Hari ini adalah hari pernikahan Agnes dan Halim, semuanya sudah di persiapkan dengan baik dan khusus Agnes dia memakai wali hakim yang dia dapat dari pemerintah.
Semua itu Agnes tahu saat dia dan Halim bertemu seorang ustad yang menjadi konsultan pernikahan mereka bernama ustad Novri.
"Wali nikah adalah wali yang ditunjuk oleh pihak wanita untuk menikahkannya dengan pihak pria pilihannya, Wali nikah ada tiga macam, Wali nasab, Wali muhakkam dan wali Hakim, tapi yang banyak kita kenal adalah wali nasab dan wali hakim," jelas Ustad Novri memberikan penjelasan kepada tamu undangan di pernikahan Halim dan Agnes sementara menunggu Agnes bersiap.
Halim tampak berada di sana, dia sudah menunggu sedari tadi untuk memulai akad nikahnya.
"Nah yang kebetulan di pakai oleh ananda Agnes ini adalah wali Hakim, dimana wali nasabnya sudah gugur atau tidak ada, syarat wali Hakim itupun tidak sembarangan, ada beberapa syarat khususnya, sudah tidak ada garis nasab, wali nasabnya Mahfud atau hilang, wali nasabnya baid atau jauh, wali nasabnya sedang sakit, wali nasabnya sedang jauh dan wali nasabnya sedang umroh atau haji, nah yang terjadi pada ananda Agnws ini adalah wali nasabnya sudah hilang garis nasabnya sehingga mengharuskan menggunakan wali nikah."
Semua yang ada disana tampak menganggukkan kepala mereka mendengarkan penjelasan atas ilmu baru yang mereka dapatkan dari Ustad Novri.
Sementara itu Agnes sedang ada di kamar di rias, tidak ada satupun pihak keluarganya yang datang, bahkan Bu Sinta dan Glenda sendiri tidak hadir saat itu.
"Mbak, sudah siap?" tanya perias pengantin yang menangani Agnes.
Agnes mengangguk siap, kemudian keluar dari dalam kamar, pernikahan mereka diadakan secara resmi walaupun tidaklah juga tertutup, hanya beberapa kerabat dan tetangga yang datang.
Dan pernikahan Halim serta Agnes berlokasi di kediaman kedua orang tua Halim, Agnes tampak anggun dengan kebaya dan hijab berwarna putihnya sepadan dengan Halim yang juga ber-jas putih.
Agnes yang sudah siap duduk di samping Halim, dimana didepan mereka sudah Ustad Novri sebagai penghulu dan wali hakim dari KUA sebagai wali Agnes.
"Bagaimana, sudah siap?" tanya Ustad Novri kepada Agnes dan Halim.
Agnes dan Halim saling melempar pandangan, sebelum akhirnya mereka berdua mengangguk akan hal itu, Ustad Novri kemudian mengucapkan doa sebelum menjabat tangan Halim.
Mic sudah di arahkan ke wali hakim yang akan menjadi wali Agnes.
"Silakan, Pak," ucap Ustad Novri memberi arahan.
Wali Hakim tersebut mengangguk kemudian mulai mengucapkan kalimat akadnya.
"Saudara Halim Guna Hartawan bin Rinto Hartawan, saya nikahkan dan kahwinkan itu dengan Ananda Agnes Alaydrus binti Zulfikar Idrus, dengan mas Kahwin (dirahasiakan) dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!" A
Halim tampak terdiam sejenak dia seolah blank akan menjalankan pernikahan penuh sandiwara dan kepalsuan ini sekarang.
Ustad Novri mulai mengarahkan mic yang dia pegang kepada Halim dengan keadaan masih menjabat tangan Halim.
Halim tampak tegang, dia menghela napas panjang kemudian mulai mengucapkan kalimatnya.
"S-saya terima nikahnya, Agnes Alaydrus binti Zulfikar Idrus dengan mas Kahwin berupa (dirahasiakan) dan seperangkat alat sholat, di bayar tunai!"
Ustad Novri menarik mic kemudian mengonfirmasikan akad tersebut. "Bagaimana para saksi?"
"SAH!"
"Alhamdulillah!"
Ucapan serentak dari semua saksi membuat semuanya mengucap Alhamdulillah kemudian berdoa.
"Ya Allah, sekarang aku sudah Sah menjadi istri Mas Halim, sebuah pernikahan yang aku sendiri sadar di dirikan diatas sandiwara, jadikanlah pernikahan kami adalah pernikahan yang sesuai di atas syariat, walaupu nantinya aku harus berusaha sabar menerima posisiku," batin Agnes.
Sementara itu Halim tampak mengulurkan tangannya yang kemudian di Salami oleh Agnes hingga akhirnya mereka saling bertukar cincin nikah.
•
•
•
"Saya tidak akan memberikan formalitas apapun tentang pernikahan kita!" Halim melepaskan cincin nikahnya dan melemparkannya ke sembarang arah.
Ini adalah malam pertama Agnes dan Halim yang dimana sekarang Agnes sudah harus tinggal di rumah Halim yang terpisah dari orang tuanya.
"Kemasin bajumu! Angkat tasmu aku tidak ingin sekamar denganmu!" bentak Halim yang membuat Agnes kekeuh berdiri di hadapannya.
Bukannya pergi, Agnes malah mengambil tasnya kemudian duduk di ranjang kamar pengantin mereka. "Aku istrimu Mas, bukannya seharusnya kita tidur sekamar."
Halim yang mendengarkan itu langsung berjalan ke arah Agnes mendorongnya dan sedikit menindih tubuh Agnes, kini jarak wajah mereka sudah sangat dekat.
"Asal kamu tahu yah! Saya menikahi kamu hanya untuk warisan, jadi jangan berlagak seperti seorang istri, orang yang saya cintai adalah Glenda!" ujar Halim dengan napas yang menghembus di wajah Agnes.
Agnes mendorong pelan tubuh Halim sehingga membuat posisi Halim berdiri sekarang.
"Mbak Glenda? Mas yakin Mbak Glenda juga mencintai Mas?"
"Dia sudah menyelamatkan nyawaku dulu, jadi aku tidak ada alasan untuk tidak mencintainya begitupun sebaliknya," jawab Halim yang membuat Agnes tersenyum getir.
"Lantas kenapa bukan dia yang harusnya berada disini sekarang, kalau dia mencintai Mas Halim?" Agnes mengskakmat.
"K-karena dia ingin mengejar karirnya sehingga dia tidak mau menikah dulu sementara aku butuh warisan ini," jawab Halim gugup.
Agnes tertawa yang membuat Halim mendelik tajam. "M-Maaf Mas, aku merasa lucu aja, orang yang mau lihat orang yang dia cintai menikah dengan orang lain, jadi kayaknya rasa cinta Mbak Glenda harus dipertanyakan."
Halim terdiam, Agnes menepuk pipi Halim kemudian menatapnya dalam. "Selamat malam, suamiku."
Agnes berjalan ke ranjang tempat tidur kemudian tidur disana meninggalkan Halim yang masih berdiri kaku setelah berhasil di skakmat.
•
•
•
Suara dering ponsel membuat Agnes terbangun dari tidurnya, dia menatap sekeliling sebelum mengambil ponselnya dimana itu sudah jam satu malam.
Agnes menangkap posisi Halim yang tidur di sofa kamar itu, ternyata dering ponsel itu adalah dering ponsel Halim.
Agnes berdiri dan langsung berjalan mengambil ponsel Halim dan ternyata yang menelepon Glenda.
Agnes lantas mengangkatnya. "Halo, Mbak."
"Agnes! Kenapa kamu yang ngangkat, mana Mas Halim?"
"Dia tidur, capek mungkin setelah melakukan ritual malam pertama kami?"
Glenda terdiam di seberang sana menahan emosi di dadanya.
"Jangan bangga kamu, kamu hanya istri diatas kertas!"
"Setidaknya, aku istri sah, bukan hubungan tanpa status, Mbak mau dengan fakta bagus gak? Mungkin Mas Halim belum mengatakan cinta sekarang, tapi Allah adalah sang maha cinta, kita tidak tahu kedepannya."
Karena kesal dengan jawaban Agnes, Glenda langsung mematikan ponsel itu dan berdecak kesal, Agnes mengembalikan ponsel Halim kemudian berjalan ke sudut kamar mengambil cincin nikah mereka yang di lempar Halim.
Agnes kemudian berjalan kembali ke arah Halim, mengambil selimut kemudian menyelimuti Halim.
"Mas Halim mungkin aku yang memasangkan ini sendiri malam ini, tapi suatu saat nanti, Mas sendiri yang tidak ingin melepaskannya," ujar Agnes memasang cincin kepada Halim yang tertidur.
•
•
•
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mita Andromeida
awal cerita yang menarik....
2023-12-05
0
Lovita BM
good women
2023-10-12
0
Maya Ratnasari
kata kata yg terakhir di paragraf ini harusnya wali hakim thor, bukan wali nikah
2023-10-05
0