"Mama, Papa, kenalin ini Agnes, dia calon istri aku," ujar Halim duduk di depan orang tuanya.
Agnes juga ikut duduk dan tersenyum kepada kedua orang tua Halim setelah mengalami mereka.
"Cantik banget, serius ini yang bakal nikah sama kamu besok?" tanya Mama Asna ~Ibu Halim. "Orang tuanya, gimana?"
"Ayah aku sudah meninggal Tante, kalau Ibu aku, aku gatau kabarnya dia gimana, kami terpisah jadi yah pas Mas Halim ngajak nikah, aku mau aja," jawab Agnes yang membuat Halim mendelik padahal Halim sudah menyuruh Agnes mengatakan bahwa dia adalah anak yatim piatu.
Kedua orang tua Halim tanpa terdiam dengan jawaban Agnes, sedangkan Halim dia hanya kaku melihat reaksi kedua orang tuanya.
"Kamu ketemu dimana sama Halim?" tanya Papa Rinto ~Ayah Halim.
Agnes menghela napas panjang kemudian kembali menceritakannya. "Kami bertemu setahun lalu, pertemuan singkat dan kami kembali bertemu baru kemarin dan Mas Halim sudah mengajak aku menikah, dan aku mau, mungkin Tante dan Om bingung kenapa aku mau, pernikahan memang bukan bahan permainan, tapi aku merasa Mas Halim tulus untuk sesi ini."
Halim kembali kebingungan dengan maksud Agnes bertemu setahun lalu padahal Halim baru bertemu Agnes kemarin terlepas dari itu Agnes malah mengatakan hal yang tidak sesuai apa yang di inginkan Halim.
"Jadi begitu yah? Apakah kamu siap menikah besok?" tanya Papa Rinto yang membuat Agnes mengangguk. "Jangan panggil Om, panggil Papa aja, dan ini Mama."
Mama Asna mengangguk dengan senyuman yang membuat Agnes mengembangkan senyum, sementara Halim terdiam kikuk tanpa suara.
"Yaudah yuk kalau gitu kita makan siang bareng, tunggu yah Mama siapin dulu makan siangnya," Mama Asna berdiri dari posisi duduknya.
"Aku bantuin yah, Ma," Agnes ikut berdiri mengajukan diri, Mama Asna mengangguk kemudian mengajak Agnes untuk ke dapur.
Kini hanya Halim dan Papa Rinto yang di ruang tamu ruangan itu, saling bertatapan dalam diam.
"Kamu ketemu dimana sama dia?" tanya Papa Rinto yang bermaksud mempertanyakan sosok Agnes kepada Halim.
"M-Maaf, Pa."
"Kenapa minta maaf, Papa tau kamu melakukan ini demi warisan kan, melihat Agnes, Papa rasa dia wanita yang tepat untuk kamu, Papa tahu kamu tidak mencintai Agnes, tapi kalian akan menikah dan Papa harap kamu tidak melukai Agnes, dan suatu saat ketika kamu akan mengatakan cinta pikirkan baik-baik karena kata cinta menuntut tanggung jawab," ujar Papa Rinto pada Halim.
Halim hanya menganggukkan kepalanya, renvana pertemuan yang sudah tidak sesuai harapan Halim ini untungnya disambut positif oleh kedua orang tuanya.
Ketegangan diantara Ayah dan anak itu kemudian berhenti saat Mama Asna dan Agnes datang mengajak mereka makan siang.
•
•
•
Setelah makan siang tadi, Halim langsung pamit mengantarkan Agnes pulang dan menyiapkan acara akad nikah mereka besok pagi.
"Apa maksud kamu!" bentak Halim yang membuat Agnes menatapnya dalam. "Kenapa kamu mengatakan hal yang tidak sesuai yang saya inginkan?"
Agnes hanya terdiam kemudian menghembuskan napas pelan. "Aku kan dah bilang, aku gak akan mau berbohong demi sandiwara kamu Mas, dan apa yang aku lakukan, anggap aja aku ngebantu kamu, sebagai istri seorang Mas Halim Guna Hartawan."
"Kamu bilang, kamu pernah ketemu saya setahun yang lalu, dimana!"
"Ada hal yang Mas gak perlu tahu, akan ada saatnya hal ini Mas dengar bukan dari aku, tapi dari orang yang Mas anggap cinta sejati Mas," jawab Agnes turun dari mobil karena memang mereka sudah sampai.
Halim memarkirkan mobilnya agak di seberang jalan, sehingga membuat Agnes harus menyebrang dulu sebelum menuju rumah Bu Sinta.
"Cinta? Glenda?"
Belum puas dengan pernyataan Agnes membuat Halim turun dari mobil dan mengejar Agnes bermaksud meminta penjelasan lagi, tapi sayangnya ketika akan menyebrang, Halim malah harus keserempet motor yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Astagfirullah, Mas Halim!"
Agnes langsung berlari ke arah Halim yang terduduk di aspal dengan luka lecek ditangannya, Agnes langsung membantu Halim berjalan masuk ke dalam rumah untuk di obati.
Sesampainya di ruang tamu, Agnes langsung berlari ke dapur meminta kotak pertolongan pertama pada kecelakaan kepada pembantu yang ada disana, setelah mendapatkannya Agnes kembali ke ruang tamu dimana Halim masih berdiri sembari meringis memegangi tangannya.
"Duduk," pinta Agnes yang membuat Halim menggeleng.
"Duduk Mas," pinta Agnes sekali lagi.
Halim kembali menggeleng yang membuat Agnes langsung menarik tangan Halim untuk duduk dan mengobatinya.
"Makanya, punya mata tuh di pake Mas," keluh Agnes yang membuat Halim mendelik tajam kepadanya. "Nah udah beres."
Agnes merapihkan kotak obat yang dia pake tadi setelah membantu Halim membersihkan lukanya, disaat itu juga Glenda datang entah dari mana dan berlari ke arah Halim.
"Hei! Kamu jangan sok kecantikan yah! Kamu sengaja kan biar dekat dengan Mas Halim!" Glenda langsung menarik tangan Agnes sehingga membuat Agnes terjatuh di lantai.
"Glenda! Tunggu dia cuma bantu bersihin luka aku kok, lagian tadi aku ga lihat jalan, makanya keserempet motor," bela Halim yang membuat Glenda mendelik.
"Kamu belain dia!"
"Bukan begitu sayang, dengerin dulu-"
Belum habis Halim berbicara, Glenda sudah menarik tangan Agnes pergi dari sana dan mengajak Agnes ke depan kamar Agnes, sesampainya di depan kamar Agnes, Glenda langsung menghempaskan tangannya.
"Kamu sengaja yah! Kamu mau bikin Mas Halim jatuh cinta sama kamu!"
Agnes tersenyum. "Kalau memang iya, kenapa?"
Glenda mendelik tajam, sejak kapan Agnes berubah menjadi berani begini kepadanya, Glenda yang kesal langsung mendorong Agnes.
"Sadar diri! Kamu siapa!"
"Aku sadar kok Mbak, aku cuma sampah, makanya aku berusaha merubah takdirku sendiri, aku sudah mencuri hati kedua orang tua Mas Halim dan hari ini juga, aku sudab merebut simpati Mas Halim sendiri, jadi tidak menutup kemungkinan aku bisa mendapatkan cintanya, apalagi faktanya akulah malaikat penolong Mas Halim, bukan Mbak Glenda."
"Tutup mulut kamu yah!"
"Mbak Glenda yang sudah menyeretku, dan aku sudah ikut dalam permainan ini, jadi jangan salahkan aku, apalagi kalau besok aku akan sah menjadi istri Mas Halim, dan Mbak tahu? Aku memang akan jadi orang kedua, tapi dimana-mana Istri sah lebih elegan daripada penggoda," jawab Agnes berjalan masuk ke dalam kamar kemudian mengunci pintu kamar itu.
Glenda sendiri hanya bisa berdiri kesal, dia tidak bisa melakukan apa-apa karena Agnes ternyata menyimpan kartu as darinya, sehingga Glenda kini hanya perlu memikirkan gara agar Agnes dan Halim tidak terlalu dekat apalagi sampai membuat Halim jatuh cinta kepada Glenda.
•
•
•
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sabaku No Gaara
sekeras apapun kmu ...jodoh di noveltoon itu di tangan author ...iya kan makk...hihihi
2024-05-19
2
Sweet Girl
kapok...
2023-10-07
0
moomsq
good girl Agnes 👍
2023-03-18
0