ENAM TAHUN YANG LALU.
"******!"
Gadis itu berlari sambil menepuk jidatnya begitu melihat sejumlah mahasiswa baru sudah berbaris bersama kelompoknya masing-masing di lapangan. Berhenti di pos satpam, meneliti jam, hanya terlambat satu menit.
Terlambat bukan hal biasa yang ia lakukan. Pagi ini selain kesiangan Mila harus membantu bundanya mengolah dan membagikan kue dagangannya.
Tahu akan dihukum, Mila pasrah seraya begerutu dalam hati. Namanya juga anak baru, iya aja, apa kata kakak tingkat.
"Thom, ada yang telat nih, cantik. Enaknya diapain nih?" Lapor salah satu panitia ospek.
Cowok bernama Thomas menatapnya dengan seksama. "Sebutin nama, tanggal lahir sama nama kelompok."
"Kamila Milea Angelia. 17 Agustus, kelompok kanker."
Thomas kembali meneliti gadis dihadapannya, sambil mengecek seluruh perlengkapan ospek yang dipakainya. "Alasan telat? Gue gak terima alasan klise."
Mila memutar mata malas. "Percaya gak percaya, gue telat karena bantu Bunda buat bagiin jualannya."
Mila anak kedua dari Adi Nugroho dan Cantika Bunga. Ayahnya bekerja sebagai supir di bank Asia, sedangkan bundanya penjual kue pasar.
Alvin—kakak laki-laki Mila sekarang sudah menikah dengan anak seorang pengusaha terkaya di Indonesia.
Namun, kenyataanya kebahagiaan kakaknya hanya sebatas ikatan pernikahan. Yang mana pernikahannya itu, ia harus terpisah dengan keluarganya. Hanya karena keegoisan suatu pihak.
"Alasan yang bagus, bawa orang tua demi kebebasan," kata Thomas sedikit mengejek.
Hal biasa bagi Mila menerima ejekan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tapi bagi Mila: yang menentukan hidup adalah kita. Tapi, untuk perjalanan hidup adalah takdir yang sudah Tuhan tentukan. Tidak ada yang ingin hidup dengan kekurangan kan? Tapi, kita hanya bisa menerima dan menjalankannya.
"Terima kasih pujianya, Kak. Masih ada yang harus gue lakuin?"
"Jadi lo pengen tugas," kata Thomas tersenyum sinting. "Tugas lo gampang." Thomas memberi jeda, "cari satu mahasiswa yang tangal lahirnya sama kayak lo, bawa dia kehadapan gue." Thomas meninggalkan Mila.
"Itu orang korban film kali, dikira ini film Pupus cari mahasiswa yang ulang tahunnya sama kayak gue," gerutu Mila kesal.
Tak jauh dari Mila berada, ada seseorang yang memperhatikannya. Menatapnya seperti ada yang berbeda dari kebanyakan gadis lainnya. Gadis pemberani, manis dan lucu. Batin cowok tampan itu.
▫️▪️▫️▪️
Berapa kali Mila menyapu keringat dengan punggung tangannya, lelah menyusuri gedung fakultas kedokteran. Setiap kali bertanya tentang keberadaan ruangan ke mahasiswa yang berlalu lalang, mereka menjawab tidak tahu. Entah kebetulan atau memang benar tidak tahu.
"Tuh kan, gue udah kayak kambing ****." Mila menggerutu.
Mila sendirian di sini. Teman-teman SMAnya lebih memilih kuliah di fakultas-fakultas seperti; .sastra, ekonomi, akutansi, arsitek, perawat, bidan.
Alasannya simple: tidak mau masuk kedokteran takut tidak sanggup dengan pembelajarannya, padahal belum mencobanya.
Mila gadis yang pintar. Dikelulusan, ia dinobatkan sebagai peraih nilai Ujian Nasional tertinggi untuk daerah Jakarta. Sebagai hadiahnya, Mila mendapatkan tawaran beasiswa kuliah di dua universitas tenama, di Malaysia dan Indonesia.
Mila diambang kebimbangan saat itu, di satu sisi sahabat Mila melanjutkan pendidikannya di fakultas kedokteran di Malaysia tempat ia mendapatkan beasiswa. Namun disisi lain ia berat meninggalkan keluarganya.
Pada akhirnya, Mila memilih untuk tetap berada di Jakarta, karena ingin tetap bersama kedua orang tuanya.
"Dari tadi cuman muter-muter disini, gimana bisa masuk kelompok kalo gue gak jalan maju?" Mila mengeluh, sampai-sampai kurang memperhatikan jalannya dan menabrak seseorang.
Mila mengaduh, "Aduh!" Akibat kecerobohannya ponsel dan buku orang tersebut jatuh berserakan.
"Ma-maaf gue ... gue gak sengaja." Mila cepat meminta maaf sambil membantu mengambil buku yang berserakkan. Tidak sengaja Mila melihat ponsel orang itu tergeletak tak jauh dari kakinya, layarnya pecah.
"Lain kali, perhatikan jalan. Jangan sampai ceroboh," pesan cowok itu, lalu mengambil ponselnya kemudian membuangnya ke bak sampah.
Mata Mila sukses membulat, melihat dengan gampangnya cowok itu membuang ponselnya. "Eh, tunggu deh. Ini ponsel lo kenapa dibuang?" Mila berusaha mengiringi langkah cowok—pemilik ponsel hanya menatapnya sekilas. "Cuman gara-gara ponsel lo gini, dibuang? Gak menghargai hidup banget sih. Lo mau minta ganti rugi?".
Cowok itu berhenti berjalan, lalu membalik tubuhnya menghadap Mila.
"Pertama, saya terima maafnya. Kedua, saya buang ponselnya karena emang rusak. Ketiga, ruangan yang kamu cari ada di lantai dua." Cowok tampan itu langsung meninggalkan Mila.
"Eh, tunggu!"
Cowok itu berjalan meninggalkan Mila yang berteriak-teriak memanggilnya, tanpa diketahui orang, dibalik sana ia mengulaskan sebuah senyum.
Tanpa memikir dua kali, Mila menuju tempat yang dicarinya secepat mungkin. "Duh! Gara-gara itu cowok, gue jadi kayak orang kurang waras gara-gara teriak sendiri."
Tanpa disadarinya, cowok tadi mengikutinya sampai Mila berhasil menemukan ruangan yang dicarinya. "Jangan kaget, ya."
•••
Mila menatap ragu ruangan yang di depannya, "Permisi," sapa Mila.
Di dalam ada seorang ibu-ibu bertubuh tambun dengan garis muka masam. "Ada perlu, apa?" tanyanya cuek matanya tak lepas dari layar komputer di depannya.
"Saya mau mencari data mahasiswa, yang tanggal lahirannya 17 Agustus. Buat keperluan OSPEK," jelas Mila tenang.
"Gak bisa! itu privacy kampus," jawabnya cuek.
"Tolong dong Bu, ini kebutuhan ospek." Mila sengaja menegaskan kata ospek.
"Itu bukan urusan saya."
Mila kembali memelas. "Please Bu, ini penting banget buat saya. Kalo gak dapet saya gak bisa masuk kelompok."
"Kenapa kamu dapat tugas ini? Terlambat?" Mila mengangguk.
"Cuman telat satu menit Bu...."
"Itu risiko kamu, dan itu bukan urusan saya. Mendingan kamu keluar, saya sibuk." Bertepatan wanita itu selesai bicara, ponselnya berdering.
Mila memutar otak, bagaimanapun ia harus mendapatkan data tersebut. Bukan Mila namanya kalau tidak keras kepala, ia bersikeras menunggu wanita tersebut selesai menelepon.
Wanita tersebut nampaknyaa bicara serius, sesekali melirik ke arah Mila yang masih setia menunggunya.
Ponsel wanita tersebut diletakkan kembali ke meja lalu ia berkata, "Baiklah, saya bantu. Ulangi apa yang kamu cari?"
"Beneran, Bu? Ehm, oke saya mau mencari mahasiswa yang ulang tahunnya tanggal 17 Agustus," kata Mila penuh semangat.
"Tunggu sebentar. Saya cari datanya, duduk dulu." Beliau mengetikan kode untuk membuka akses data kampus, berselang waktu beberapa menit file berbentuk print ada di tangan Mila.
Dengan senang hati Mila menerima file. "Terima kasih banyak, Ibu cantik deh kayak Anjasmara."
"Hei! Kurang ajar kamu ya!" Terdengar sumpah serapah dari wanita tersebut, yang ada di pikiran Mila hanya ingin pergi sejauh-jauhnya.
"Ternyata kamu jail juga," kata cowok yang tadi menunjukkan tempat yang dia cari.
Mila terlalu bahagia sampai lupa membaca dan melihat siapa yang ada di file tersebut, tujuannya hanya ingin melemparkan kertas ke muka cowok songgong tadi.
"Gue udah bawa data nih," kata Mila sambil menyodorkan kertas tepat di wajahnya.
"Ngapain lo ngasih gue kertas gak guna gini? Gue minta lo bawa orangnya, bukan kertas. Paham?" Thomas menunduk mensejajarkan tinggi Mila yang hanya sedagunya.
"Ini aja udah susah, lo malah bikin tambah susah!" Mila kesal langsung melempar kertas ke wajah Thomas.
"Kurang ajar nih cewek! Bawa orang itu ke sini, sampai lo gak bisa ngajak dia ke sini siap-siap lo dikeluarin dari kampus!" ancaman Thomas membuat Mila sedikit takut, namun Mila tidak menunjukkan ketakutannya.
"Kenapa gue harus takut sama ancaman lo?" jawab Mila sarkastis.
Thomas yang geram Mila langsung menyalurkan ide gilanya lagi. "Bawa orang itu ke hadapan gue, cium dia di depan gue. Atau beasiswa lo, gue cabut?"
"Lo, gila? Jangan sok ngacem deh. Gue emang kuliah karena beasiswa. Tapi, gue bukan anak yang bisanya cuman merintah, merengek dan memaksa kayak lo," kata Mila dengan lantang lalu kemudian berlalu pergi meninggalkan Thomas yang kembali mengejeknya.
Mila berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya kesal, tangannya mengepalkan hingga kuku-kukunya memutih.
"Demi masa depan. Mila ... lo harus semangat!" Mila memberi semangat untuk dirinya sendiri, jika Mila kehilangan beasiswanya maka ia tidak bisa meneruskan sekolahnya. "Emang siapa sih orangnya?" Mila membaca setengah hati, dongkol karena sudah capek-capek mencari tapi malah dipermainkan.
Data mahasiswa Univ. Kedokteran.
Nama mahasiswa : Balder Kevin Mahesa.
Nama panggilan : Kevin.
Ttl : 17 Agustus 1996
Umur : 20 tahun
"Jadi ini orangnya. What! Orang ini yang tadi nunjukin ruangan tadi kan?" Mila histeris. "Astaga gue malu banget kalo ketemu dia, terus gue cari dia ke mana dong?"
Mau tak mau Mila kembali menyusuri kampus dengan langkah pasti, demi masa depannya lebih baik. "Kok gak ada ya, apa mungkin di kantin ya?" Mila sebegitu yakinnya langsung ke kantin, dan ternyata nihil tidak ada siapa-siapa. "Mendingan, gue makan dulu deh. Siapa tau aja dia ada di sini."
Mila memilih kursi di paling pojok, jauh dari keramaian nantinya karena ia sedang ingin sendiri.
Mila memesan soto dan es jeruk. Mila makan dengan lahapnya, jujur ia belum sempat sarapan
karena terlambat bangun dan harus membantu bundanya membagi jualannya.
Gimana nasib gue? Ini udah jam berapa gue belum ketemu dia.
Mila menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menenggelamkan kepalanya di sana. Ia membuang napasnya perlahan, mencoba mensugesti diri untuk tetap semangat. Demi bunda, dan ayahnya. "Bunda, Mila capek," keluhnya dalam hati.
"Saya selalu duduk di sini, bisa pindah dari sini?" Mila terkejut langsung membuka tangannya, dan betapa terkejutnya ia saat tahu pemilik suara.
Mila senang bukan main, tanpa harus capek-capek atau keliling lagi ia sudah mendapatkan apa yang dimau.
Senyum ala iklan pasta gigi tak berhenti ia tunjukkan sampai-sampai tidak menyadari ada suatu hal yang menjadi daya tarik cowok di depannya, yang melihatnya sambil manahan senyum.
"Maaf, di gigi kamu ada cabe!"
Saat itu juga, wajah Mila berubah menjadi merah dan ia tidak bisa berkata kata lagi, selain MALU!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
meandyou
Mgakakk wkwk
2020-08-31
1
Yanti Nayaka
mampir kak
2020-08-16
1
lafyuw
Cabe oh cabe
2020-07-14
0