***
Setelah melakukan tindakan transfusi darah pada pasien, maka para dokter pun masih tetap terus memantau kondisi pasien agar tetap stabil dan segera sadar.
" Dok, bagai mana dengan kondisi anak saya ?. " tanya seorang bapak paruh baya saat melihat Khalifah keluar dari kamar. setelah hampir 30 menit mengawasi kondisi pasien setelah di lakukan nya transfusi darah.
" Untuk sekarang, kita hanya berharap agar pasien segera sadar. apa bila dalam satu jam ke depan pasien belum menunjukan tanda - tanda untuk sadar, maka dengan terpaksa kita harus segera mengangkat janin yang ada dalam kandung pasien. " ujar Khalifah menjelaskan. saat ini kondisi pasien memang belum menunjukan perubahan, bahkan setelah 30 menit yang lalu di lakukan transfusi darah.
" Bu letnan, apa yang harus kita lakukan ? apa bila dalam waktu satu jam ke depan pasien belum juga sadar ?. " ujar dokter Angga menanyakan tindakan apa yang harus mereka lakukan apa bila pasien tidak ada perubahan setelah transfusi darah.
Dengan gerakan tangan, Khalifah menyuruh dokter Angga untuk mengikuti nya bersama dokter Radit. Khalifah hanya tidak ingin pembicaraan mereka terdengar oleh keluarga pasien. maka mereka bertiga pun kembali masuk ke dalam kamar untuk berbicara sambil mengawasi kondisi pasien.
Di dalam kamar " tindakan apa yang akan kalian lakukan selanjut nya, apa bila pasien masih dalam keadaan yang sama ?." sambil melirik dengan ekor mata nya menunjuk pada pasien yang masih belum sadar.
" Bagaimana mana kalo kita menghubungi pusat komando saja untuk meminta bantuan ? setidak nya, pasien dapat di kirim ke rumah sakit kota dengan menggunakan jalur udara. karna kita tidak mungkin menggunakan jalur darat. " ujar dokter Angga memberi usulan.
" Lo gimana sich Ngga, lo kan tau cuaca saat ini gimana ? terus kalo kita minta bantuan sama pusat komando, emang bakal di kirim secepat kilat, tuch helikopter bisa datang ke sini ? kagak bakalan Ngga, yang ada kita pasti harus di suruh melalui prosedur dulu. bakalan ribet, terus bakal makan waktu yang lama juga. " ujar dokter Radit mematah kan
ide yang di berikan dokter Angga.
" Terus kita musti gimana ?. " tanya dokter Angga yang sudah tak punya ide lagi.
" Gue juga kaga tau, lo kan tau gue cuma dokter umum sama kaya lo, mana ada pengalaman gue sama pasien bunting kaya gini. " ujar dokter Radit menambah kan.
Akan tetapi pandangan nya di arah kan nya pada sang atasan. begitu pula dengan dokter Angga berharap sang atasan yang genius mampu memberikan ide yang cemerlang di saat kritis ide saat ini.
Melihat ke dua nya yang memandang ke arah Khalifah. diri nya hanya mampu menghela nafas, sungguh membuat nya frustasi. akan tetapi tidak lama kemudian diri nya pun memberikan pertanyaan pada kedua rekan dokter nya itu.
"Peralatan medis apa saja yang ada di base camp kesehatan ?. " pertanyaan yang membuat ke dua dokter itu bingung, apa yang ada di pikiran atasan nya saat ini.
Dengan di liputi kebingungan dokter Angga pun menyebutkan peralatan medis yang ada di base camp tanpa terlewat kan satu pun. dokter Radit juga menambahkan beberapa obat - obatan pendukung.
" Berarti selain ruang operasi dan suction device ya ... " ujar Khalifah dengan kening yang berkerut berpikir keras tindakan apa yang akan di ambil nya. sedang kan dokter Radit dan dokter Angga hanya melihat dengan wajah penasaran dan kebingung.
" Maaf bu letnan, apa yang akan bu letnan lakukan ?. " Radit pun memberani kan diri untuk bertanya karna rasa penasaran sudah tak dapat di bendung nya lagi.
" Radit, coba kamu cari informasi di desa ini, apa kah ada tenaga medis atau tempat kesehatan lain nya ? cari juga informasi ke desa - desa terdekat lain, yang jarak tempuh nya kurang dari 20 menit saja dari desa. "
Belum sempat Radit ingin mengintrupsi Khalifah kembali memberi perintah. " waktu kamu hanya tiga puluh menit dari sekarang .. ! informasi yang saya ingin kan, harus sudah saya dapat kan dalam waktu tiga puluh menit." dengan tegas tanpa ada bantahan Radit pun segera melaksana kan tugas nya.
" Siap laksanakan. " Radit pun segera pergi untuk mengumpul semua informasi yang di butuh oleh atasan nya. karna waktu nya hanya tiga puluh menit.
" Apa yang dokter Angga pikir kan ?." melihat dokter Angga yang hanya diam kaku tanpa bergerak sedikit pun membuat Khalifah harus menyadarkan nya.
" Eehh, iya ... " dengan gagap bahkan sampai gugup karna jawaban yang di lontarkan nya kurang sopan terhadap atasan. Angga pun langsung memposisi kan tubuh nya dengan tegak dan siap.
" Saya hanya bertanya, apa yang doktar Angga fikir kan saat ini ?." ujar Khalifah mengulangi pertanyaan nya tadi pada dokter Angga.
" Maaf bu letnan, saya hanya sedang berfikir sedikit konyol, kalo bu letnan akan melakukan operasi cesar pada pasien di tempat ini. " ujar Angga sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
" Apa menurut mu itu konyol ?." dengan nada bicara yang ketus Khalifah menatap dokter Angga dengan tajam.
" Mmmaaf bu letnan, bukan begitu maksud saya. " Angga yang untuk pertama kali nya di tatap tajam oleh atasan nya pun langsung gugup. Angga pun hanya meruntuki kebodohan nya dan memilih untuk diam.
Tiga puluh menit pun berlalu, Radit pun sudah kembali dengan semua informasi yang di dapat kan nya. sedang untuk pasien sendiri belum ada perubahan. Radit pun menjelas kan bahwa untuk di desa yang mereka tinggali saat ini tak ada tenaga medis kecuali bidan. akan tetapi di desa sebelah ada tenaga medis yaitu seorang dokter gigi, seorang perawat, dan bidan. sedangkan untuk tempat kesehatan hanya ada tempat praktek dokter gigi.
Di saat Radit menjelas kan tiba - tiba saja pasien mengalami kejang - kejang. maka mereka pun dengan sigap langsung memeriksa kondisi pasien dan segera mengambil tindakan.
" Dokter Radit, berapa lama perjalanan dari sini ke desa sebelah ?. " setelah di periksa ternyata kondisi pasien semakin memburuk.
" Sekitar dua puluh menit dok. " Radit pun langsung menjawab.
" Baik lah, dokter Radit tolong atur keberangkatan kita menuju tempat dokter praktek gigi itu sekarang juga .. ! kita sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, keadaan pasien sangatlah kritis. dokter Angga tolong berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang kondisi pasien saat ini. saya akan ke bace camp untuk mengambil peralatan yang di butuhkan. kita terpaksa harus mengambil tindakan operasi cesar pada pasien. jika tidak, pasien dan janin yang ada dalam kandungan tidak akan bisa selamat. saya yang akan bertanggung jawab penuh atas tindakan operasi ini, jadi kalian berdua tidak usah kuatir ." ujar Khalifah memberi perintah tanpa bantahan, agar Radit dan Angga pun segera melaksana kan perintah.
Setelah beberapa saat berlalu mereka pun sampai di desa sebelah, lebih tepat nya di tempat praktek dokter gigi. Khalifah pun langsung menemui sang dokter tentang tujuan nya datang ke tempat sang dokter. Khalifah juga menjelaskan tentang pasien yang di tangani nya saat ini, agar sang dokter membantu nya.
" Apa semua nya sudah siap ?. " ujar Khalifah. setelah tadi sempat berdebat dengan dokter Tomi, akhir nya dokter gigi itu pun sekarang harus rela ruang praktek nya beralih menjadi ruangan operasi. bahkan diri nya pun di ikut serta kan untuk membantu, meski diri nya sempat menolak akan tetapi Khalifah tetap kekeh meminta bantuan nya. saat ini Khalifah pun sudah membagi tugas pada tenaga medis yang akan membantu nya untuk tindakan operasi cesar pada pasien.
" Gimana mau siap, seandai nya gue sekarang di suruh milih, mending gue milih nolong pasien di medan tempur dari pada harus berhadapan dengan pasien bunting kaya gini. " ujar Radit berbisik pada dokter Angga.
" Lo kira gue siap, gue malah jadi mikir entar kalo gue punya bini nich ya ... bini gue kaga bakal gue buntingin. soalnya kaga tega gue lihat perjuangan seorang ibu buat lahirin anak nya. " ungkap dokter Angga yang sejak tadi lebih sering terlihat termenung.
" Terus kalo bini lo kaga lo buntingin buat apa lo nikah ? bakal jadi pajangan doang tuch bini ? lagian kalo kita nikah ya emang buat enak - enak biar bini bunting. " ujar Radit sambil menatap wajah Angga seolah bingung dengan pemikiran rekan nya itu.
" Emang kalo punya bini harus di bikin bunting yach ? lagian kalo mau enak - enak kaga harus bikin bini bunting kan bisa. sorry, gue kaga setega itu bro buat bini gue menderita. " ujar Angga yang tetap pada pendirian nya engga mau bikin bini bunting.
" Serah lo dach, emang dari tadi ngomongin bini lo udah ada punya calon ? perasaan, ama ya onoh aja belum ada tanda - tanda. " ujar Radit sambil memberikan kode dengan bibir nya untuk menunjuk atasan mereka.
Angga pun hanya tersenyum. dokter Angga memang memiliki perasaan terpendam pada Khalifah sejak dua tahun yang lalu di mana saat itu Khalifah merupakan instruktur dalam pelatihan dokter militer. dan sampai saat ini perasaan itu terus tumbuh hanya saja Angga tak punya nyali untuk mengutarakan perasaan nya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nenie desu
aq sudah mampir kak
2022-12-01
0
Trida Susanti
iya, mau nya ya.. mba
2022-11-18
0
teti kurniawati
gak disuruh juga rela para adam.. 😄
2022-11-18
0