"Apa Syasya boleh nolak?" tanya Syasya balik dengan wajah memelas namun sangat lucu dihadapan keempat orang tua itu.
Yudi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia sudah hafal dengan sikap anaknya yang penuh dengan drama. Selalu membuatnya ketar-ketir menghadapinya disekolah, hampi tiap minggu ia harus menghadap ke ruang BK hanya untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan anak gadisnya yang bar-bar.
"Kalau nggak bisa ngapain nanya lagi?" Kesalnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha....." serentak keempat orang itu terbahak melihat wajah kesal namun menggemaskan bagi mereka. Namun tidak bagi seorang CEO yang berwajah tampan itu. Ia sama sekali tidak perduli dengan apa yang dilakukan gadis itu. Yang dia inginkan hanya segera menyelesaikan pertemuan yang membosankan itu kemudian segera berbaring di tempat tidurnya.
"Ren, kamu setuju kan?" tanya Dipta, walau dia sudah tahu apa jawabannya, tapi ia ingin mendengar dari mulut anaknya sendiri.
"Aku setuju." Reno mengangguk dengan wajah datarnya. membuat Syasya seketika shock.
"Hah???" Syasya membulatkan mata dengan wajah dongkol, ia tidak habis pikir dengan pria berwajah datar namun sangat tampan dihadapannya. "Ma... tolongin Syasya, rasanya mau pingsan aja. Eh, ide menarik tuh, gue pingsan aja deh biar obrolan yang nggak berfaedah ini berhenti," batin Syasya sambil menyembunyikan senyum liciknya.
"Jangan berpikir untuk pura-pura pingsan Sya, ingat fasilitas kamu," bisik Wulan.
"Ih, Mama pake tau lagi isi kepala anaknya, sudah seperti cenayang aja!"
Raut wajah Syasya seketika pias, tapi bukan Syasya namanya jika dia menyerah begitu saja. Sudah terlalu banyak rencana licik yang berputar dikepalanya untuk membuat Moreno tidak betah dengannya. Dia akan membuat laki-laki yang dipanggilnya Om itu menyerah dengan sikapnya yang suka bikin rusuh dengan begitu Moreno akan melepasnya karena tidak sanggup mengurusnya.
"Enak saja! mau menikah denganku? No way! tidak semudah itu fulgozo, hehehe... satu bulan akan cukup untuk membuatnya menderita dan membatalkan perjodohan ini."
Reno mengernyitkan keningnya melihat perubahan wajah Syasya yang baru saja pias berubah cengengesan. "Apa yang ada dipikirannya? dasar bocil labil!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan harinya Syasya menyelesaikan sarapannya kemudian mengambil tas dan sudah siap kesekolah, menyambar kunci mobil dan ponselnya kemudian segera keluar rumah.
Bip.. bip.. bip...
Suara klason mengalihkan perhatiannya yang hendak membukan pintu mobil. Wajahnya berubah dongkol saat melihat pria tampan yang baru turun dari mobilnya dengan memakai kaca mata hitam yang bertengger dihidungnya yang mancung.
Dengan langkah cepat Syasya menghampiri pria dewasa itu.
"Ngapain lo kesini?" tanyanya kesal sambil berkacak pinggang.
"Nggak sopan! Masuk!"
Tanpa aba-aba Reno langsung membuka pintu mobilnya dan mendorong Syasya duduk di samping kursi kemudi.
"Eh, eh!!"
Tentu saja Syasya kaget dan tidak bisa memberontak lagi. Ingin protes? tapi Reno segera menyusul duduk dikursi kemudi kemudian melajukan mobil Ferrari keluaran terbarunya dengan kecepatan sedang.
"Eh, ini namanya penculikan anak dibawah umur Om?" protes Syasya melirik Reno yang sedang fokus melajukan mobilnya.
"Om, Om, kamu pikir aku menikah dengan Tantemu?" gumam Reno dengan kesal.
"Loh, emang kamu sudah tua, pantasnya dipanggil Om kan? Eh, ngomong-ngomong Om duda beranak satu, dua, atau tiga? jujur aja ya Om! aku nggak siap punya anak tiri. Urus diri sendiri aja nggak becus! bagaimana mau urus anak-anak Om? mending Om cari wanita yang dewasa aja deh..!" cecar Syasya sambil menaikkan jari-jarinya menunjuk angka satu sampai tiga. Rasanya sangat lega mengungkapkan unek-unek yang bersarang dikepalanya.
Ciiiittt!!!!
Reno tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.
Reno melirik tajam gadis kecil yang duduk disampingnya, rambutnya yang panjang tergerai, dengan wajah tanpa make-up hanya menggunakan lip gloss dibibir agar penampilannya kelihatan fresh.
"Shh.. " ringis Syasya sambil memegang jidatnya yang terbentuk di dashboard. "Apaan sih Om? kalau mau mati jangan ngajak-ngajak dong?"
"Siapa yang ngajak kamu mati?"
"Om lah, siapa lagi?"
"Denger ya Sya!" Moreno menarik napas kasar, "pertama jangan panggil aku Om karena aku masih muda. Kedua kalau bicara dengan orang lebih dewasa yang sopan, jangan pakai lo dan gue, ngerti?!"
"Mana bisa begitu? pertama, umur Om itu jauh beda dengan gue, nggak mungkin dong gue panggil Mas, Kak, Papa atau Kakek? yang kedua, gue kalau ngomong memang sudah seperti itu, sulit ngerubahnya, gimana dong? lagian salah Om sendiri, sudah tua tapi masih mau aja dijodohin, emangnya nggak ada perempuan dewasa yang mau sama Om? nggak laku ya?" ejek Syasya.
Kali ini Moreno benar-benar kesal. Ternyata gadis kecil itu sangat cerewet, menyebalkan juga tidak bisa diam.
"Kamu bisa diam nggak?"
"Nggak bisa!!"
"Kalau kamu nggak mau diem, aku cium sekarang, mau!?" ancam Moreno sambil mendekatkan wajahnya.
Sontak mata Syasya membola kemudian menggelengkan kepalanya, ia segera menutup tapat mulutnya sambil memberi tanda kunci dengan tangan, seolah sekarang mulutnya sudah terkunci dan tidak mungkin untuk bicara.
Reno mundur sambil menyunggingkan senyum tipis di sudut bibirnya, untung Syasya tidak melihatnya. Ia kembali melajukan mobilnya menelusir jalanan ibu kota. Suasana tiba-tiba menjadi senyap, tidak ada lagi suara cempreng dari gadis yang sedang duduk manis dengan wajah ditekuk. Hanya suara klason dan mesin mobil yang terdengar. Tapi Moreno tidak tahu kemana harus mengantar Syasya karena orang tuanya tidak mengatakan apapun. Mereka hanya menyuruh Reno mengantar jemput ke sekolah gadis kecil itu mulai hari ini dan seterusnya.
Awalnya Moreno menolak, pekerjaannya hari ini cukup padat karena harus menghadiri meeting pagi-pagi. Tapi Dipta tidak mau menerima bantahan. Mau tidak mau jadilah Moreno memiliki pekerjaan baru dengan mengantar gadis kecil itu kesekolah, makin kesal aja Reno dipagi ini.
"Cil, sekolah kamu dimana?" tanyanya disela keheningan diantara mereka berdua.
Hening...
"Bocil!! sekolah kamu dimana?" tanya Reno ulang.
Hening...
Sunyi...
Senyap...
Reno menoleh pada gadis yang ternyata memakai headphone ditelinganya sambil menikmati lagu dari ponselnya. Dengan tangan kiri ia menariknya membuat Syasya medelik tajam.
"Bocil!! sekolah kamu dimana? cepetan! aku harus buru-buru kekantor."
Syasya menoleh kebelakang kemudian melirik Reno, dia masih dalam mode mogok bicara. Dari pada mendapatkan ciuman yang akan membuat bibirnya tidak perawan lagi, mendingan diam aja pikirnya.
"Wah... parah nih Om! masa sang primadona sekolah dikatain bocil!"
"Syasya! kamu nggak tuli kan?" bentak Reno dengan nada naik satu oktaf membuat Syasya tersentak.
Syasya menggelengkan kepalanya membuat Reno frustasi dan mengacak rambutnya yang tertata rapi.
"Jawab!!!"
"Udah boleh ngomong nih Om?"
"Ya ampun Sya...?" kesal Reno memukul stir mobilnya.
"SMA Muda Bangsa," jawab Syasya merasa sangat senang karena sudah berhasil membuat Reno tidak frustasi akan sikapnya. "Yes!!! sukses, tunggu aksiku selanjutnya Om."
Reno kembali fokus menatap jalanan, ia berusaha menurunkan emosinya yang hampir meledak. "Sabar... sabar.. benar kata Mama, aku harus ekstra sabar menghadapi spesies makhluk kecil ini."
"Om, gue turun disini aja." pinta Syasya sekitar lima ratus meter dari gerbang sekolahnya.
Reno mengernyitkan keningnya, menatap curiga dengan tingkah aneh calon istrinya.
"Jangan bilang kalau kamu mau bolos, ia kan? aku akan antar kamu sampai didalam sekolah dan akan pergi setelah pintu gerbang sekolah tertutup." ujar Reno sambil melewati gerbang sekolah dan menghentikan mobilnya di parkiran
"Hah?!"
"Kenapa? jangan membantahku! aku tau apa yang sering kamu lakukan disekolah, sekarang turun dan belajar dengan baik. Aku akan menjemputmu pulang sekolah, jika kamu tidak menungguku atau membuat masalah bersama teman-temanmu, maka aku akan menghukummu!" ancam Reno.
"Dasar Om tua nyebelin!" geram Syasa kemudian membanting pintu dengan kasar setelah keluar dari mobil Reno.
Prakkk!!!!
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Diana Resnawati
dasar bocil😁
2023-10-15
0