bab 4
Pagi menyapa, Melvin sudah siap dengan setelan jasnya dan keluar bersama Farel ke sebuah tempat yang sangat khusus.
"Perkembangan ?."
"Mereka sedang mengunjungi ladang, tuan."
Melvin mengangguk mengerti. Mobil yang sedang melaju terus bergerak pasti membelah jalan raya menuju pedesaan.
Sebuah villa dengan nuansa alami menjadi tempat berhenti. Melvin turun dari mobil dan diikuti oleh Farel di belakangnya.
Seorang pria berdiri di depan pintu villa menyambut kedatangan mereka dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.
"Ada kabar baik ?." Tanya Melvin tanpa basa-basi lagi sambil berjalan memasuki bangunan villa tersebut bersama pria tadi dan juga Farel.
"Hmm, ada satu hal yang harus kamu ketahui." Pria itu melangkah mendahului memasuki sebuah ruangan yang sangat privasi.
Melvin dan Farel mengikutinya di belakang.
Sebuah layar komputer sedang memperlihatkan data-data penting. Melvin begitu serius melihat tulisan-tulisan yang tampak di layar tersebut.
"Apa orang-orang suruhan mu sudah bergerak ?." Tanya Melvin tapi matanya masih fokus pada layar komputer.
"Mereka sudah bergerak dari pagi. Kita hanya perlu menunggu mereka menghubungi."
"Hem." Melvin terus menggeser tulisan tersebut dengan perlahan dan membacanya dengan sangat teliti.
Banyak sekali hal penting yang dia dapatkan dari layar komputer tersebut. Orang suruhannya memang sangat pandai menjalankan perintahnya.
Seseorang menelepon ponsel pria itu dan dia langsung menjawabnya.
"Bagus, langsung bawa kesini !." Sambungan telepon diputus.
Melvin menyeringai lebar menatap pria bernama Alex tersebut. Dia tidak pernah meragukan kemampuan Alex untuk melakukan perintahnya.
Melvin berjalan santai menuju sofa dan duduk disana. Farel dan Alex juga mulai duduk.
"Kapan kamu merasa puas ?." Alex bertanya.
Melvin tampak acuh. Saat ini mereka dalam posisi dimana Alex adalah sahabatnya Melvin.
"Aku tidak akan pernah puas sebelum mereka merasakan apa yang aku rasakan selama ini."
"Mereka siapa maksudmu ?. Ingat !, Urusan mu hanyalah pada si tua , tidak dengan gadis itu !." Alex menatap tajam wajah Melvin yang masih terlihat santai saja.
Melvin mengedikkan bahunya tak peduli dengan ucapan sahabatnya itu. Dia sudah kepalang dendam dan saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah bagaimana cara membalaskan dendamnya itu.
Suara keributan langsung mengalihkan perhatian ketiganya. Melvin langsung bangkit dan diikuti oleh kedua orang di sampingnya. Melvin dengan tatapan nyalangnya menatap wajah pria tua yang sedang dipegang oleh anak buah Alex.
Wajah pria itu jelas langsung syok melihat kehadiran Melvin. Melihat itu Melvin malah menyeringai menyeramkan. Melvin mendekati pria itu yang disuruh duduk oleh orang-orang yang sedang memegangnya.
Melvin berjongkok tepat di depannya. "Kita ketemu lagi, pak tua ?."
Wajah pria tua itu semakin terlihat ketakutan. Yah, dia sudah sangat tua jika harus berhadapan dengan Melvin yang tampak gagah sehingga membuat nyalinya langsung ciut saat ditatap tajam oleh mata Melvin. "Apa mau mu ?!, Sudah kukatakan, aku tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian itu !, Kau salah orang !." Teriak pria itu menatap tajam wajah Melvin karena tak terima diperlakukan demikian.
Tatapan mata Melvin lebih tajam lagi. "Kau pikir saya bodoh ?, Hahaha... !." Melvin mencengkeram kuat rahangnya. "Anaknya yang akan membayar semuanya !." Melvin menghentakkan tangannya sehingga membuat wajah pria itu menoleh sambil meringis kesakitan.
Pria itu menggeleng cepat. "Tidak !, Jangan... Dia tidak tahu apa-apa, jangan sakiti dia..." Ucapan mohon dengan sangat.
Melvin semakin tertawa lepas. Dia melupakan sikap ramah dan penyayang nya jika sedang dalam keadaan seperti ini.
Pria itu memberontak ingin dilepaskan dan orang-orang itu menurutinya. Pria itu bersimpuh memohon kepada Melvin. "Kau bisa menukarnya dengan hidupku, tapi saya mohon, tuan... Jangan sakiti dia... Dia hanya anak yang tidak tau apa-apa..." Pria itu memeluk kaki Melvin dengan tatapan memohonnya.
Melvin menghempaskan tubuh tua itu agar terlepas dari kakinya. Melvin tidak pernah merubah keputusannya jika dia dalam keadaan marah.
"Apa untungnya jika menukarnya dengan nyawamu ?, Tidak sama sekali !,"
"Tapi Tuan..."
"Bawa dia kesini !!." Suara Melvin menggelegar memenuhi setiap ruangan.
Melvin berjalan santai kembali duduk di sofa bersamaan dengan datangnya keributan lagi yang diciptakan oleh orang-orang suruhan Alex.
"Lepaskan tanganku !." Seorang gadis terus saja memberontak dari cekalan kedua anak buah Alex yang sedang memegangnya.
Mata gadis itu bersirobok dengan mata Melvin. Dari ekspresinya, jelas gadis itu sangat terkejut karena sebelumnya mereka bertemu dengan gadis itu sebagai penyelamat Melvin. Pandangan mata gadis itu beralih pada pria tua tadi yang masih bersimpuh di lantai.
"Paman ?!." Gadis itu berlari menyongsong tubuh pamannya.
Paman Syam dan Alifah, itulah mereka. Paman Syam menggeleng melihat kedatangan keponakannya. " Tidak Alif, seharusnya kamu tidak disini, nak." Paman Syam menangkup wajah Alifah.
Alifah menggeleng. "Paman, apa yang mereka lakukan pada paman ?, Kenapa wajah paman memar semua ?." Alifah dengan matanya yang berkaca-kaca menyentuh wajah pamannya.
Tangan lentiknya menyentuh luka yang memerah di pipi pamannya membuat pamannya meringis. Tatapan mata Alifah beralih pada Melvin yang sedang menatapnya dengan wajah datar.
Alifah bangkit dengan tatapan matanya yang setajam silet. "Siapa kamu ?!, Apa yang kau inginkan dari kami ?!, Hahh ?!!." Teriak Alifah berapi-api.
Melvin masih menunjukkan wajah datarnya. Dia balik menatap wajah Alifah yang sudah becek karena air mata.
Melvin bangkit berdiri dan melangkah mendekati tubuh yang sedang bergetar hebat itu. Alifah semakin merasa ketakutan dan mencoba memundurkan langkahnya.
Melvin menatap lekat wajah itu dan menelitinya dengan sangat. "Menikahlah denganku ." Ucapnya kemudian.
Semua orang langsung membelalakkan matanya tak percaya. Ucapan itu diluar perkiraan Alex dan Farel. Semuanya tidak ada dalam rencana sebelumnya.
Mata Alifah lebih menatap tak percaya. Dia dibuat syok oleh ucapan pria jahat yang tak dikenalnya sama sekali itu.
Paman Syam berdiri dan ingin mendekati ponakannya tapi orang-orangnya Alex bergerak cepat menahannya dan kembali mencekal kedua tangannya.
Alifah yang masih dilanda keterkejutan menoleh ke arah pamannya. Dia ingin mendekati pamannya untuk melepaskannya dari kuasa orang-orang aneh itu tapi lagi-lagi mereka sigap menahannya dan akhirnya keadaan Alifah tak beda jauh dengan pamannya.
Alifah menatap tajam wajah Melvin lagi. "Sebenarnya apa kesalahan kami ?!, Kami bahkan tidak pernah sekalipun mengganggumu.." Ucapan Alifah begitu lirih seakan sudah kehilangan tenaganya.
Melvin tak bereaksi apa-apa. Dia dengan santai mendekati tubuh paman Syam membuat Alifah semakin dilanda cemas.
Sebelum sampai di dekat paman Syam, Melvin berjalan didepan Alex dan betapa terkejutnya Alifah saat Alex memberikan sebuah belati pada Melvin.
"Tidak !!, Apa yang kau lakukan ?!." Teriak Alifah sambil memberontak berusaha ingin dilepaskan.
Melvin sampai di dekat tubuh paman Syam. Dengan gerakan yang sangat lamban dia mendekatkan belati itu di rahang Paman Syam.
Alifah semakin meronta-ronta melihat adegan menegangkan itu. Air matanya sudah tak dapat terkendali lagi.
Paman Syam mendongakkan kepalanya sedikit meringis karena ujung lancip belati itu sudah mulai melukai lehernya.
Alifah semakin membelalak saat melihat ada darah keluar dari kulit pamannya yang bertemu dengan ujung belati itu. "Stop !!, Jangan lakukan itu !!." Alifah kembali berteriak.
"Tidak ada pilihan, kamu hanya perlu menjawab iya atau tidak, dan pamanmu ini sebagai jaminannya." Ucap Melvin dengan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Alifah yang sedang ketar-ketir dilanda kegelisahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments