Pradha terdiam. Sejujurnya, dia enggan menjawab pernyataan cinta sang kakak ipar. Namun, perempuan itu juga tidak bisa membohongi hatinya. Sejujurnya, Pradha masih sangat mencintai Rama.
Akan tetapi, bagaimana opini orang jika dia harus kembali menjalin kasih dengan lelaki tersebut, sedangkan dirinya sudah menjadi istri orang lain? Pradha bimbang.
Di sisi lain, Abi yang menyadari Praba tidak ada di dalam rumah pun segera mencarinya. Dia langsung menuju taman belakang karena melihat pintu yang menghubungkan dapur dengan taman itu terbuka. Lelaki itu melangkah keluar, dan mendapati Pradha sedang duduk di gazebo bersama sang kakak.
"Kalian sedang apa?" tanya Abi sembari melangkah mendekati mereka.
"Apa urusanmu?" Pradha malah bertanya balik dengan ketus.
"Eh, jangan begitu dong sama suami? Aku tahu kalian menikah karena dipaksa oleh keadaan. Tapi, bagaimanapun juga kalian sekarang suami istri."
Pradha tersenyum kecut. Munafik! Tadi saja dia bilang kalau masih mencintaiku. Sekarang dia memintaku untuk bersikap baik kepada Abi!
"Dha, kita balik sekarang, yuk! Besok aku harus kerja lebih awal. Ada rombongan SMA dari Yogya yang harus aku pandu."
Pradha tidak menjawab sepatah kata pun. Dia langsung melenggang begitu saja meninggalkan kakak beradik yang membuat hidupnya jungkir balik itu. Selepas kepergian Pradha, Abi pun berpamitan kepada sang kakak.
"Bi!" panggil Rama ketika sang adik baru berjalan beberapa langkah.
"Ya?"
"Menaklukkan hati perempuan memang tidak mudah. Berusahalah sebisa mungkin! Kamu hanya butuh kesabaran ekstra."
Abi tersenyum tipis mendengar ucapan sang kakak. Dia mengangguk sekilas kemudian kembali melangkah ke dalam rumah dan berpamitan kepada sang ibu.
“Jangan sampai aku merebutnya darimu, Bi. Berusahalah lebih keras untuk mendapatkan hati Pradha,” gumam Rama.
Dalam perjalanan pulang, sebenarnya ada banyak pertanyaan yang berputar di kepala Abi. Namun, dia menahannya untuk tidak bertanya. Akhirnya Abi memilih untuk tetap diam dan memendam rasa penasaran itu sendirian.
Pradha pun melakukan hal yang sama. Dia membisu sembari mengamati jalanan yang masih ramai. Hatinya menjadi tak karuan karena bertemu lagi dengan Rama setelah sekian lama. Dia berharap tidak bertemu lagi dengan mantan kekasihnya itu.
Namun, pasti hal itu tidak akan mungkin terjadi. Bagaimana pun sekarang mereka keluarga. Pradha membuang napas kasar, lalu memejamkan mata. Berharap semua yang terjadi hanyalah bunga tidur.
***
Keesokan harinya, sebelum berangkat kerja, Abi melihat Pradha sudah rapi dalam setelan blazer berwarna biru langit. Perempuan cantik itu terlihat semakin menawan karena pulasan make-up bernuansa peach.
"Mau ke mana? Rapi sekali?" tanya Abi basa-basi.
"Apa urusanmu? Suka-suka aku, dong, mau ke mana?"
Abi tersenyum kecut mendengar jawaban dari Pradha. Tak lama kemudian Abi kembali teringat kejadian semalam. Dia masih penasaran dengan keberadaan Pradha bersama Rama di taman belakang rumah.
"Oh ya, soal kemarin ...." Abi menatap Pradha ragu kemudian mengusap dagu, sembari memajukan bibirnya.
"Kamu sama Kak Rama ngobrolin apa di taman belakang?"
Mendengar pertanyaan Abi, membuat Pradha yang sedang menyesap kopi pun tersedak. Perempuan itu terbatuk-batuk hingga mengeluarkan air mata. Sebenarnya Abi ingin sekali mendekati sang istri dan menepuk punggungnya.
Namun, lelaki itu mengurungkan niat, karena bisa dipastikan Pradha akan menolaknya mentah-mentah. Akhirnya, Abi hanya bisa menatap perempuan itu dari tempatnya berdiri sekarang tanpa melakukan apa pun.
"Enggak peka banget, sih, jadi laki!" gerutu Pradha.
"Hah?" Abi mengerutkan dahi karena tidak tahu maksud dari ucapan sang istri.
"Bukannya nepuk punggung atau ambilin air putih! Malah berdiri cengo di situ! Dasar nggak punya hati!"
"Salah lagi, dong!" Abi menepuk dahi kemudian beringsut menuju dapur dan mengambilkan sebotol air mineral.
"Nih," ucap Abi seraya menyodorkan botol berisi air putih tersebut.
"Telat!" Pradha menatapnya tajam sambil mengatur napas.
"Eh, buset! Salah lagi?" Abi terbelalak, lalu menggeleng.
Dia pun meletakkan botol plastik itu ke atas meja secara kasar. Kemudian berlalu begitu saja. Sepanjang perjalanan keluar rumah, bibir Abi tidak berhenti mengoceh karena sikap songong sang istri.
"Dasar, nggak peka!" umpat Pradha kemudian meraih botol air mineral dan meneguknya perlahan.
***
Sepanjang perjalanan menuju butik Hasta, Pradha mencoba untuk menikmati suasana. Dia memutar lagu jadul kesukaannya. Lagu milik Celine Dion yang menjadi kenangannya bersama Rama.
"I'll be waiting for you ... here inside my heart ...." Pradha menggoyangkan kepala perlahan ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan musik sembari menyanyi.
"I'm the one who wants to love you more ...."
Pradha terus menyanyi penuh penghayatan sembari mengingat bagaimana proses dia melupakan Rama. Kenangan manis dengan lelaki itu kembali melintas dalam memori otaknya. Namun, kenangan itu bercampur dengan kenangan buruk yang ditinggalkan oleh sang mantan kekasih.
Hati Pradha terasa begitu nyeri ketika mengingat bagaimana Rama pergi tanpa pesan. Membuatnya hampir gila karena tidak bisa menemukan lelaki tersebut di mana pun. Sebenarnya Pradha ingin sekali menghukum Rama dengan memperlihatkan sudah hidup bahagia bersama Abi. Akan tetapi, dia tidak bisa karena pernikahan ini merenggut banyak kebahagiaannya.
"Halo," sapa Pradha kepada Hasta melalui sambungan telepon.
"Iya, kamu di mana, Dha?"
"Lima menit lagi sampai!"
"Oke, langsung masuk kantor aja, nanti."
"Oke sip!" Pradha pun segera mematikan sambungan telepon.
Tak lama kemudian, Pradha sudah sampai di sebuah butik dua lantai milik Hasta. Pradha turun dari mobil dan langsung masuk ke bangunan tersebut. Pradha menuju meja resepsionis terlebih dahulu, sebelum diizinkan naik ke kantor sang sahabat.
"Saya Pradha, bisa ketemu sama Bu Hasta?"
"Oh, ya. Langsung naik saja, Bu."
Pradha mengangguk kemudian tersenyum lembut. Perempuan itu menaiki anak tangga satu per satu menuju kantor sang sahabat. Dia mengetuk pintu, dan langsung masuk ke ruangan bernuansa biru tua itu.
"Pradha, apa kabar?" sapa Hasta seraya beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri sang sahabat.
"Baik, Ta. Kamu apa kabar?" Pradha membuka lengannya lebar untuk menyambut pelukan sang sahabat.
"Baik! Baik banget malah! Yuk, duduk dulu." Hasta meraih jemari Pradha dan mengajaknya duduk di atas sofa sudut ruangan.
Keduanya langsung berbincang mengenai pekerjaan yang ditawarkan kepada Pradha. Pradha yang bosan dengan kesehariannya memutuskan untuk mengambil tawaran dari Hasta. Perusahaan fashion tempat dia bekerja di Paris tidak mau menerimanya kembali karena sudah menikah.
Pernikahannya dengan Abi memang membawa kesialan bagi perempuan itu. Pradha semakin benci kepada Abi. Oleh karena itu, setiap melihat lelaki berwajah polos itu Pradha langsung naik pitam.
"Oh, ya. Model pria utamaku mengalami kecelakaan, dan dia akan digantikan oleh model pengganti untuk sementara waktu."
"Tidak apa-apa, yang penting sudah berpengalaman."
Wajah Hasta terlihat kebingungan. Sebenarnya model pria yang dia maksud sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang modeling. Dia adalah sahabat dari sang suami yang biasanya bekerja sebagai pemandu wisata.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Hasta mengungkap identitas model penggantinya itu untuk mendapatkan persetujuan dari sang sahabat. Misalkan Pradha menolak, dia kan mencari model pria yang lain. Dia tidak mau Pradha tiba-tiba menolak di saat pemotretan akan berlangsung.
Bisa menggandeng Pradha untuk model katalog butik adalah sebuah keberuntungan yang luar biasa bagi Hasta. Jadi, dia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Mmm ... Dha, sebenarnya model pengganti kali ini tidak berpengalaman sama sekali di bidang modeling," ucap Hasta ragu.
"Lalu? Ada nilai plus-nya nggak?"
"Dia tampan, wajah blasteran bule."
"Waw!" seru Pradha.
"Dia bule? Tampan? Nggak apa-apa, deh! Siapa tahu nanti bisa jadi gacoan-ku." Pradha terkekeh sembari menaik-turunkan alisnya.
"Dha, inget! Kamu itu udah nikah!" Hasta menggeleng dan mencoba mengingatkan status Pradha.
"Bodo amat! Siapa suruh diajak nolak pernikahan nggak mau! Yaaa, aku bebas dong mau ngapain aja!"
Hasta hanya bisa mengusap dada dan menggeleng. Dia tahu betul bagaimana sikap Pradha. Perempuan itu tidak suka diatur. Jika memang harus tunduk dengan sebuah peraturan, maka dia kan menciptakan kerusuhan lain dengan membuat peraturan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
💖Yanti Amira 💖
duh kasian banget sama Abi
sedih banget aku 😥
2023-03-01
1
💞nine teen💞
kasian abi ya, btw abi knapa ga di panggil praya thor khn namanya abipraya, sedangkan abirama di panggil rama..
2022-11-25
2
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Abi 🙄🙄🙄🙄🙄
2022-11-20
0