Terpaksa

bab 5

Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini. Hidupnya sudah bukan miliknya lagi. Orang kejam itu sudah merenggut kebebasannya dengan mengurungnya di rumah entah milik siapa itu.

Alifah masih menangis sesenggukan di bawah ranjang. Matanya sembab karena sudah berjam-jam dia menangis tanpa henti.

"Ibu... Ayah... Tolong Alif... Alif takut..." Rintihnya masih terisak-isak.

Alifah tidak tau apa tujuan dari kekejaman yang dilakukan pria itu. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada orang lain apalagi pada orang yang tidak dikenalnya sama sekali.

Alifah teringat perkataan Paman Syam yang belum selesai diucapkan.

 

 Apa bedanya dengan pamannya meninggal dan masih hidup ?.

 

Alifah beringsut mundur saat melihat pintu mulai dibuka dari luar. Matanya menatap waspada pada sosok yang akan muncul dari pintu itu.

Ternyata dia wanita dengan tatapan dingin. Mereka mendekat membuat Alifah semakin was-was. "Tolong... Jangan sakiti aku..." Pintanya penuh permohonan dengan Isak tangisnya yang masih belum reda.

Salah satu dari wanita itu tersenyum ramah dan menyentuh tangan gemetar Alifah. "Jangan takut, kami tidak akan melukaimu, kamu orang baik." Ucapnya tulus lalu membantu Alifah untuk bangkit dan duduk di tepi ranjangnya.

Alifah tidak menjawab tapi dia tidak menolak juga pada uluran tangan itu.

"Kami akan membantumu bersiap."

"Bersiap untuk apa ?."

Kedua wanita itu terdiam. Dilihat dari matanya mereka seakan menatap iba atas keadaan Alifah. "Pernikahan kalian, Lord Parvez meminta kami untuk menyiapkan anda untuk acaranya."

 

Alifah tertegun. Pernikahan karena terpaksa. Dia tidak pernah menyangkanya sama sekali bahwa akan menikah dengan seseorang yang tidak dikenalnya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi dengan keadaan yang sangat tidak menguntungkan bagi dirinya.

Umur Alifah yang berusia 22 tahun harus menikah. Seharusnya perjalanannya masih sangat panjang, dia belum mewujudkan impiannya, kuliahnya bahkan baru menginjak semester tiga.

Tidak. Alifah tidak ingin menikah, dia ingin menjalani kehidupannya sendiri seperti sebelumnya.

Alifah mendorong tubuh kedua wanita itu dan berlari sekuat tenaga untuk keluar dari kamar tersebut. Untungnya di luar kamarnya tidak ada siapa-siapa. Alifah semakin berlari kencang turun ke lantai bawah dan menuju pintu keluar.

Entah kemana perginya semua orang disana, Alifah merasa dia diberi jalan mulus saat berusaha kabur. Dia membuka pintu tersebut dan berlari keluar dari rumah itu. Tapi...

 

Deg.

 

Ternyata dia salah jalan. Pintu yang dilewatinya tadi adalah pintu belakang. Di hadapannya kin adalah bentangan jurang curam yang dibatasi oleh pagar besi. Alifah melongokkan kepalanya melihat kebawah jurang itu dan ternyata sangat jauh pada permukaan.

"Melompatlah jika masih ingin kabur."

Suara berat itu terdengar sangat dekat di belakangnya.

Alifah menatap hampa pada pepohonan lebat di depannya. Jadi dia sedang berada di sebuah rumah tepat di atas bukit. Alifah berbalik sehingga bisa melihat wajah pria yang menyebalkan itu.

Alifah menggeleng lemah. "Tidak... Aku mohon lepaskan aku... Aku tidak mau menikah denganmu..." Ucapnya lirih dengan tubuhnya yang mulai ambruk ke tanah.

Pria itu berjongkok di hadapannya dengan wajahnya yang tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Datar dan terkesan dingin. Hanya tatapan matanya saja yang tampak lekat memperhatikan wajah cantik Alifah.

"Menurutlah jika tak ingin saya berbuat kasar." Ucapnya penuh penekanan.

Alifah kembali menggeleng. "Aku tidak mau... Aku ingin pulang..." Seperti anak kecil yang merengek. Alifah menangis sesenggukan di depan pria itu.

 

 

🪵🪵🪵

 

 

Melvin yang baru saja datang ke villa dibuat kaget karena ucapan Alex yang mengatakan jika tawanannya melarikan diri. Melvin bergegas ke kamar atas untuk melihatnya sendiri dan ternyata benar jika gadis yang akan dinikahinya kabur setelah melukai dua wanita yang akan menyiapkannya untuk merias diri.

"Dasar bodoh !, Menjaga satu wanita saja kalian tidak becus !!." Teriak Melvin penuh emosi.

Empat orang yang menjadi penjaga kamar itu menunduk tidak berani menatap wajah Melvin yang sedang dipenuhi amarah.

"Vin, dia lari ke pintu belakang !." Suara Alex langsung mengalihkan perhatian Melvin.

Melvin dengan langkah lebarnya langsung menuju pintu belakang bersama Alex yang berjalan di belakangnya.

Keadaan di luar pintu belakang memang tidak ada apa-apa selain hamparan tanah kosong selebar 25 meter persegi dan di setiap ujungnya hanyalah ada sebuah jurang curam karena posisi villa tersebut adalah di atas bukit.

Dari kejauhan, Melvin bisa melihat sosok mungil itu yang sedang menatap kosong ke arah jurang. Melvin terus melanjutkan langkahnya hingga hanya dua meter tepat berada di belakang tubuh gadis itu.

"Melompatlah jika masih ingin kabur." Ucapnya dengan suara yang menggelegar.

Perlahan tubuh itu berbalik dan menghadap ke arahnya. Wajah yang sudah sangat kacau karena air mata. Mata yang sangat sembab karena mungkin terlalu lama menangis.

Melvin sedikit kasihan saat menatap wajah polos gadis itu yang sangat mengenaskan. Tapi kilatan bayangan tentang wajah istrinya yang bersimbah darah langsung menghancurkan rasa ibanya.

Melvin mendekat saat tubuh gadis itu ambruk di tanah dengan ucapannya yang dipenuhi permohonan.

Melvin seakan tuli pada rintihan permohonan itu. Dia berjongkok di hadapan gadis itu dan menyentuh dagunya agar wajah itu bisa dilihat.

"Menurutlah jika tak ingin saya berbuat kasar." Ucapnya mengancam.

Gadis itu melengos kan wajahnya membuang muka dari wajah Melvin. Melvin tak mempermasalahkannya. Dia kembali berdiri tapi kali ini tangannya langsung menarik tangan gadis itu sehingga dia juga ikut berdiri.

Gadis itu terus memberontak saat Melvin kembali membawanya masuk ke dalam rumah. Melvin tak merasa kesakitan sama sekali ketika salah satu tangan gadis itu memukul-mukul tangannya.

"Cepat bereskan !. Satu jam harus sudah dibawa ke lantai bawah !." Melvin menyerahkan tubuh Alifah pada dua wanita tadi .

Kedua wanita itu mengangguk ketakutan. Melvin kembali keluar dari kamar tersebut dan keempat penjaga di depan kamar langsung berbaris menunduk di hadapannya. "Kejadian tadi terulang kembali, maka kepala kalian yang akan menjadi sasarannya." Ucapnya tegas lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah.

Dibawah, Alex sudah menunggunya dengan setelan jasnya yang terlihat rapi. Dan di samping Alex, Farel berdiri sambil memegang sebuah jas mewah untuk dipakainya.

Melvin mendekat lalu Farel dengan siaga langsung memakaikan jas itu ke tubuhnya.

Setelan pakaian berwarna hitam dan putih membuat tubuh kekar Melvin semakin gagah. Aura ketampanannya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya.

"Dimana pak tua itu ?." Tanya Melvin pada Alex.

"Dia sudah disiapkan."

"Hmm."

"Farel, pergilah." Perintah Alex yang langsung di iyakan oleh Farel.

Maksud pergi disitu adalah jika sudah saatnya Farel menjemput pak penghulu untuk datang karena acaranya akan segera dimulai.

 

*

 

Dua puluh menit kemudian, pak penghulu, Paman Syam dan Melvin sudah duduk saling berhadapan. Acara sakral yang akan merubah status Alifah dan Melvin berubah akan dimulai.

Acara tersebut tidak mengundang banyak orang, hanya disaksikan oleh tiga orang tetangga yang sudah diminta sebagai saksi khusus oleh Alex dan Alex, Farel juga anak buahnya.

Wajah paman Syam sudah sangat tertekan akan acara yang akan berlangsung. Dia sangat mengenal apa tujuan dari pernikahan ini yang tak lain hanya untuk mempermainkan keponakannya di dalam rumah tangganya nanti.

 

Terpopuler

Comments

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

msh bjnggung....msu komen ap

2022-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!