Ini adalah pertemuan kedua dia bertemu dengan calon mertuanya, bukan lagi rasa takut awal pertama bertemu, tetapi ia takut kalau nanti lelaki itu terus mengatakan hal yang membuat hubungannya hancur.
"Baiklah Felia kamu harus tenang, ini bukan pertama Kalinya kamu bertemu dengan ayah Louis. Tapi ini sudah dua kali kamu bertemu dengan calon mertua kamu." ujar Felia menatap penampilan dirinya di depan cermin besar.
Felia mendengar suara mobil Louis langsung bergegas menemui kekasihnya, ia melihat lelaki itu menatapnya dengan tatapan kagum.
"Aku beruntung dapatin kamu Felia, semakin hari kamu semakin cantik. Gimana aku bisa berpaling kalau pacar aku saja sudah cantik." Felia yang mendapatkan pujian dari Louis hanya bisa tersenyum, ia juga beruntung mendapatkan lelaki seperti Louis.
Dengan postur tubuh Louis yang tinggi membuat dirinya semakin susah menyamakan tinggi badannya, ia melihat Louis memberikan tangan untuk ia genggam dan tangannya langsung digenggam.
"Kamu masih gugup?" pertanyaan itu membuat Felia menatap Louis, rasa gugup ini masih belum hilang walau ini bukan pertemuan pertama tetapi sudah pertemuan kedua.
"Sedikit tapi tidak separah yang pertama." Louis memberikan tangannya untuk menyentuh tangan Felia, dan satu tangannya digunakan untuk menyetir.
"Kalau nanti ayah bicara yang tidak-tidak kamu bilang sama aku, aku bakal bela kamu sampai hubungan kita direstui." ucap Louis terus mengelus punggung tangan Felia.
Louis berhenti tepat di rumah, ia melepaskan sabuk pengaman barulah membalikan badan untuk melihat Felia.
"Kenapa diam aja? Ayuk turun." ucap Louis membuat Felia tak ingin turun dari mobil, Louis yang melihat Felia tidak bergerak menggandeng tangan Felia.
"Jangan khawatir ada aku yang selalu lindungi kamu." Felia dan juga Louis turun dari mobil, mereka masuk ke dalam dengan bergandeng tangan.
Diruang tamu mereka sudah melihat Edbert sibuk menghisap rokok, suara Louis membuat Edbert menatap mereka berdua.
Tanpa bicara apapun Edbert hanya memperhatikan Louis dan juga Felia, wanita itu tidak berani menatap Edbert karena pertemuan pertama yang membuat dirinya semakin canggung.
"Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Edbert membuat keduanya menatap.
"Mau jalan lima tahun, om." Edbert mengangguk dengan jawaban Felia, sedangkan Louis sibuk menuangkan minuman ke dalam gelas.
"Sayang, minum dulu." kata Louis memberikan minuman untuk Felia, wanita itu menerima minuman yang diberikan Louis.
"Saya merestui hubungan kalian." seketika mereka berdua saling menatap, Felia tidak percaya dengan ucapan Edbert.
Seakan ini seperti mimpi tapi ini nyata, "Ayah serius! Ayah merestui hubungan kami."
Edbert mengangguk, Louis tersenyum menatap Felia. Ia tidak percaya Edbert langsung menyetujui hubungannya, dan ini adalah kenyataan bukan mimpi.
"Saya merestui kalian bukan berarti saya setuju dengan hubungan kalian." rasa senang di hati mereka seketika hilang, saat Edbert mengatakan tidak menerima hubungan yang mereka jalani.
"Maksud ayah apa? Bukannya ayah bilang merestui hubungan kami, kenapa ayah sekarang berubah pikiran." kata Louis yang tidak terima dengan ucapan Edbert, lelaki itu memilih menikmati minuman.
Edbert menatap Louis, "Ayah memang merestui hubungan kalian bukan berarti ayah menerima pacar kamu ini." Felia menatap Edbert saat lelaki itu menatapnya juga, lelaki itu kembali menatap Louis.
"Ayah akan merestui pacar kamu saat dia mau menerima tantangan yang ayah berikan."
"Tantangan?" gumam Louis dan juga Felia.
"Apapun tantangannya saya sanggup menerimanya, om." perkataan Felia mampu membuat Edbert tersenyum, tidak dengan Louis ia malah takut kalau ayahnya akan melukai Felia.
"Yah, dia pacar aku bukan tawanan ayah. Kenapa ayah malah mencurigai Felia pacar aku."
"Kenapa malah kamu yang khawatir, pacar kamu aja menerima tantangan dari ayah. Jadi buat apa kamu mengkhawatirkannya."
Edbert menatap Felia saat wanita itu juga menatapnya, "Besok kamu tidak usah datang ke perusahaan Louis. Saya akan meminta Bob untuk menjemput kamu, dan kamu bisa tau apa tantangannya."
***
"Kenapa kamu menyetujui tantangan yang diberikan ayah, seharusnya kamu menolak ucapan ayah."
Felia menatap Louis saat pria ini sibuk menyetir, "Aku lakuin ini untuk hubungan kita. Kamu percaya sama aku, aku akan berusaha menerima apapun yang ayah kamu berikan asalkan hubungan kita direstui."
"Tapi Felia kamu tidak tau ayah aku, apalagi ayah sudah meminta Bob untuk menjemput kamu. Aku takut kamu kenapa-napa."
"Kamu gak perlu khawatir aku akan menaklukan hati ayah kamu, kamu fokus urus kantor aja nanti setelah aku lulus baru aku beritahu kamu." ucap Felia menenangkan Louis, jujur ia juga takut dengan Edbert tapi ini semua demi hubungannya dengan Louis.
Keesokan paginya seorang lelaki sudah menunggu di luar, ia melihat lelaki itu menatapnya secara datar sampai dia saja takut dengan pria ini.
Lelaki itu memintanya naik ke dalam mobil, entah mau dibawa kemana yang pasti lelaki itu pasti ingin bertemu seseorang. Dan benar saja lelaki itu berhenti di sebuah perusahaan besar, malah perusahaan ini lebih bagus dibandingkan perusahaan Louis.
"Silakan nona." Felia mengangguk, ia turun dari mobil saat lelaki itu mengikuti langkahnya.
Mereka berdua masuk ke dalam perusahaan, Felia melihat orang-orang yang sibuk bekerja di perusahaan ini dan itu semua memiliki kemampuan kecepatan yang luar biasa.
Felia melihat lelaki ini sudah membuka pintu ruangan, "Silakan masuk, nona." langkah kaki Felia sampai di ruangan Edbert.
Pria itu sudah menunggu kedatangannya, terlihat kalau Edbert duduk di sofa panjang dengan kaki diangkat di tambah lagi mata lelaki itu menatapnya.
"Keluarlah, saya mau bicara dengan wanita ini." ucap Edbert kepada Bob, pria yang barusan bernama Bob yang sudah lama bekerja menjadi orang kepercayaannya.
Tanpa melakukan basa-basi Edbert memberikan dokumen perusahaan kerja sama, Felia melihat Edbert memberikan dokumen kerja sama dan ia meminta Edbert meminta penjelasan.
"Saya sudah mencari tau kepintaran kamu selama bekerja di perusahaan putra saya, dan saya memberikan dokumen itu untuk kamu bisa menarik kerja sama dengan perusahaan DHOOM."
"Perusahaan DHOOM? Maksud om saya harus bisa bekerja sama dengan perusahaan DHOOM?" kata Felia mengecek laporan yang diberikan Edbert.
"Ya. Saya tau kamu pintar jadi saya mau malam ini kamu ikut saya untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan DHOOM, kalau kamu berhasil saya akan menyetujui kamu menjadi menantu saya. Gimana Felia kamu setuju?" kata Edbert menatap Felia yang terdiam, ia tau kalau wanita ini tidak akan sanggup menerima perintah yang dia berikan.
"Baik, saya menerima perintah dari om. Saya akan berusaha mendapatkan kerja sama itu untuk om." sungguh dia tidak percaya saat Felia menyetujuinya, entahlah Felia terbuat dari apa sampai wanita ini rela mengorbankan dirinya sendiri.
"Nanti malam ada mobil yang akan datang ke rumah kamu untuk menjemput kamu, dan saya akan menunggu kamu di tempat ini." Felia menatap kertas yang diberikan Edbert, ia kembali menatap Edbert.
"Oke, saya setuju." Felia bangkit dengan membawa dokumen yang diberikan Edbert, kepergian Felia membuat dirinya tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments