Melia Agatha Bintang.Usianya tak lagi muda, wajah
cantiknya tidak pernah berubah meski sudah dimakan usia. Wajahnya begitu lembut, senyumannya manis selalu membuat ketenangan di keluarganya.
"Kak ... bangun hari ini kuliah pagi kan?"
Meli berusaha membangunkan anak pertamanya.
"Ngantuk Mah. Kevin mau istirahat aja hari ini,
bolos kuliah sekali-kali."
"Sekali-kali pala lo peyang, udah ratusan kali lo bolos kuliah. Dokter apaan yang
bentuknya kayak lo gini?" sahut anak bungsu Meli.
Meli hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Kalian itu pagi-pagi udah bikin rumah Mamah ribut tau."
"Dia tuh Mah, masa iya bolos mulu."
"Gak apa-apa, kasihan kakak kamu. Kamu baik-baik
aja kan, Kak?" tanya Meli berubah cemas.
Balder—papah Kevin berdecak. “Jangan bikin bini gue
khawatir, bisa?”
"Pah, liat deh ini gue baik-baik aja." Kevin
menggerakan badannya ke kiri-kanan.
“Serah lo.”
Adik Kevin terkekeh. "Papah emang suka baper,
masa iya gue pulang kuli-"
Balder langsung menepuk jidatnya, "Gue lupa punya
anak kurang ajar semua. Gue dapat kabar, kalo kemarin ada yang
hujan-hujanan?"
"Argh! Pasti curut-curut yang bilang kan?"
"Curut segede mereka gue mah takut," sahut adik Kevin sambil bergidik.
"Gue juga takut. Ya udah, lo kuliah sendiri, biar
Kakak bolos." Final Balder.
"Tapi Pah, sekali-sekali juga deh Adek
bolos," pinta lelaki muda itu.
Balder menaruh tangannya di kening pemuda itu,
"Gak panas." Lalu menaruh tangannya pada bagian bokongnya,
"sama."
"Dih, masa iya di samain sama pantat, Pah jangan
lebay gitu deh." Balder tertawa nyaring lalu mengacak rambut anak
bungsunya.
"Ya udah, kalian bolos gih. Mau berapa lama ya
gak apa-apa, tapi kalo di DO gue gak nanggung ya."
Meli langsung menepuk keras tangan suaminya itu.
"Masa doain anak di keluarin sih, lagian itu kampus juga punya kamu!"
"Lho, kok kamu tau?"
"Dua puluh lim tahun, Pah." Tawa bahagia
lepas begitu saja dari dua putranya, mereka selalu menyebutkan 'dua puluh limaa tahun' setiap Balder
menggoda Meli, maksud dari kata itu adalah sudah berapa lama Balder dan Meli
hidup bersama, sehingga sudah tahu selak beluk keduanya.
Meli bersyukur dengan kebahagian yang Tuhan beri
untuknya di setiap harinya, meski di dalam hatinya tersimpan kecemasan melihat
wajah bahagia Kevin yang bisa saja berubah nantinya.
"Karena kalian gak kuliah, kalian wajib anterin
Mama ke acara reuni sekolah!" Meli sengaja meminta keduanya, dan benar
saja keduanya langsung menjauh.
"Kita mau kuliah Mah. Jadi Mamah sama Papah aja
berangkatnya." Kevin dan adiknya berlarian ke kamar masing-masing berlomba
untuk bersiap karena kedua laki-laki itu tidur di kamar orang tuanya.
"Tuh lihat, anak-anak kamu emang kurang
ajar." Meli menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Anak kamu juga lah, kan bikinnya berdua."
"Kamu yang nanam, aku mah terima jadi." Meli
sengaja menggoda Balder, karena suaminya ini memiliki kadar mesum yang tinggi.
"Batal kerja nih kalo digoda gini, ayok kita ke
kamar padahal hari ini ada operasi lho. Kalo di goda gini mah, batalin aja
deh!"
"Pah jangan ngaco deh! Kita itu sama-sama tahu,
jadwal Papah kan semua ada di tangan Mamah."
Balder tersenyum penuh arti, "Nah itu tau, kita
bikin anak aja kalo gitu."
Tanpa pikir panjang, Balder membawa Meli menuju
kamarnya dengan semangat empat lima. Dan apa yang terjadi di sana hanya mereka
yang tahu.
••
Gadis cantik itu sudah siap untuk hari pertama
kuliahnya, setelah memilih-milih pakaian yang pas untuk hari pertamanya
akhirnya Mila menjatuhkan pilihan pada style casual.
"Nando ke mana sih, katanya mau jemput tapi jam
segini masih belum muncul?" tanya bunda Tika. Mila hanya mengerdikkan
bahunya malas.
"Ada kabar apa dari Nando? Alvin baik-baik aja
kan?" Adi bertanya dengan suara lirih.
Nando adalah sahabat Alvin—kakak Mila sejak kecil,
keduanya sudah seperti adik-kakak. Nando menjadikan Mila pacarnya dengan tujuan,
untuk mempermudah mendapatkan informasi tentang Alvin. Itu janji Nando pada
keluarga Mila, namun itu hanya berjalan sekitar beberapa bulan awal pacaran
saja, selebihnya hanya Mila yang mengada-ngada.
"Kak Alvin baik Yah. Sekarang istrinya hamil anak
keduanya lho! Jadi Ayah bakalan dapat cucu lagi," kata Mila antusias.
Adi tersenyum sendu, di dalam hatinya sangat
merindukan putranya itu. Namun, semuanya tertutupi dengan informasi yang di
berikan oleh Nando.
"Itu Nando datang, buka pintunya dulu Mil!"
Bunda tengah sibuk menyiapkan sarapan.
"Iya, Bunda."
Senyum manis Nando tercetak nyata saat Mila membuka
lebar pintunya, sedangkan Mila yang masih kesal hanya menatap malas.
"Pagi, Sayang!" sapa Nando, namun Mila hanya
menjawab dengan deheman. "Masih marah ya? Kemaren kan kejebak macet,
Jakarta banjir kamu tau sendiri." Masih banyak lagi yang Nando ucapkan
tapi Mila malah meninggalkannya menuju ruang makan.
"Nando, ayo makan dulu. Tapi maaf makananya cuman
ini," ajak Tika tak enak.
"Gak Bu, Nando baru selesai makan di mobil."
Nando selalu saja banyak alasan setiap diminta makan saat bertandang ke rumah
Mila, sejujurnya Adi sedikit tersinggung atas sikapnya tapi, ia berusaha
memakluminya demi Alvin.
"Gak suka makanannya? Kami memang memilih makan
sederhana, beda dengan orang lain kebanyakan." Adi sebenarnya tidak pernah
merestui hubungan Mila dengan Nando, karena permintaan istrinya yang tidak akan
pernah bisa ditolak akhirnya dia mengalah.
Nando hanya tersenyum kecut, Mila mulai menyadari ketidaknyamanan
Nando berada di rumahnya.
"Bun, Yah, udah telat nih, Mila pergi dulu
ya!" Mila menyalimi kedua orang tuanya, tapi tidak untuk Nando ia hanya
membungkukkan badannya.
Satu lagi perlakuan Nando yang sedikit melenceng, ia
tak pernah mau menyalami kedua orang tua Mila tanpa alasan jelas. Nando juga
tak pernah berpamitan dan lebih memilih pergi menunggu Mila di mobilnya.
Mila menutup pintu mobil kencang. "Lo bisa gak
sih, sopan dikit sama orang tua gue?" Mila sedikit meninggikan suaranya,
karena Nando sengaja memasang musik dengan volume keras.
Nando sama sekali tidak merespon ucapan Mila, ia hanya
fokus menyetir sambil terus bernyanyi. Mila merasa kesalnya makin bertambah
akibat ulah Nando berubah sejak beberapa bulan yang lalu.
"Lo sengaja buat gue marah? Gue ini pacar lo,
bukan mainan lo!"
"Apasih?" jawab Nando malas-malasan.
Mila mencibir kesal. "Gue minta lo, jangan
bertingkah gak sopan lagi dihadapan orang tua gue!"
"Biasa aja, gak ada yang aneh sama tingkah laku
aku," balas Nando cuek.
Mila memiringkan badannya menatap Nando, "Percuma
umur banyak, tapi otak gak ada. Percuma ganteng kalo otak isinya pikiran
negatif semua!"
Mata Mila berkaca-kaca menatap leher Nando, terlihat
jelas ada banyak kissmark meskipun sedikit tertutup kerah kemejanya.
"Apasih, jangan ngaco. Kamu itu masih labil
makanya kolot banget tuh pikiran."
Mila tersenyum sinis, "Berapa cewek yang udah lo
tidurin?"
Nando langsung menginjak pedal rem mobilnya, badan
Mila terhuyung ke depan. Untung saja badannya tertahan dengan safety bell, "Lo
gila? Seenaknya ngerem mendadak tanpa mikirin orang di belakang?"
"A-atas tuduhan apa kamu tanya gitu?" Nando
gelagapan, keringat mulai membasahi keningnya menunjukan ia sedang dilanda
kepanikkan.
"Lo kira gue bodoh?" Mila menarik kuat leher
kemeja Nando, "Ini tanda apa? Di gigit serangga, atau digigit vampir,
hm?"
Nando menarik kemejanya sampai semua kancingnya
terlepas, "Kamu mau lihat lagi? Ini masih banyak tanda ini di
badanku!"
"Kurang ajar! Lo itu gak anggap gue pacar lo? Lo
ngelakuin itu tanpa mikirin perasaan gue?"
Nando tertawa hambar, "Hei anak kecil! Kamu itu
bodoh, mana mungkin aku begini kalo bukan karena kamu yang sok suci itu!"
"Sok suci?" Mila mengibaskan tangannya,
"lebih tepatnya menjaga diri dari cowok ******** kayak lo!"
"Oh, ayolah! Aku laki-laki dewasa, kebutuhan
biologis itu nomer satu! Ini salah kamu, karena kamu yang gak pernah mau
memberikannya untukku!"
Mila tersenyum tipis, "Harta itu gue jaga untuk
suami gue, yang mencintai gue dengan tulus bukan untuk ada tujuan
tertentu!"
"Ya! Selama ini aku cuman mempermainkan
kamu," jeda Nando terus mendekatkan dirinya pada Mila. "Aku mau
mengambil harta yang kamu jaga itu, akulah yang akan jadi suamimu kelak."
Mila mencoba tenang, namun Nando makin mendekat. Tanpa
diminta nama Kevin muncul dengan sendirinya. Kevin bantu gue, entah kenapa
gue yakin cuman lo yang bisa nyelamatin gue. Mila membatin.
Aura mencekam langsung hadir karena Nando makin
mengikis jarak diantara keduanya.
"Awas, jauh-jauh dari gue! Gue gak sudi di sentuh
laki-laki mesum kayak lo!" Mila mendorong kuat tubuh Nando, namun gagal
karena kekuatannya jauh dibanding Mila.
"Kamu gak akan pernah bisa lepas dari aku,
apalagi mengingat orang tuamu lah yang mengizinkan aku untuk memacari anak
gadisnya. Hanya untuk mendapatkan informasi tentang anaknya yang bodoh
itu!"
Refleks Mila menampar wajah Nando, amarahnya tersulut
mendengar ucapan gila dari laki-laki yang sudah menghiasi hidupnya beberapa
tahun terakhir.
"Lo emang teman Kak Alvin, tapi lo gak berhak
untuk menjudgenya!"
Nando terus mendekatkan tubuhnya, tangannya
mencengkram erat tangan Mila. Nafasnya semakin memburu, kilat matanya terlihat
penuh gairah.
Jarak yang begitu tipis membuat bibir Nando hampir
menyentuh bibir Mila, untung saja Mila masih bisa memberontak dengan memukul
mata kiri Nando. "Pergi! Jauh-jauh dari gue! Gue mau kita putus!"
"Kita gak akan pernah putus. Kamu gak akan pernah
bisa lepas dariku," tawa Nando menggelegar nyaring, tubuhnya semakin
mendekat tubuh Mila yang sudah tertabrak pintu mobil.
Kevin, bantu gue! Gue bingung, kenapa yang ada di otak
gue cuman lo?Mila kembali
membatin, kali ini dia pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Tak sampai hitungan detik kaca mobil Nando di pecah
dari luar, Nando mengalihkan pandangannya ke asal suara. Mila juga ikut menoleh
dan tersenyum melihat siapa yang berdiri di sana.
Kevin menatap Nando penuh kebencian bahkan kemarahan
terlihat jelas di wajahnya. "Keluar lo!" teriak Kevin nyaring, anak
buah Kevin dengan sigap mengepung Nando.
"Oh ayolah, gue baru aja mau memulainya. Jangan
ganggu gue, adik kecil ini udah pasrah di tangan gue!" Nando seperti orang
tidak waras, tangannya yang masih mencengkram kuat tangan Mila.
Bambang—anak buah Kevin menarik keras tubuh Nando
penuh amarah, Kevin yang melihat kesempatan langsung menghampiri Mila yang
ketakutan.
Kevin membuka pintu mobil Nando langsung bertanya,
"Kamu gak apa-apa?" Kevin membawa Mila ke dalam pelukannya, sedangkan
Nando sekarang sudah dalam kepungan anak buah Kevin.
"Gu-gue takut, di-dia jahat. Dia hampir
melecehkan gue," tangis Mila pecah dalam pelukan Kevin.
"Kamu tenang, saya gak akan pernah buat dia bisa
menyentuh kamu lagi. Saya janji!" Kevin mengeratkan pelukannya, mencium
kening Mila lembut memberikannya ketenangan.
"Hebat!" Nando berdecak kagum melihat Mila
yang mau saja di peluk bahkan dicium cowok asing. "Murahan banget lo jadi
cewek! Mau-maunya dipeluk bahkan dicium sama cowok gak di kenal."
"Jangan pernah ganggu Mila lagi, gadis sebaik
Mila gak pantas mendapat cowok biadap kayak lo!"
Nando tertawa sini, matanya menatap tajam Kevin.
"Cewek murahan kayak dia itu, gak pantas untuk dipertahankan!"
"Bambang, urus ini orang gila. Jangan sampai dia
bisa menganggu Mila lagi!" perintah tegas Kevin.
Kevin membawa Mila ke mobilnya, wajahnya terlihat
sangat ketakutan bukan seperti Mila si pemberani. Kevin tahu Mila syok karena
mendapatkan perlakuan senonoh dari pria tidak waras yang ternyata pacarnya
sendiri.
"Mau pergi ke suatu tempat?" Mila sama
sekali tak merespon, ia hanya berdiam memandang lurus ke depan masih ketakutan.
Kevin menyimpulkan bahwa Mila sangat tertekan dan
ketakutan, inisiatif sendiri Kevin bertanya lagi, "Boleh saya
nyanyi?"
Mila hanya memandang Kevin, tak memberi jawaban
apapun. Kevin menyimpan kacang almondnya, lalu memutar sebuah lagu.
Saat kau
jatuh
Lukai hati
Di manapun itu
I'll find you
Saat kau
lemah
Dan tak berdaya
Lihat diriku
Untukmu
Kapanpun
mimpi terasa jauh
Oh ingatlah sesuatu
Ku akan selalu
Jadi sayap pelindungmu
Saat duniamu
mulai pudar
Dan kau merasa hilang
Ku akan selalu
Jadi sayap pelindungmu
Saat kau
takut
Dan tersesat
Di manapun itu
I'll find you
Air matamu
Takkan terjatuh
Lihat diriku
Untukmu
Walau kau
tak sanggup
Ku takkan menyerah
Ku ada untukmu
Kapanpun
mimpi terasa jauh
Oh ingatlah sesuatu
Ku akan selalu
Jadi sayap pelindungmu
Saat duniamu
mulai pudar
Dan kau merasa hilang
Ku akan selalu
Jadi sayap pelindungmu
"Bolehkah saya jadi sayap pelindung kamu?"
Kevin menatap Mila penuh harap, tanpa dipaksa seulas senyum terbit diwajah
Mila.
Kevin, Kevin dan Kevin. Kenapa cuman nama lo di dalam
pikiran gue disaat itu? Bahkan gue gak bisa jawab? Lo boleh jadi sayap
pelindung untuk gue ... Selamanya. Mila bicara dalam hati, otak dan mulutnya tak bisa
singkron. Hanya hatinya yang dapat berbicara.
••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
meandyou
Keluarga kevinn
2020-08-31
1
lafyuw
Keluarganya mantep hehe
2020-07-15
0
Sayyidah Husri
Itu keluarga kok gtu bgt ya 🤣🤣🤣🤣🤣
2020-06-15
1