Agnes kini tengah terduduk di ruang tamu rumah yang menjadi tempat tujuan saat Agnes dibawa oleh Ibunya tadi.
Disini Agnes mendapat sebuah fakta baru dalam hidupnya bahwa sebenarnya Ibu Agnes ~Bu Sinta sudah menikah dengan almarhum Ayah Glenda itulah sebabnya Glenda adalah kakak tiri Agnes.
Dan kini Agnes yang dulu dibuang malah diambil kembali bukan untuk diperlakukan dengan baik melainkan untuk dijadikan boneka dalam kehidupan mereka.
"Kamu harus tahu yah, kamu dan Mas Halim nikahnya cuma settingan walaupun sah secara agama dan hukum sih, tapi jangan harap kamu bakal dicintai, maunya sih aku yang jadi istrinya Mas Halim, tapi aku gamau nikah sekarang, aku masih mau jadi wanita karir," tegas Glenda pada Agnes yang membuat Agnes menatapnya dalam.
"Terus, kenapa harus aku yang dijadikan kambing hitam?"
"Yah, demi harta warisan, guna kamu apasih, lagipula kamu bisa apa di saat-saat seperti ini, jadi lebih baik kamu pasrah aja yah," jawab Glenda yang membuat Agnes terdiam kaku.
Tak lama setelah ucapan Glenda, pintu rumah dibuka yang memperhatikan Halim di ambang pintu sudah rapih dengan jasnya, yang membuat Agnes bingung.
"Kamu udah nyiapin dia?" tanya Halim pada Glenda dan menunjuk Agnes dengan dagunya.
"Belumlah Mas, kan bajunya ada di kamu, gimana sih?" ujar Glenda yang membuat Halim menghela napas panjang. "Kenapa gak pakai baju kamu dulu sih?"
"Mas, baju aku tuh seksi semua, dia kan liat aja tuh auratnya cuma muka, mau pakai baju yang mana?"
Halim mendecih. "Tunggu, ada di mobil kayaknya."
Halim kemudian kembali keluar dari rumah bermaksud menuju mobilnya, sedangkan Agnes masih diam bersama Glenda.
"Mbak, ini maksudnya apa sih, aku mau dibawa kemana lagi?" tanya Agnes pada Glenda.
"Bisa diam gak sih? Nurut aja deh, Mas Halim bakal bawa kamu ketemu orang tuanya," jawab Glenda yang mengambil ponselnya kemudian duduk di sofa.
Tak lama kemudian, Halim kembali datang dengan membawa totebag berisi baju, ia kemudian memberikan totebag itu kepada Agnes. "Pakai ini, kamu akan ketemu orang tua saya."
Agnes terdiam, dia masih menatap totebag tersebut tanpa seucap katapun yang keluar dari mulutnya.
"Ayok, Pake!" Halim menaikkan nada bicaranya yang membuat Agnes langsung mengambil totebag itu.
Agnes mengambil totebag itu kemudian masuk ke dalam kamar yang diperuntukkan untuknya, di dalam kamar Agnes sempat terdiam perlahan, apakah harus begini nasibnya.
Gagal menjadi seorang dokter dan berakhir menjadi istri kontrak, Agnes hanya bisa mengeluh dalam hati, karena memang keadaan membuatnya sesakit ini.
Tok!
"Nes! Cepet! Kamu ngapain aja sih, kok lama banget?" Suara teriakan dari Glenda membuat Agnes menghapus air matanya yang sempat jatuh tadi.
Agnes kemudian mulai mengganti bajunya, ada sebuah dress syar'ii berwarna blush sepadan dengan hijabnya yang juga berwarna blush.
Setelah mengganti bajunya, Agnes kemudian keluar dari kamar yang langsung disambut oleh Glenda dengan tatapan sinis.
"Nanti kamu jangan sok caper yah, di depan Orang Tuanya Mas Halim!" ancam Glenda.
Agnes menganggukkan kepalanya sebentar. "I-iya, Mbak."
Agnes kemudian berjalan menuju ruang tamu di dampingi Glenda dimana di ruang tamu sudah ada Halim yang sedari tadi menunggunya.
"Sudah siap?"
"I-iya, Pak."
"Panggil saya, Mas Halim!"
Agnes kembali mengangguk, ia kemudian berjalan mengikuti Halim keluar dari rumah Glenda dan masuk ke mobil.
Di dalam mobil mereka tidak langsung berangkat, melainkan melakukan Briefing terlebih dahulu.
"Kalau orang tua saya nanya, berapa lama kita pacaran, kamu jawab aja tiga bulan, kalau orang tua saya nanya dimana keluarga kamu, kamu ga mungkinkan nunjukin Glenda sebagai keluarga kamu, kamu punya keluarga dari pihak Ayah kandungnya kamu Gak?" jelas Halim yang membuat Agnes menatapnya.
"Tidak punya, Mas."
"Yasudah jawab aja, kamu yatim piatu," jawab Halim yang membuat Agnes mendelik.
"Kan saya punya Ibu Kandung, Mas, masih hidup," sela Agnes yang membuat Halim tersenyum getir.
"Kamu pikir Tante Sinta, mau ngakuin kamu sebagai anak kandung? Terlepas dari faktanya begitu kan."
Agnes menunduk, faktanya memang benar begitu, dia adalah anak yang tidak diakui oleh ibu kandungnya sendiri, malahan ibu kandungnya lebih menyayangi Glenda yang merupakan anak tiri.
"Selagi kamu menurut, semuanya akan berjalan dengan baik, hanya tiga bulan dan setelah itu kamu bebas ingin melakukan apapun," Halim menatap Agnes kemudian mengambil sebuah map. "Ini kontrak pernikahan kita, isi dan baca dengan baik."
"Apa harus ada kontrak?" tanya Agnes yang membuat Halim menghela napas kasar.
"Selain saya, siapa yang ingin menikahi wanita sampah sepertimu, kamu itu hanya sampah yang dipungut dan harusnya kamu bersyukur karena kamu bisa menjadi istri saya, walaupun istri kontrak, tidak ada yang mau mengutip sampah untuk dijadikan ratu, Agnes, ingat siapa kamu!"
Agnes berusaha sadar diri sekarang, dia hanya sampah yang dipermainkan, dijadikan boneka dan bodohnya dia hanya pasrah begitu saja.
"Tapi aku juga punya syarat, Mas."
"Kamu, gaada di posisi pihak yang mengajukan syarat, Agnes," jawab Halim.
"Aku ingin melanjutkan kuliah, walaupun sebatas menjadi istri Mas Halim."
"Oke, saya bisa biayain, kamu."
"Gak perlu Mas," jawab Agnes yang membuat Halim mendelik. "Saya bisa kerja sendiri untuk kuliah saya, menjadi istri Mas, anggap saja saya berbuat sebuah kebaikan."
"Sombong sekali kamu, Nes!"
"Tidak mungkin kan, saya menerima nafkah dari suami yang hatinya ada pada orang lain?" jelas Agnes yang membuat Halim kali ini yang diam.
Halim tidak menjawab lagi, ia kemudian menyalakan mesin mobilnya dan membawa mobil tersebut meninggalkan kediaman Glenda menuju rumahnya dimana kedua orang tuanya sudah menunggunya.
Sepanjang perjalanan, Agnes terdiam, dia ingat mobil ini, mobil yang dipakai Halim ketika kecelakaan waktu itu, andaikan Halim tahu bahwasanya Agnes yang berkorban mungkin Halim tidak akan bersikap seperti ini kepada Agnes.
Sesampainya di rumah Halim, Halim langsung turun bersama Agnes, mereka diam dulu sebelum masuk ke dalam rumah, Halim mengangkat tangannya dengan maksud menggandeng tangan Agnes.
"Gak Mas, seenggaknya aku masih ada harga diri untuk menjaga sentuhan dari yang bukan mahram," jawab Agnes yang membuat Halim mendelik.
"Nanti orang tua saya, gak percaya kalau kamu pacar saya dengan keadaan tidak Romantis begini."
"Bukannya kita berada disini sekarang, di dasari dengan kepura-puraan? Kenapa Mas harus takut gagal dan menjalankannya?"
"Dasar! Keras kepala!"
Halim kemudian berjalan masuk ke rumah di susul Agnes disampingnya, sesampainya di pintu rumah Halim segera membukanya dan mengucap salam.
"Assalamualaikum."
"Waalakumsalam."
Haruskah Agnes turut andil dalam kebohongan Halim sekarang, setelah Agnes melihat wajah kedua orang Halim, yang tulus saat melihat Halim membawa pasangan.
•
•
•
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ratna Ningsih
thor ko bikin cerita gini amat masa peran utama oon banget s agnes oon yah kebangetan udah berkorban bela"an gagal jdi dr
2025-02-15
0
guntur 1609
brti kau yg bodoh agnes. mau sj dioeralat sama mamamu. sementar blenda anak tirinya di sayang. sangat miris sekali. agnes jangan mudah kau di tindas
2024-01-12
1
moomsq
Halim yg bodoh 🤦♀️
2023-03-18
0