***
" Huuhh .. " hanya helaan nafas berat yang mampu keluar dari mulut sang dokter serta terpa'an angin sejuk yang mengenai wajah sang dokter saat ini. pandangan nya pun tak lepas dari langit yang cerah bahkan sekarang mulai terasa panas, karena waktu hampir menunjukan jam 10.00 siang.
Kembali merenungi kata-kata sang bunda, di mana saat ini untuk yang kesekian kali nya sang bunda meminta nya untuk segera memikirkan kehidupan pribadi nya dalam artian menikah.
Sebenar nya diri nya bukan tak ingin untuk menikah, hanya saja banyak faktor yang menimbulkan keraguan dalam diri Khalifah untuk mencari pendamping hidup yang betul-betul mencintai nya karna Allah. bukan karna apa yang ada pada diri nya saat ini. karna Khalifah menyadari apa yang ada pada diri nya saat ini adalah seluruh nya milik Allah yang hanya di titipkan sementara pada nya.
Di tengah lamunan nya tiba-tiba saja terdengar seseorang yang mengucapkan salam, seketika itu pula Khalifah pun menoleh ke bawah.
" Assalamu'alaikum bu dokter, bu dokter sedang apa di atas pohon ? " ujar pria paruh baya yang merasa bingung, sedang apa sang dokter nangkring di atas pohon dengan termenung.
" Apa bu dokter lagi jadi Intel ya bu ? " belum sempat Khalifah menjawab bapak itu pun kembali mengajukan pertanyaa. mungkin pria paruh baya itu tidak menyadari jika pertanyaan terakhir nya membuat Khalifah tersenyum geli.
Pria paruh baya itu adalah salah satu penduduk desa yang kebetulan lewat hendak ke kebun. saat hendak pergi ke kebun pria paruh baya itu melewati pohon yang di gunakan Khalifah.
Diri nya tadi memang sempat kaget saat melihat ada sesuatu di atas pohon yang pria paruh baya itu kira adalah sesosok monyet basar yang sedang nangkring. ketika diri nya mendekat ternyata sesosok bidadari yang jatuh dari langit dan kebetulan nyakut di atas pohon.
Mendengar ada seseorang yang memberi salam maka Khalifah pun bergegas untuk segera turun dari atas pohon, setelah sampai di bawah Khalifah pun menjawab salam dari pria paruh baya itu.
" Wa'alakumus sallam pak, itu pak tadi saya habis telpon, karna jaringan nya di bawah kurang stabil. jadi terpaksa saya manjat pohon, agar saat telpon suara nya terdengar lebih jelas. " Khalifah menjelas kan pada bapak itu, tentang alasan mengapa sampai diri nya nangkring di atas pohon.
" Apa bapak mau ke kebun ? " Khalifah kembali bertanya.
" Ohhh ... iya bu, tadi nya saya kira bu dokter lagi jadi Intel nangkring atas pohon. he .. he .." kekehan pria paruh baya tersebut. yang di perkirakan umur nya sekitar 60 tahunan. Khalifah yang mendengar nya pun kembali tersenyum geli.
"Kalo begitu saya mau lanjut dulu, permisi dulu bu dokter, assalamu'alaikum .. " setelah mengucapkan salam pria itu pun kembali melanjutkan perjalanan nya yang sempat terhenti karna ada bidadari nangkring di pohon.
" Waalaikumus sallam .. iya pak silah kan, hati- hati pak. " Khalifah pun langsung mempersilah kan pria paruh baya itu untuk pergi.
Setelah beberapa saat sang dokter pun memutuskan untuk kembali bertugas, yaitu tugas sebagai seorang perwira TNI sekaligus tugas sebagai seorang dokter. Seperti yang di ketahui menjadi seorang dokter militer tidak hanya mempunyai kemampuan sebagai dokter pada umum nya.
Dokter militer juga harus mampu menguasai tehnik-tehnik pada pertempuran, karna sang dokter militer akan terjun secara terbuka ke medan pertempuran. maka sang dokter juga di bekali senjata untuk membantu prajurit yang terluka. cara menangani pasien di medan pertempuran pun tentu tidak mudah berbeda dengan pasien yang ada di rumah sakit. oleh karna itu dokter militer pun harus mengikuti beberapa pelatihan yang tentu saja tidak mudah, pelatihan ini biasa nya di sebut dengan combat ATLS ( Advanced Trauma Life Support ).
Setelah sampai di salah satu rumah warga
desa yang di jadi kan base camp kesehatan, Khalifah pun di kaget kan oleh salah satu patner nya dalam bertugas selama di sini.
" Lapor ... ! pasokan obat sedang ada di perjalanan menuju ke mari laporan selesai. " ujar salah satu rekan dokter Khalifah.
" Astaghfirullahalazim. " sambil memegang dada nya karna terlalu terkejut dengan suara lantang Raditya dari dalam rumah. Raditya sendiri adalah seorang dokter militer dengan pangkat Letda (letnan dua). saat Khalifah akan masuk ke dalam rumah maka saat itu pula lah Raditya memberikan laporan tentang pasokan obat-obat yang hampir sampai.
" Radit , apa tidak sekalian saja kamu pakai toa yang ada di mesjid ? terus kamu bawa ke mari, biar sekalian satu kampung denger suara kamu. " sambil mendengus kesal dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengubris laporan dari Radit.
" Eehhh ... emang tadi suara nya kurang jelas yaa ? atau kurang keras kali ? kok, bu letnan suruh pakai toa mesjid segala. " gumam Radit sambil berjalan ke luar untuk menunggu kiriman pasokan obat-obatan.
" Woyy .. kenapa tuch muka, udah kaya kertas lecek aja lo." salah satu anggota prajurit yang baru saja datang dari arah belakang. biasa nya mereka memang memilih bahasa yang terbilang akrab dan santai agar menghilangkan kesan kaku antara atasan dan juga bawahan. tapi, hal itu hanya berlaku dengan atasan yang memang bisa untuk di ajak santai. atau dengan sesama anggota prajurit yang memang seumuran.
" Bingung gue . " diri nya masih saja berpikir apa yang salah dengan laporan nya tadi.
" Bingung ?, Bingung kenapa lo ?. " sambil memandangi wajah Radit dengan sedikit aneh sampai mengerut kan dahi nya.
" Gue bingung sama bu letnan,tadi kan gue laporan tuch tentang obat-obatan yang sudah ada di perjalanan. perasaan gue, suara gue udah keras banget plus jelas lagi. kok, bu letnan masih nyuruh gue pakai toa di mesjid yach .. apa iya, dengan jarak yang begitu dekat suara gue masih kurang jelas ? aahhhh .. puyeng gue. " diri nya pun memilih untuk tiduran di lantai teras rumah.
" Eeehh ... masa sich ? elo aja kali yang salah ?. " ujar rekan nya berpendapat lain, tidak mungkin juga sang atasan benar - benar memerintah kan untuk mengambil toa mesjid.
" Tau ahhh .. "Radit berujar sambil memejamkan mata nya karna benar - benar pusing.
Sebenar nya Khalifah adalah seorang atasan yang berwibawa, tegas, dan selalu peduli dengan para prajurit bawahan nya. hanya saja para prajurit pria itu justru merasa sungkan, apa lagi Khalifah seorang muslimah yang benar- benar taat akan agama. jadi sebisa mungkin Khalifah membatasi intraksi dengan para rekan sesama prajurit laki-laki. itu sebab nya para prajurit pria sangat segan dan menghormati dengan keberada'an Khalifah meraka hanya mampu mengagumi dalam diam sang dokter militer yang mempunyai segudang prestasi baik dalam bidang kedokteran atau dalam bidang kemiliteran'.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
teti kurniawati
saya sudah like dan menambahkan ke favorit.
2022-11-16
0