Baru saja mengantar kepergian sahabatnya pulang, Alifah harus kembali mengecek keluar karena ada tamu.
"Ada apa ya pak ?." Alifah menatap heran wajah pria tua yang ada di depannya.
"Alifah, akhirnya saya bisa menemukanmu, nak. Ini saya, paman Syam, Alifah." Wajah pria tua itu terlihat senang juga bersedih.
Alifah tidak berbohong jika dia tidak mengenali sosok pria tua di depannya saat ini. Tapi mendengar nama yang disebutkan, Alifah merasa sangat familiar.
"Paman Syam ?,." Tanyanya masih belum mengingatnya sama sekali.
"Iya, nak. Saya adalah adik dari ayah kamu,." Pria itu menatap dengan pandangan meyakinkan.
Alifah tak bisa mengatakan apapun. Dia masih sibuk dengan pikirannya untuk menemukan bayangan tentang pemilik nama tersebut.
"Astaghfirullah !, Paman ?!. Iya, Alifah ingat, paman Syam yang dulu suka menarik-narik kuncir rambut Alifah, kan ?!." Pekik Alifah setelah bisa mengingatnya.
Pria yang mengaku sebagai Paman Syam itu mengangguk antusias dan tersenyum cerah. "Iya, nak."
Alifah tak bisa membendung kebahagiaannya. Dia langsung berlari menubruk tubuh pamannya itu yang sudah sangat lama tidak pernah ditemui. "Paman kenapa tidak pernah menjenguk Alifah ?, Selama ini Alifah hidup sendirian semenjak ayah dan ibu meninggal." Alifah menangis di pelukan pamannya.
Paman Syam membalas pelukannya dan mengusap-usap punggungnya penuh kasih sayang. "Maafkan paman. Paman janji, paman akan selalu ada untuk kamu mulai saat ini juga."
Alifah semakin tak percaya. "Benarkah ?!, Paman janji akan menemani Alifah mulai sekarang ?."
"Paman janji."
Dengan hati yang sangat gembira Alifah kembali memeluk tubuh pamannya. "Ayo masuk, paman ?!." Alifah menggandeng tangan pamannya untuk dibawa masuk ke dalam rumah peninggalan kedua orang tuanya.
Sekian lama hidup hanya sendiri membuat Alifah sangat senang saat tau ada salah satu keluarganya yang masih hidup. Dia kira selama ini dia tidak memiliki siapapun lagi setelah kepergian kedua orang tuanya karena ayahnya hanya dua bersaudara dan ibunya adalah anak tunggal dari kedua kakek dan neneknya.
"Paman, selama ini paman ada dimana ?, Kenapa Alifah tidak pernah tau keberadaan paman ?." Alifah menghidangkan makanan dan minuman untuk pamannya.
"Sebenarnya sudah lama paman ingin menemui kalian, tapi paman masih takut dengan ayah kamu. Dan setelah sekian lama paman baru tau kalau ternyata kedua orang tua kamu sudah meninggal jadi paman langsung mencarimu."
"Memangnya takut kenapa, paman ?."
Paman Syam tidak segera bersuara lagi dan malah melamun.
"Paman."
"Kami pernah bertengkar hebat dan dari situlah paman tidak pernah lagi terlihat."
Alifah sebenarnya masih penasaran tapi dia tidak mungkin juga memaksa pamannya untuk bercerita. "Baiklah, paman. Tidak apa-apa, lagian itu adalah masa lalu paman sama ayah, dan sekarang ayah juga sudah tidak ada jadi paman tidak perlu khawatir lagi."
Paman Syam mengangguk. "Iya, nak."
"Eee ini sudah malam, paman. Alifah akan istirahat dan paman juga bisa menempati kamar itu." Alifah menunjuk salah satu kamar tamu. "Tenang aja, Alifah selalu rajin membersihkannya, jadi paman bisa langsung menempatinya."
Paman Syam kembali mengangguk. "Iya, nak. Makasih."
Keduanya berpisah ke kamar sendiri-sendiri.
Sekarang hati Alifah sedikit lebih tenang karena rindunya pada sang ayah sedikit terobati dengan kehadiran pamannya. Alifah mengingat semuanya dimana dulu dia sangat dekat dengan pamannya itu. Bahkan jika bisa dikatakan, Alifah lebih dekat dengan pamannya sendiri daripada ayahnya, karena yang dia tahu ayahnya hanyalah sibuk mencari uang yang pada akhirnya ditinggalkan juga saat dia meninggal.
🪵🪵🪵
Mendengar suara deru mesin mobil, Melvin segera keluar dari kamarnya dan menemui Farel yang datang bersama keponakannya.
"Assalamualaikum, Om." Keyya menyalami tangan pamannya.
"Waalaikumsalam, kamu dari mana ?, Kenapa tidak izin dulu pada om kalau kamu main ke rumah teman ?." Melvin menatap lekat wajah keponakannya yang sedang menunduk penuh karena memang merasa bersalah.
"Maaf, Om, key lupa."
"Lain kali jangan diulangi lagi." Melvin tidak marah pada keponakannya, dia hanya khawatir.
"Iya, Om."
"Ya sudah, kamu istirahat gih."
"Iya, Om. Eee, Om Vin kenapa?, Banyak luka-luka di tubuhnya ?."
"Tidak apa-apa, tadi malam hanya musibah kecil." Melvin mengelak sebab tidak mungkin dia memberitahu alasannya kepada Keyya.
Keyya mengangguk mengerti. "Ya sudah, Key ke kamar dulu, om."
"Iya."
Setelah melihat keponakannya sudah masuk ke dalam kamarnya, Melvin segera mengajak Farel untuk ke ruang kerjanya.
Farel yang paham segera menyerahkan sesuatu yang telah diminta oleh Melvin sebelum kepergiannya mencari Keyya.
Alis Melvin langsung bertautan setelah membaca berkas yang baru saja diberikan oleh Farel. Di dalam berkas itu terdapat sebuah kenyataan yang terlalu besar.
Melvin melirik ke arah Farel tanpa mengatakan apapun.
Farel langsung memahami tatapan mata bosnya. "Nona Keyya baru saja dari sana, Tuan." Jawabnya.
Rahang Melvin langsung mengeras karena tak senang. Farel beringsut melihat wajah bosnya yang kini tengah dipenuhi amarah.
Di dalam ketegangan itu, tiba-tiba iPad yang selalu dibawa oleh Farel berbunyi menandakan ada notifikasi email masuk. Farel segera mengeceknya lalu setelah terbuka dia perlihatkan pada Melvin.
Kemarahan Melvin semakin menjadi-jadi. Dia sudah tidak sabar untuk segera mengakhiri ketenangannya selama ini. Sudah sekian lama dia mencari sosok yang telah menghancurkan hidupnya hingga membuatnya harus memendam perasaan dendam yang begitu mendalam.
"Apa yang harus kami lakukan, tuan ?." Tanya Farel segera siap siaga dalam setiap perkara.
Melvin terdiam sejenak. Dia masih berfikir keras untuk mempertimbangkan langkah selanjutnya. Dan tidak sampai lima menit akhirnya Melvin mulai memutuskan.
"Siapkan jet pribadi !, Besok sore kita akan pulang dan biarkan dia menikmati sisa waktunya."
Farel mengangguk patuh. "Baik, tuan. Akan saya persiapkan semuanya." Ucapnya mantap.
Melvin mengangguk lalu berjalan keluar dari ruangannya untuk kembali ke kamarnya.
Sampai di kamar, Melvin segera menghubungi orang tua Keyya karena dia akan segera meninggalkan keponakannya itu sehingga nanti tidak ada yang bisa menjaganya lagi.
" Kapan kamu berangkat ?." Tanya seorang wanita di seberang telepon.
"Sore."
"Baiklah, kami akan memberikan penjaga lagi untuk Keyya. Terimakasih sudah menjaganya dan semoga perjalananmu lancar."
"Hem."
"Ya sudah, aku tutup dulu, jangan lupa beritahu Keyya sebelum kepergianmu nanti dia pasti akan mencarimu !."
"Iya." Melvin segera memutuskan sambungannya karena ada telepon masuk dari seseorang kepercayaannya.
"Berlindung dibalik seorang gadis muda yang merupakan keponakannya. Tepat setelah kepergian asistenmu dia datang." Ucap suara di seberang sana.
Melvin menyeringai lebar.
"Dasar bodoh, tidak adakah tempat lain yang lebih tepat untuk bersembunyi ?." Ucapnya mengejek seseorang yang jauh di sana.
"Nikmatilah waktu tenangmu yang hanya beberapa jam lagi !," Melvin menggeram dengan seringaian yang semakin menakutkan.
Melvin menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan mulai terlelap untuk menunggu hari esok yang akan penuh dengan kejutan besar.
🪵🪵🪵🪵🪵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Airhujan
Semangat ka,,, mampir iya😊
2022-12-16
0
Baihaqi Sabani
aduh pman alifah trnyta musuhyaa melvin kah???,🤣🤣🤣
2022-12-16
1