Liontin mutiara

Selesai mandi, Nara masuk kembali ke dalam kamar. Terlihat Ali memejamkan kedua matanya dengan tangan terletak diatas kening dengan kaki menyilang.

''Sangat tampan!'' lirih Nara seperti berbisik.

Harum semerbak memenuhi hidung Ali yang saat ini sedang terlelap. Ia tersenyum kala menyadari jika harum ini adalah harum dari sabun mandi yang Nara gunakan.

Ali membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Nara dengan rambut panjang sepinggang sedang ia keringkan menggunakan handuk.

Ali tersenyum, ''Sangat cantik! Bahkan lebih cantik seperti ini daripada memakai hijab. Alhamdulillah.. ternyata Mak memang wanita yang mulia. Sedari kecil begini saja sudah mengajarkan Nara untuk menutup seluruh tubuhnya. Alhamdulillah.. Engkau memberikan bidadari surga untukku di dunia ini .. semoga istri kecil ku ini menjadi ladang pahala untukku menuju surga Mu kelak..''

''Amiiin ya Allahummma amiin..'' sahut Nara sambil mendekati Ali yang tertegun memandanginya.

Ali Terkekeh, ''Udah siap??'' tanya Ali dan diangguki oleh Nara dengan tersenyum.

''Udah wudhu??''

''Sudah Abang.. mandilah. Adek tunggu buat kita jamaah sholatnya.'' Katanya sambil menunduk. Wajahnya tersipu malu.

''Baiklah sayang.. fiveteen minuts!'' kata Ali pada Nara.

Nara mengangguk dan tersenyum, Ali mengambil handuk yang Nara gunakan untuk ia gunakan juga saat mandi. Nara terkekeh. Setelah nya, Ali masuk kekamar mandi dan mulai melakukan ritual mandinya.

Sementara Nara mencari keberadaan koper baju Ali dan membukanya. Ia mengambil sepasang baju lengkap dengan CD dan celana pendek selutut serta kain sarung.

Kemudian ia letakkan di atas tempat tidur. Ia mengambil sajadah yang sengaja ia bawa dari rumah dua buah. Lalu, ia bentangkan. Nara pun bersiap memakai mukenah. Setelah siap ia duduk menunggu Ali di pinggir ranjang sambil memegang tasbih membaca sholawat Nabi.

''Allahumma sholli 'aka sayyidina Muhammad, wa'ala Alihi Muhammad..'' lidah itu terus berzikir membaca sholawat untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Ali yang baru saja selesai mandi dan keluar menuju kamarnya lagi, ia tertegun mendapati sang istri sedang menunggui dirinya. Nara duduk tepat di sebelah baju yang sudah disiapkannya.

Bibir tipis itu tertarik lebar. Tampan sekali. Seperti kata Annisa tadi. Ia mendekati Nara dan berdiri menjulang tepat di depan nya.

Mata Nara yang terpejam tiba-tiba saja terbuka saat menyadari Ali sudah ada dihadapan nya. Tanpa menoleh pada Ali, Nara mengambilkan CD terlebih dahulu lalu ia serahkan pada Ali untuk ia kenakan.

Ali tersenyum, ''Kamu tidak malu memegang barang Abang seperti ini?'' tanya Ali sambil menerima CD dari tangan Nara tanpa bersentuhan.

Nara tersenyum, tangan itu bergerak mengambil baju untuk ia serahkan kepada Ali. ''Untuk apa adek malu? Toh, adek udah lebih sering dari ini memegang CD laki-laki. Abang kan tau, jika dirumah adek memilki tiga orang laki-laki?''

Ali mengangguk dan tersenyum, begitu pun dengan Nara. Bahkan ia terkekeh, ''Papi dan Bang Lana itu lebih manjaan orangnya sama adek. Ada pun Mami, Papi sama Abang pasti nyari nya adek kalau CD mereka tidak ada di dalam lemari. Padahal setiap udah adek cuci, udah adek lipat langsung masuk ke dalam lemari. Eh, katanya naggak ada juga! Ternyata.. mereka berdua sengaja menjahili adek! Katanya, biar adek nanti terbiasa kalau punya suami. Begitu kata Papi dan Bang Lana, Abang..'' jelas Nara sambil tergelak.

Ia begitu geli hatinya saat mengingat kelakuan absurd Papi dan Abangnya. Ali pun ikut tergelak. Suara tertawa Nara dan Ali terdengar hingga keluar ruangan.

Papi Gilang dan Rayyan yang baru saja tiba dari ruangan resepsi saling pandang, kemudian terkekeh-kekeh.

''Papi tak menyangka bang, adikmu secepat ini menikah? Kamu ingat, lima tahun lalu saat Ia mengamuk karena Papi pernah mencoba memisahkan Kakak kalian Annisa dan Tama?''

Rayan mengangguk dan tersenyum. Pemuda tampan mirip dengan Papi Gilang itu terkekeh kecil melihat kemarahan Nara pada mereka berdua.

Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan sampai setahun hingga Nara bisa memaafkan kejadian yang tidak mengenakkan itu.

''Iya Pi.. makanya kemarin ketika bang Ali ingin melamarnya, Abang harap-harap cemas. Takut akan jika Papi menolak Bang Ali. Padahal sangat terlihat jelas jika adek menyukai pemuda sebaya bang Lana itu. Ya.. beda sedikit sih.'' Ucap Rayyan sambil terkekeh lagi.

Papi Gilang pun ikut terkekeh. ''Benar sekali Bang. Tapi tidak ingin mengulang kejadian yang lalu. Maka dari itu Papi menerimanya. Padahal waktu itu kamu kan tau sendiri, jika Papi hanay berniat menggoda mereka saja. Eh, malah nggak taunya beneran ingin pisah. Hadeuuhh..'' sahutnya sambil Terkekeh-kekeh bersama dengan Rayyan.

Setelahnya, mereka berdua masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Sementara pengantin baru itu baru saja menyelesaikan sholatnya.

Saat ini mereka berdua saling duduk berhadapan. Ali memegang kedua tangan Nara dan tersenyum lembut padanya.

Nara pun ikut tersenyum namun, ia menunduk. Malu. Tak ingin berlama-lama menatap mata elang milik Ali yang selalu bisa membuatnya takluk dan tak berkutik.

Ali Terkekeh. Begitu dalam pesona Ali di mata Nara. ''Sayang, lihat Abang!'' titah Ali dengan suara serak nan lembut.

Nara menoleh padanya. Mata mereka berdua saling bertatapan. Ali tersenyum, ia menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipi halus Nara.

''Abang punya sesuatu buat kamu.'' Katanya

Nara menoleh pada tangan sebelah kanan Ali. ''Apa ini Bang??'' tanya Nara saat Ali menyodorkan kotak berwarna biru dihadapan Nara.

''Bukalah. Kemarin saat Abang singgah di mall Mak Alisa, Abang melihat kalung ini dan berniat ingin Abang jadikan ini mahar. Tapi nggak jadi, ketika mata Abang tertuju pada cincin berlian ini. Cincin yang baru saja di pesan oleh Papi Gilang sebelum acara pernikahan kita. Satu set perhiasan berlian yang bang Lana berikan kepada Kak Maura. Dan ya, ini khusus untuk istri Abang yang cantik ini. Bukan mahar sih. Tidak berharga juga. Hanya emas biasa. Tapi menurut Abang, kamu akan cantik memakai kalung ini. Maunya kamu pakai??''

Nara membuka kotak kecil berwarna biru Dongker itu dan melihat isinya.

Deg!

''I-ini... ba-bagaimana Abang bisa tau, jika liontin ini yang adek pesan dua Minggu yang lalu sama Papi! Liontin ini pernah adek lihat didalam mimpi. Makanya adek minta Papi untuk membuatkan nya. Kok bisa sama Abang??'' tanya Nara begitu terkejut dengan liontin bermata mutiara berwarna putih tulang itu.

Ali tersenyum, padahal sempat terkejut tadi. ''Berarti kita memang sudah di jodohkan sedari dulu, sayang! Kamu tau, liontin ini pernah muncul dalam mimpi Abang sepuluh tahun yang lalu. Saat itu Abang sedang tertidur di pinggir pantai. Sayup-sayup angin berhembus menerpa wajah Abang, hingga Abang tertidur. Dan didalam mimpi itu, Abang bertemu dengan seorang gadis kecil berhijab. Sangat cantik. Gadis itu memakai hijab berwarna hitam dengan baju gamis berwarna biru muda. Ia berlari mengejar Abang untuk memberikan kalung mutiara ini. Abang mengambil kalung itu dari tangannya, tapi Abang tidak bisa menggapai nya. Seperti ada jarak yang memisahkan kami. Abang terbangun saat gadis itu mengatakan, jika ia akan datang pada waktunya. Dan saat kali pertama bertemu pun akan menggenakan baju yang sama. Dan ya.. saat Abang melihat mu pertama kali yang memeluk bang Lana di depan Abang membuat Abang sekilas mengingat mu. Ternyata gadis kecil berhijab hitam dan berbaju gamis itu adalah.. Kamu! Kamu sayang! Kamu lah orangnya!''

Deg!

Terpopuler

Comments

Maura

Maura

visual kalau boleh buat semangat baca

2023-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 Ijab Qobul
2 Permintaan maaf Abi Madan
3 Resepsi pernikahan Kinara dan Ali
4 Liontin mutiara
5 Tak ada yang salah dengan Pria matang bukan tua!
6 Bang Lana Diserang!
7 Maura tertembak
8 Dirawat di rumah sakit
9 Pindah ke rumah dinas
10 Tertawa lepas
11 Senaseb!
12 Menjemput Nara ke sekolah
13 Dingin
14 Tugas yang gagal
15 Nara demam
16 Saudara kembar Nara
17 Dirawat
18 Si jago merah vs si palang merah
19 Kekesalan Nara
20 Kesalahan yang sama
21 Penangkapan Bondal
22 Maura beraksi, Bang Lana marah
23 Kedatangan Ibu Amanda
24 Keributan di rumah Lana
25 Teguran Ali untuk kedua kakak iparnya
26 Memilih ikut mati bersama dari pada hidup sendiri di dunia ini
27 Menghadiri jamuan makan malam di rumah komandan Kevin
28 Permintaan maaf yang tidak tulus
29 Kemarahan Nara
30 Ketakutan Komandan Kevin
31 Bertamasya bersama saudara
32 Kebersamaan bersama saudara
33 Bang Lana ngidam
34 Mimpi bang Lana
35 Di balik Tabir rahasia
36 Kembar
37 Ada apa dengan mereka?
38 Merasa cemas
39 Kerinduan Nara
40 Kak Maura melahirkan
41 Gading
42 Belalai gajah
43 Adopsi
44 Baby Twins
45 Pedoman hidup
46 Ke bukit ujung.
47 Anak Siapa?!
48 Penjelasan Ali
49 Adek Rindu..
50 Menggoda istri
51 Aqiqahan baby twins
52 Pengobatan Gading
53 Mimpi yang menakutkan
54 Ali gelisah Kinara pun sama
55 Menyusul Gading ke Jakarta
56 Bertemu Gading
57 Kerumah Mertua
58 Tidur di kamar Ali.
59 Surat cinta untuk Kinara
60 Maura kesepian
61 Senyum Ali
62 Kepulangan Lana dan Ali
63 Kejutan untuk Nara
64 Siapa pemuda ini??
65 Kekesalan Algi
66 Merasa rendah diri
67 Makan malam romantis
68 Buka puasa
69 Kebanjiran membuat gagal!
70 Tanggul Surga ku
71 Kamu milikku!
72 Sarapan Pagi kesiangan
73 Pedoman hidup
74 Kesal
75 Ankrem de'e!
76 Belanja ke pasar
77 Rencana Jalan-jalan
78 Jalan-jalan bersama keluarga
79 Gubuk Cinta, Abang!
80 Formasi kita kurang lengkap
81 Berduaan
82 Kinara vs Lana
83 Bersikap Aneh
84 Ke rumah Annisa
85 Cerita Kinara
86 Kecewa
87 Menginap dirumah Annisa
88 Berangkat ke Bandung
89 Saudara ibarat Air
90 Mengantar Nara dan Ali ke Bandara
91 Nasehat Papi Gilang untuk Lana
92 Disambut hangat oleh keluarga Suami
93 Kebersamaan di pondok belakang rumah
94 Memasak makan malam
95 Saudara sepupu Ali
96 Penjelasan Nara
97 Fakta mengejutkan untuk Arfan
98 Belajar Mandiri
99 Tugas terakhir
100 Sedih
101 Penantian Kinara Part 1
102 Kebersamaan untuk terakhir kalinya
103 Kembali bertugas tetapi untuk yang terakhir
104 Setelah kepergian nya
105 Mulai kuliah
106 Mimpi yang menjadi kenyataan
107 Firasat buruk
108 Pencarian Ali
109 Terpaksa pulang ke rumah Mami dan Papi
110 Gagal!
111 Kepulangan Lana Seorang diri
112 Kabar duka untuk Kinara
113 Kabar bahagia disaat kabar duka
114 Tinggal Kenangan
115 Melanjutkan hidup
116 Keyakinan Hati
117 Mengabarkan keluarga di Bandung
118 Shock berat
119 Kedatangan Annisa
120 Nasehat Annisa
121 Kedatangan keluarga dari Bandung
122 Tidak berubah
123 Rapuh
124 Surat Untuk Kinara
125 Bangkit dari keterpurukan
126 Kami semua bersama mu
127 Beli tanah
128 kemarahan Annisa
129 Kekecewaan Annisa
130 Hidup masing-masing
131 Kembar?
132 Di usir Kak Ira
133 Terbiasa sendiri
134 Tanda-tanda
135 Di rumah sakit
136 Melahirkan tanpa suami
137 Di lupakan
138 Rela mengalah
139 Orang-orang baik
140 Persiapan untuk acara Aqiqahan
141 Di permudahkan
142 Acara Aqiqahan dan penabalan nama untuk si kembar tiga
143 Nama si kembar
144 Pemikiran yang salah
145 Kasih sayang tulus
146 Dapur Kinara
147 Rahasia Kinara
148 Rahasia Kinara 2
149 Lana kembali kerumah Kinara
150 Keputusan Papi Gilang
151 Baru tau
152 Dikembalikan
153 Penyelesaian
154 Berpisah
155 Terikat janji
156 Hidup normal
157 Terdampar
158 Penyelamat
159 Memang kamu, orangnya!
160 Mnunggu dalam ketidakpastian
161 Kerumah Papi dan Mami
162 Tamu dirumah Papi dan Mami.
163 Kepulangan Ali
164 Papi Kita, Dek!
165 Ali kembali, semuanya Shock!
166 Kamu kembali, Nak?
167 Bakti seorang istri
168 Cerita Ali
169 Cerita Ali part 2
170 Cerita Ali part 3
171 Cerita Ali part 4
172 Bahagia ku bersama mu
173 Menjemput Maura
174 Dirumah Abi Madan
175 Menjemput Kakak!
176 Berkumpul bersama
177 Maldalya
178 Bersama kita teguh, bercerai kita rubuh
179 Cukup sudah
180 Bertemu Fathir di Madinah
181 Jadi sorotan
182 Menggodanya
183 Acara tasyakkuran
184 Firasat untuk Malda
185 Singa betina
186 Bertengkar
187 Kesedihan Malda
188 Takluk
189 Kepergian Malda
190 Panik
191 Maafkan kakak, Pi..
192 Pingsan
193 Surat dari Malda
194 Sepeninggalnya Malda
195 Terpuruk
196 Bangkit kembali
197 Berisi apaan?
198 Hamil lagi
199 Kabar baik sekaligus kabar buruk
200 Malda kembali lagi
201 Malda kembali 2
202 Panglima Satria
203 Berkumpul Kembali
204 Kebahagiaan yang Hakiki
205 Melahirkan lagi
206 Lebih sakit melahirkan daripada rambut yang rontok akibat ditarik paksa
207 Lengkap sudah
208 Pulang dari rumah sakit
209 Cerita Lana
210 Berdamai dengan masa lalu.
211 Takut jarum dan benang?
212 Rahasia Ketakutan Ali
213 Trauma masa lalu
214 Acara aqiqahan dan Penabalan nama
215 Penantian Kinara Part 2
216 Pengmuman Karya baru
217 Pengumuman Pemenang give away Penantian Kinara
Episodes

Updated 217 Episodes

1
Ijab Qobul
2
Permintaan maaf Abi Madan
3
Resepsi pernikahan Kinara dan Ali
4
Liontin mutiara
5
Tak ada yang salah dengan Pria matang bukan tua!
6
Bang Lana Diserang!
7
Maura tertembak
8
Dirawat di rumah sakit
9
Pindah ke rumah dinas
10
Tertawa lepas
11
Senaseb!
12
Menjemput Nara ke sekolah
13
Dingin
14
Tugas yang gagal
15
Nara demam
16
Saudara kembar Nara
17
Dirawat
18
Si jago merah vs si palang merah
19
Kekesalan Nara
20
Kesalahan yang sama
21
Penangkapan Bondal
22
Maura beraksi, Bang Lana marah
23
Kedatangan Ibu Amanda
24
Keributan di rumah Lana
25
Teguran Ali untuk kedua kakak iparnya
26
Memilih ikut mati bersama dari pada hidup sendiri di dunia ini
27
Menghadiri jamuan makan malam di rumah komandan Kevin
28
Permintaan maaf yang tidak tulus
29
Kemarahan Nara
30
Ketakutan Komandan Kevin
31
Bertamasya bersama saudara
32
Kebersamaan bersama saudara
33
Bang Lana ngidam
34
Mimpi bang Lana
35
Di balik Tabir rahasia
36
Kembar
37
Ada apa dengan mereka?
38
Merasa cemas
39
Kerinduan Nara
40
Kak Maura melahirkan
41
Gading
42
Belalai gajah
43
Adopsi
44
Baby Twins
45
Pedoman hidup
46
Ke bukit ujung.
47
Anak Siapa?!
48
Penjelasan Ali
49
Adek Rindu..
50
Menggoda istri
51
Aqiqahan baby twins
52
Pengobatan Gading
53
Mimpi yang menakutkan
54
Ali gelisah Kinara pun sama
55
Menyusul Gading ke Jakarta
56
Bertemu Gading
57
Kerumah Mertua
58
Tidur di kamar Ali.
59
Surat cinta untuk Kinara
60
Maura kesepian
61
Senyum Ali
62
Kepulangan Lana dan Ali
63
Kejutan untuk Nara
64
Siapa pemuda ini??
65
Kekesalan Algi
66
Merasa rendah diri
67
Makan malam romantis
68
Buka puasa
69
Kebanjiran membuat gagal!
70
Tanggul Surga ku
71
Kamu milikku!
72
Sarapan Pagi kesiangan
73
Pedoman hidup
74
Kesal
75
Ankrem de'e!
76
Belanja ke pasar
77
Rencana Jalan-jalan
78
Jalan-jalan bersama keluarga
79
Gubuk Cinta, Abang!
80
Formasi kita kurang lengkap
81
Berduaan
82
Kinara vs Lana
83
Bersikap Aneh
84
Ke rumah Annisa
85
Cerita Kinara
86
Kecewa
87
Menginap dirumah Annisa
88
Berangkat ke Bandung
89
Saudara ibarat Air
90
Mengantar Nara dan Ali ke Bandara
91
Nasehat Papi Gilang untuk Lana
92
Disambut hangat oleh keluarga Suami
93
Kebersamaan di pondok belakang rumah
94
Memasak makan malam
95
Saudara sepupu Ali
96
Penjelasan Nara
97
Fakta mengejutkan untuk Arfan
98
Belajar Mandiri
99
Tugas terakhir
100
Sedih
101
Penantian Kinara Part 1
102
Kebersamaan untuk terakhir kalinya
103
Kembali bertugas tetapi untuk yang terakhir
104
Setelah kepergian nya
105
Mulai kuliah
106
Mimpi yang menjadi kenyataan
107
Firasat buruk
108
Pencarian Ali
109
Terpaksa pulang ke rumah Mami dan Papi
110
Gagal!
111
Kepulangan Lana Seorang diri
112
Kabar duka untuk Kinara
113
Kabar bahagia disaat kabar duka
114
Tinggal Kenangan
115
Melanjutkan hidup
116
Keyakinan Hati
117
Mengabarkan keluarga di Bandung
118
Shock berat
119
Kedatangan Annisa
120
Nasehat Annisa
121
Kedatangan keluarga dari Bandung
122
Tidak berubah
123
Rapuh
124
Surat Untuk Kinara
125
Bangkit dari keterpurukan
126
Kami semua bersama mu
127
Beli tanah
128
kemarahan Annisa
129
Kekecewaan Annisa
130
Hidup masing-masing
131
Kembar?
132
Di usir Kak Ira
133
Terbiasa sendiri
134
Tanda-tanda
135
Di rumah sakit
136
Melahirkan tanpa suami
137
Di lupakan
138
Rela mengalah
139
Orang-orang baik
140
Persiapan untuk acara Aqiqahan
141
Di permudahkan
142
Acara Aqiqahan dan penabalan nama untuk si kembar tiga
143
Nama si kembar
144
Pemikiran yang salah
145
Kasih sayang tulus
146
Dapur Kinara
147
Rahasia Kinara
148
Rahasia Kinara 2
149
Lana kembali kerumah Kinara
150
Keputusan Papi Gilang
151
Baru tau
152
Dikembalikan
153
Penyelesaian
154
Berpisah
155
Terikat janji
156
Hidup normal
157
Terdampar
158
Penyelamat
159
Memang kamu, orangnya!
160
Mnunggu dalam ketidakpastian
161
Kerumah Papi dan Mami
162
Tamu dirumah Papi dan Mami.
163
Kepulangan Ali
164
Papi Kita, Dek!
165
Ali kembali, semuanya Shock!
166
Kamu kembali, Nak?
167
Bakti seorang istri
168
Cerita Ali
169
Cerita Ali part 2
170
Cerita Ali part 3
171
Cerita Ali part 4
172
Bahagia ku bersama mu
173
Menjemput Maura
174
Dirumah Abi Madan
175
Menjemput Kakak!
176
Berkumpul bersama
177
Maldalya
178
Bersama kita teguh, bercerai kita rubuh
179
Cukup sudah
180
Bertemu Fathir di Madinah
181
Jadi sorotan
182
Menggodanya
183
Acara tasyakkuran
184
Firasat untuk Malda
185
Singa betina
186
Bertengkar
187
Kesedihan Malda
188
Takluk
189
Kepergian Malda
190
Panik
191
Maafkan kakak, Pi..
192
Pingsan
193
Surat dari Malda
194
Sepeninggalnya Malda
195
Terpuruk
196
Bangkit kembali
197
Berisi apaan?
198
Hamil lagi
199
Kabar baik sekaligus kabar buruk
200
Malda kembali lagi
201
Malda kembali 2
202
Panglima Satria
203
Berkumpul Kembali
204
Kebahagiaan yang Hakiki
205
Melahirkan lagi
206
Lebih sakit melahirkan daripada rambut yang rontok akibat ditarik paksa
207
Lengkap sudah
208
Pulang dari rumah sakit
209
Cerita Lana
210
Berdamai dengan masa lalu.
211
Takut jarum dan benang?
212
Rahasia Ketakutan Ali
213
Trauma masa lalu
214
Acara aqiqahan dan Penabalan nama
215
Penantian Kinara Part 2
216
Pengmuman Karya baru
217
Pengumuman Pemenang give away Penantian Kinara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!