Di kamar Nara.
Seluruh keluarga berkumpul di sana. Termasuk Mak Alisa, Papi Gilang, Lana dan juga kedua besannya.
Nara menatap mereka semua dengan tatapan sendunya. Ia juga menatap Ali yang kini sedang menatapnya. Ali tersenyum lembut pada Nara. Gadis kecil berparas ayu itu tersenyum dan menunduk.
Ali mengusap kepalanya yang tertutup hijab gaun pengantin. Tidak ada yang berbicara sepatah katapun.
Semuanya larut dalam keheningan dan pikiran masing-masing. Seluruh keluarga berkumpul disana, terkecuali Ira. Kakak sulung mereka semua.
Ira tidak bisa hadir. Karena ia punya bayi yang baru berusia satu tahun delapan bulan. Sebaya dengan Malda. Lagi aktif-aktif nya. Dan kebetulan pula, hari ini bocah kecil itu sakit.
Jadi Ira tidak bisa hadir. Raga dan kedua orang tuanya ikut hadir tapi mereka berada diluar bersama kedua adik Lana. Yaitu Rayyan dan Algi. Kedua Abang Nara. Mereka tidak berbicara sepatah katapun karena sedang menunggu Abi Madan.
''Kita tunggu Abi Madan ya? Beliau ingin kesini katanya. Nih, baru aja beliau WA Abang.'' Kata Lana pada semuanya.
Semuanya mengangguk setuju. Tak lama kemudian, Abi Madan dan Maura pun tiba. Mereka berdua masuk setelah Lana membukakan pintu untuk mereka masuk.
Terlihat Nara terdiam duduk bersama Ali di ranjang. Wajahnya sembab. Sedangkan Ali biasa saja. Karena ia tidak mungkin marah kepada Abi Madan. Mertua Bang Lana.
Wong, Abi Madan pun tak tau kalau Faizah akan muncul disaat ijab qobul mereka telah selesai dan mengamuk disana.
Abi Madan duduk di dekat Papi Gilang, dan kedua orang tua Ali. Abi Madan menatap mereka dengan rasa bersalah.
''Maafkan kelakuan anak saya tadi.. saya tidak tau kalau Faizah akan bertindak nekat seperti itu. Maafkan saya Pak Husen.. mohon maafkan kesalahan putri saya.'' Pinta Abi Madan dengan wajah menunduk.
Maura berjalan mendekati Nara, tapi di tahan oleh Lana. ''Tak apa. Biarkan aku menemani Nara, ya Bang?'' kata Maura saat Lana menggeleng kan kepalanya.
Mak Alisa mengangguk. Lana pasrah. Ia melepas kan tangannya dari lengan Maura. Maura berjalan mendekati Ali.
''Boleh kakak pinjam, istrimu Ali??'' tanya Maura pada Ali.
Ali mengangguk, ''Silahkan Kak.'' Sahut Ali.
Dengan segera ia menarik Nara yang sedang melamun. ''Ayo dek! Kita duduk di balkon. Kayaknya seger deh!'' celutuk Maura sambil menarik tangan adik iparnya itu.
Melihat Maura menarik tangan nya, mata Nara kembali mengembun. Tanpa sadar, ia menubruk tubuh Maura hingga Maura terhuyung ke depan.
''Astaghfirullah!! Sabar Dek! Kita masih di jalan loh.. ayo ih! Gimana jalannya ini??'' Maura terkejut saat merasakan tubuh nya di peluk Nara dari samping.
Mak Alisa dan Lana terkekeh melihat tingkah kedua saudara ipar itu. Papi Gilang tersenyum tipis, melihat Nara begitu dekat dengan Maura.
''Ayo ih! jangan di peluk dulu adek.. ini gimana jalannya coba?! Mau kamu, kita terjatuh berdua ke bawah sana, sedang resepsi aja belum di gelar??''
''Kakak...'' rengek Nara pada Maura.
Nara mengurai pelukannya, ia menatap Maura dengan bibir manyun. Ali terkekeh. Begitu juga dengan para orang tua.
''Ayo ih! jangan manyun gitu bibirnya! Mau kamu disengat lebah kepala hitam??'' Lana dan Ali melototkan matanya.
Kelima orang tua disana tertawa mendengar ucapan Maura. Nara jadi bingung. ''Lebah kepala hitam?? Memang nya ada ya??'' tanya si polos Nara.
''Ada. Banyak malahan. Ada berapa itu, satu, dua, tiga, empat, ada lima orang lebah kepala hitamnya!''
Buhahahaha...
Semua yang ada disana tertawa terbahak mendengar celutukan Maura. Lana sampai menggeleng kan kepalanya melihat tingkah sang istri.
''Mana sih kak? Nggak ada ih! Kakak mah bohong!'' seru Nara dengan mencebik sebal.
Maura terkekeh, ''Sini kakak bisikin. Tapi, kamu harus janji. Pura-pura nggak tau aja nanti ya?'' bisik Maura sambil mendekati Nara dan membawa gadis kecil itu duduk di balkon.
Tiba disana mereka berdua duduk dengan berdiam diri. Sementara para orang tua, melanjutkan kembali percakapan mereka yang tertunda tadi.
''Maafkan kesalahan putri saya, Pak Husen. Gilang. Tak ada maksudku sama sekali untuk mempermalukan kalian di depan penghulu tadi. Saya pun malu karena kelakuan anak saya. Maafkan saya Pak, Gi, Lis.. saya merasa malu sama Besan karena kelakuan anak saya. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tolong maafkan saya..'' pinta Abi Madan lagi dengan raut wajah yang sangat merasa bersalah.
Mami Alisa tersenyum pada Abi Madan dan itu membuat Papi Gilang berwajah datar. Mami Alisa menggelitik Pinggang Papi Gilang agar tidak berwajah datar seperti itu.
Papi Gilang tersenyum kaku.
''Tak apa Kak. Nama nya juga anak gadis. Kalau nggak suka ya .. di ungkapkan! Faizah itu gadis yang unik. Hanya saja.. dia butuh seseorang yang bisa membawanya ke jalan yang lebih baik lagi. Tidakkah kamu lihat tadi, bagaimana brutalnya dia saat ingin memukul putriku, Nara??'' Mami Alisa terkekeh.
''Dia terluka karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Baru pertama kali suka, yang disukai malah menikah dengan gadis lain. Siapa pun pasti akan tidak menyukai nya. Ada sebagian gadis akan memilih diam untuk menutup luka hartinya, ada juga sebagian gadis yang lain seperti Faizah tadi. Yang dengan berani menemui sang mempelai pria dan kalap saat melihat mempelai wanitanya yang ternyata adik kecil yang dulu sering bermain dengannya. Aku memaklumi itu Kak. Tak apa. Iya kan Pi??'' tanya Mak Alisa pada Papi Gilang dan diangguki dengan senyum kaku di wajah nya.
Nara tertegun dengan ucapan Mami Alisa. Ia membenarkan itu semua. Abi Madan menunduk malu. ''Maaf Lis.. maaf..'' Abi Madan menunduk kan wajahnya.
Lana dan Maura saling berpandangan, mereka berdua tau jika kelemahan Abi Madan ada pada Mami Alisa.
Lana dan Maura hanya bisa menghela nafasnya. Berharap, masalah ini tidak berbuntut panjang.
Semoga saja.
''Ya sudah, kalau begitu Nara dan Ali pun harus bersiap ya? Setelah acara resepsi Lana, maka akan menyusul resepsi kalian berdua. Sekalian saja. Mumpung keluarga kita berkumpul semua disini.'' Kata Mami Alisa dan diangguki oleh semua nya.
Maura mendekati Nara dan berbisik tentang hal tadi. ''Kamu ingin tau kan, yang mana lebah kepala hitam diruangan ini?''
Si polos Nara mengangguk. Maura terkikik geli. Sekarang sifat jahil Lana menular padanya. ''Suami kamu, Abang kamu, Papi, Abi dan juga Abi Husen! Mereka itu semua lebah kepala hitam yang suka sekali menghisap bibir para istri jika bibir kita sering kali manyun seperti bebek!''
Nara melototkan matanya. Bibirnya yang tadi manyun, kini ia lipat ke dalam dengan kepala menggeleng. Maura tertawa terbahak bahak.
Lana dan Ali suami Nara hanya menggeleng melihat kelakuan absurd Maura. Kakak ipar Nara istrinya Bang Lana.
💕💕💕💕
Yuhuuu..
Selamat pagi!!!! 👋👋
Udah pada siapan belum? Othor belum nih! hehehe..
Nulis satu bab dulu. Mumpung si bocil othor lagi bobok cuantik! hihihi..
Like dan komen, vote, kembang dan rate untuk othor ye? 😁😁
Happy reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
nuraeinieni
weh udah besar dan nikah aja nara
2024-04-06
2
Nirwana Asri
othornya bisa aja
2023-01-18
2
Evi Ambon
g tau suka aja sama tokoh yg namanya Ali kesannya gimana gitu
2022-11-09
2