalau aku bilang dia kakak gue? ah, bodo amatlah!"
"Pagi anak-anak, sekarang kumpul tugas kalian dimeja ibu." ujar Ibu Mega, wali kelas dua belas A. "Syasya kamu tulis ini dipapan." lanjut Ibu Mega kemudian meminta Syasya menulis sifat koligatif larutan, pelajaran kimia.
Ibu mega paling suka menyuruh Syasya naik di depan menulis atau membaca materi.
Tau kenapa? karena Ibu Mega tahu Syasya paling tidak suka dengan pelajaran kimia. Dengan begitu Syasya secara langsung belajar, tidak bisa bolos lagi dan mengikuti pelajarannya dengan baik.
Sebenarnya Syasya anak yang pintar dan mudah mengerti. Tapi karena pergaulannya, dia mengabaikan pelajarannya.
Dringgggg...!
Bel istirahat berbunyi terdengar diseluruh kelas, menandakan jam pelajaran kimia telah selesai.
"Girls, kantin yuk!" ajak Syasya membuat teman-temannya segera berdiri menuju kantin.
Dikantin Syasya sedang menikmati makanannya bersama para sahabatnya. Tiba-tiba seorang laki-laki menarik tangannya dengan kasar menuju samping sekolah dimana tidak ada siswa lain yang dapat melihat mereka.
"Apaan sih Xel?!" kesal Syasya berusaha melepaskan tangannya.
Malu, tentu saja.
Sudah berkali-berkali-kali Syasya mendapatkan perlakuan kasar dari Axel di hadapan teman-teman dan sahabatnya. Tapi itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi mereka. Mereka tidak berani membela Syasya karena jika ada yang ikut campur, sahabat Axel yang lainnya akan bertindak kasar. Pacar yang bersamanya selama setahun itu sangat posesif terhadapnya. Tidak boleh ada cowok lain yang berbicara dengan Syasya selain dirinya. Apalagi ia mendengar dari sahabat-sahabatnya jika tadi pagi Syasya datang diantar mobil Ferrari warna merah.
Makin naik darah aja si Axel. Ia tidak rela jika pacarnya diantar orang lain. Maka dari itu ia harus memastikan yang mengantar Syasya laki-laki atau perempuan.
Kebayangkan bagaimana tertekannya Syasya?
Tapi dia tidak bisa begitu saja memutuskan Axel. Ketua osis yang bisa melakukan apa saja disekolah karena sangat berkuasa. Tidak ada yang berani melawan Geng X5, geng anak pejabat dan pengusaha yang beranggotakan lima orang, salah satunya adalah Axel.
"Lepasin!" sentak Syasya dengan sorot mata tajam, air matanya mengalir begitu saja tanpa henti, ia memegang tangannya yang memerah akibat cengkraman tangan Axel yang kuat. Lagi-lagi Axel menyakitinya dihadapan teman-temannya.
"Syasya sayang.. tenang! aku cuma mau ngomong!" Axel berusaha meredakan emosinya.
"Tapi kamu menyakitiku lagi, kamu sudah janji tidak melukaiku, tapi sekarang lihat!" Syasya memperlihatkan pergelangan tangannya yang memerah.
"Sakit ya? maaf.. aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya ingin bicara berdua denganmu sayang..!" bujuk Axel agar Syasya tidak marah dan berhenti menangis. Ia mengusap dengan lembut tangan Syasya tapi saya segera menarik tangannya.
"Nggak ada yang perlu diomongin!"
"Ada, diantar siapa kamu kesekolah, hah?!" bentak Axel.
Syasya diam membuat Axel semakin tidak tenang dan curiga. Axel menjabak rambutnya sendiri dengan kasar karena frustasi. Rasa sayang yang terlalu besar dan takut kehilangan Syasya membuatnya semakin posesif.
"Siapa Sya! jangan membuatku kehilangan kesabaran hingga berbuat lebih kasar dari sebelumnya,"
"Om aku," jawab Syasya gugup.
Axel memandang Syasya mengintimidasi. Dia tidak akan percaya begitu dengan ucapan Syasya. Jika orang itu benar-benar keluarga Syasya, kenapa baru sekarang dia muncul. Kemana aja selama ini?
"Om dari mana? Om ketemu gede? jangan coba-coba membohongiku, Sya!" ejeknya masih tetap menatap mata Syasya dengan tajam.
"Terserah kamu percaya atau tidak itu urusan kamu, Pokoknya aku mau kita putus!!" Tegas Syasya sambil menahan isak tangisnya.
"Putus? hehehe... Kita sudah beberapa kali putus, tapi kita selalu kembali bersama," Axel menarik dagu Syasya mencengkramnya dengan kuat hingga mencapit kedua pipi Syasya.
Mata Syasya semakin memanas dengan derai airmata yang kembali membanjiri pipi mulusnya.
"Kamu dan aku itu tidak terpisahkan sayang! kita saling mencintai dan saling membutuhkan!" Teriak Axel.
"Mencintai tidak pernah menyakiti Xel! Lo gila, psikopat! lo butuh psikiater, gue nyesel pacaran dengan lo!" balas Syasya.
"Tapi sayang gue nggak nyesel, lo yang membuat gue seperti ini, Sya! lo hanya milik gue, ingat itu." Sengit Axel, ia kemudian mendekatkan wajahnya, menarik tengkuk Syasya untuk menciumnya secara paksa.
"Aww.." pekik Axel tiba-tiba lutut Syasya terangkat kuat mengenai sesuatu dibalik celananya. Wajah Axel memerah, tubuhnya condong kedepan, tanggannya memegang miliknya menahan sakit hingga diubun-ubun.
"Kau..." Axel menunjuk wajah Syasya, ingin membalasnya namun kekuatannya tidak ada karena menahan sakit.
"Kali ini kita final!!" balas Syasya.
Axel mundur satu langkah, "Hehehe... omong kosong!" Axel tertawa sinis. Ia sangat yakin jika kata-kata yang keluar dari mulut Syasya tidak serius. Hanya membujuknya dengan rayuan gadis itu pasti akan luluh dan bertekuk lutut.
"Pokoknya gue nggak mau lagi balikan dengan cowok kayak lo!!"
Darah Axel semakin mendidih, rahangnya mengeras dengan tangan terkepal kuat. "Heh! lo tuh nggak usah sok jual mahal deh..! sudah untung lo gue jadiin pacar. Lo bisa populer disekolah ini itu karena gue!!" bentak Axel menahan sakit.
"Minggir!" Syasya ingin pergi namun Axel segera mencekat tangannya.
"Dengar Sya, sekali lagi gue tau lo dianter selain supir ke sekolah, lo tanggung akibatnya!" ancam Axel kemudian pergi meninggalkan Syasya.
"Lo ngancem gue lagi? kali ini gue nggak peduli! lo bakalan liat apa yang bisa gue lakukan untuk membalas lo."
Syasya mematung melihat kepergian Axel yang berjalan tidak seimbang karena kesakitan. Rasanya begitu sakit melihat laki-laki yang dicintainya ternyata seorang psikopat akut. Awal perkenalan Axel laki-laki yang sangat baik dan perhatian, namun lama kelamaan semua aktivitas Syasya disekolah dibatasi, Syasya hanya boleh jalan dengannya. Axel suka balapan motor dan mobil dan Syasya juga diajarinya. Syasya harus menjadi gadis penurut dan mengikuti semua kesukaan Axel.
Syasya menghapus air matanya kemudian kembali menuju kantin. Sahabat-sahabatnya masih setia menunggu disana. Pada saat Syasya kembali duduk, mereka langsung memperhatikan wajah Syasya.
"Lo habis nangis ya? apa kalian bertengkar lagi?" tanya Dea melihat mata sembab Syasya.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Diana Resnawati
tinggalin aja cowok kyk gitu,mending reno cuek tp ga nyakitin
2023-10-15
0
Mami Pihri An Nur
Baru jd pcr ko gitu main kekerasn, gmn klw dah jd suami hadehhh lebih parah,,
2023-09-16
0
'"d'azZam'🍁💞
kasian syasya kok mau sih bertahan lama sama cowok kayak gitu
2023-01-02
1