Tanah Yang dipijak

Bab 2

 Di sisi lain, seorang pria sedang menyandarkan tubuhnya yang masih sangat kelelahan di sandaran jok mobil yang sedang dijalankan oleh asistennya. Pria itu tak lain adalah orang yang tadi pagi ditolong oleh Alifah.

Bayangan saat dia memperhatikan seorang gadis sedang fokus memasak di dapur terus melintas di pikirannya. Senyum gadis itu sangat manis hingga langsung menawan hatinya. Padahal, selama bertahun-tahun dia tidak pernah tertarik lagi pada wanita manapun selain istrinya.

Tanpa sadar, pria itu tersenyum manis membuat asisten yang sedang duduk di sampingnya mengernyitkan alisnya heran.

"Bagaimana dengan ladangnya, tuan ?. Kejadian tadi malam merusak hampir setengah dari satu hektar ladang kebun sayuran."

Mendengar suara asistennya membuat bayangan tentang gadis itu lenyap seketika. Pria dengan perawakan gagah dan wajah sangat tampan itu kembali menegakkan posisi duduknya dan kembali menatap jalanan beraspal di depannya dengan tatapan matanya yang tajam.

"Berikan ganti rugi pada pemilik tanahnya." Ucapnya dengan suara yang sangat dingin.

"Baik, tuan."

"Hem."

Melvin Parvez adalah pria duda ditinggal istrinya meninggal delapan tahun lalu. Pada saat ini, usia Melvin telah genap 43 tahun. Umur yang sudah matang tapi tidak dengan wajahnya yang masih terlihat sangat muda, seperti pria umur dua puluh lima tahunan.

Selama ini Melvin hidup di luar negeri dari sebelum dia menikah bahkan hingga saat ini. Melvin hanya sesekali datang ke Indonesia jika ada acara keluarga ataupun hanya sekedar berkunjung ke rumah saudara-saudaranya.

Dan untuk sekarang, Melvin datang ke Indonesia karena sedang mengurus cabang perusahaannya yang baru saja didirikan di salah satu kota asri di Indonesia. Kuningan.

Tapi siapa sangka, ternyata saat kunjungannya ke tempat tersebut dia malah dikepung oleh salah satu musuh terbesarnya dan berakhir dengan keadaan tergeletak mengenaskan di salah satu ladang milik petani di sebuah desa kecil.

Melvin pulang ke rumah yang telah beberapa hari ditempatinya selama di Indonesia. Rumah minimalis menurutnya, tapi terbesar bagi penduduk setempat. Rumah dengan cat warna putih berpadu abu-abu yang memiliki dua lantai.

Itu bukanlah rumah Melvin, melainkan rumah milik anak dari saudaranya yang memang tinggal disini.

Seorang wanita paruh baya langsung menghampiri Melvin saat tau kedatangannya. "Ya Gusti... Tuan Melvin kenapa ?." Seru wanita itu sangat kaget melihat keadaan Melvin yang masuk ke dalam rumah dengan dipapah oleh asistennya.

Melvin tersenyum." Tidak apa-apa, Bi Jum. Saya hanya kecelakaan sedikit tadi malam." Ucapnya ramah.

Melvin memang memiliki sikap ramah dan juga baik hati. Tapi, itu semua ditunjukkan hanya untuk orang-orang tertentu saja dan salah satunya adalah pegawai di rumah keponakannya ini.

Bi Jum ikut memapah tubuh Melvin menuju kamarnya.

"Bi, Keyya belum datang ?." Tanya Melvin sebelum kepergian pelayannya itu.

"Belum, Tuan. Mungkin non Keyya pulangnya agak telat."

"Ya sudah, Bi."

Bu Jum kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar Melvin. Melvin kembali melihat layar ponselnya untuk melihat waktu. "Tidak biasanya ?. Rel, coba kamu cari tau dimana keponakanku ."

"Baik, tuan." Farel, sang asisten pribadi Melvin langsung keluar melaksanakan perintah bosnya.

Melvin kembali tidur setelah kepergian Farel.

Tadi malam, merupakan kejadian yang sama seperti biasanya. Seseorang melakukan penyerangan di saat dia lengah karena sedang fokus mengecek pembangunan sebuah vila di lereng bukit di desa.

Melvin yang merupakan seorang pria yang sukses di bidang bisnis, membuatnya harus memiliki banyak musuh dari berbagai macam penjuru. Di setiap tanah yang diinjaknya, selalu ada saja bahaya yang senantiasa mengintai.

Melvin meringis menyentuh lukanya sendiri. Tubuhnya masih sangat sakit karena luka goresan hampir menutupi seluruh tubuhnya. Padahal biasanya dia tidak pernah sampai mengalami luka parah seperti yang terjadi sekarang setelah kematian istrinya. Terakhir terjadi saat kecelakaan maut yang menimpa dirinya dan sang istri saat di luar negeri.

Mengingat sang istri, Melvin langsung mencari bingkai foto yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi.

"Hai, sayang ?. Bagaimana kamu disana ?. Apa kamu sedang bahagia bermain bersama anak kita ?,." Melvin mengusapkan jarinya di gambar tersebut.

Istrinya meninggal dunia bersama sang buah hati yang saat itu sedang dikandungnya.

"Apa kamu tahu ?, Lihatlah, mereka mulai mencariku lagi, sepertinya mereka akan kembali mengusik ketenanganku." Seperti orang bodoh, Melvin menunjukkan lukanya pada gambar istrinya itu.

Melvin bercerita tentang hidupnya pada sebuah bingkai yang sudah jelas-jelas adalah benda mati dan tak mungkin bisa melayani curhatannya.

Melvin mulai menguap. Dia merebahkan tubuhnya kembali sambil memeluk erat bingkai foto istrinya dan matanya terpejam karena ngantuk.

Di kampus tempat keponakannya kuliah, para bawahan yang telah diperintahkan oleh Melvin sedang kelimpungan mencari keberadaan Keyya.

Farel bahkan masuk ke dalam bangunan itu untuk mencari Keyya ke kelasnya dan ternyata menurut penuturan teman-teman sekelasnya mengatakan bahwa Keyya sudah pulang dari sebelum ashar bersama sahabatnya yang bernama Alifah.

Tanpa meminta persetujuan dari bosnya, Farel segera menghubungi salah satu bawahan Melvin di bidang IT untuk melacak keberadaan Keyya. Dan hanya menunggu kurang dari sepuluh menit, data tentang keberadaan keponakan Melvin sudah diterima.

Farel beserta beberapa bodyguard Melvin segera meluncur ke alamat rumah yang telah dikirimkan. Ternyata jarak alamat itu dengan kampus Keyya mencapai satu jam perjalanan untuk kecepatan normal.

"Ini rumah yang tadi pagi, tuan." Ucap salah satu bodyguard saat mereka sudah sampai di depan rumah yang telah dilacak.

Farel tidak menjawab tapi dia mengiyakan ucapan bodyguard itu di dalam hatinya. "Perhatikan lokasi !." Titah Farel lalu dia turun dari mobil dan melangkah menuju rumah tersebut.

Saat masuk ke dalam gerbang dengan nuansa alami dari bahan kayu jati, Farel memang melihat keberadaan mobil keponakan bosnya terparkir di halaman rumah tersebut.

Kebetulan sekali. Belum sampai ke depan pintu rumah itu, pintunya dibuka dari dalam dan memunculkan sosok dua gadis dari sana.

"Assalamualaikum." Farel membungkuk sopan.

"Waalaikumsalam,."

"Om Farel ?." Pekik Keyya terlihat sangat kaget.

Farel mengangguk mengiyakan. "Iya, nona. Saya datang menjemput nona pulang." Ucapnya.

Alifah hanya terdiam memperhatikan sahabatnya berbicara dengan seorang pria yang dia tak mengenalnya sama sekali. Tapi melihat interaksi antar keduanya, Alifah bisa mengerti sebab sahabatnya itu bukanlah orang biasa. Jadi, hal seperti ini pasti akan terus terjadi.

"Eee, Alifah. Aku pulang dulu ya ?, Maaf merepotkanmu."

"Tidak sama sekali, aku malah sangat senang kamu mau mengunjungi rumahku. Tapi aku tidak suka jika kamu pergi tanpa meminta izin dulu pada pamanmu." Alifah menatap tajam wajah sahabatnya.

Keyya nyengir kuda merasa bersalah. "Hehe, iya aku lupa. Lain kali tidak akan terulang lagi."

Keduanya berpelukan sebentar sebelum Keyya pamit pulang bersama orang suruhan pamannya.

Terpopuler

Comments

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

wadu dai paman keyya msh muda bestie....
nnti bkln shock nih afifa thu klw pmn keyya pria yg d tolong afifah😍😍😍

2022-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!