Louis menatap Felia dan juga Edbert, mereka malah sibuk melakukan aktifitas tanpa menjawab ucapannya. Semenjak di dalam Felia terus terdiam tanpa bicara apapun, biasanya wanita ini selalu mengajak dirinya bicara.
Felia yang merasa tangannya di sentuh menatap Louis, "Kamu kenapa diam aja, dari awal kamu ketemu ayah sikap kamu aneh. Apa ayah bicara yang tidak-tidak sama kamu?"
"Ayah kamu sangat baik, dia sampai memperhatikan calon istri anaknya supaya tidak salah memilih. Kamu beruntung bertemu ayah seperti dia."
"Jawab saja gak usah bicara seperti itu, aku tau pasti ayah bicara yang tidak-tidak sama kamu. Gak mungkin kamu diam pasti kamu memikirkan ucapan ayah, cepat katakan apa yang kalian bicarakan saat aku tidak ada."
Felia menghela nafas saat dia memilih menatap kearah depan, "Ayah kamu menganggap ku wanita matre, dia takut aku akan menghabiskan harta kamu. Makanya dia bicara itu sama aku takut kamu di manfaatin sama wanita."
"Sudah ku duga pasti ayah akan bicara itu. Setiap hari ayah selalu menganggap kalau wanita adalah matre, kenapa pria itu tidak pernah berubah malah berpikir negatif terhadap wanita yang selalu dekat denganku." batin Louis, ia masih fokus menyetir walau pikirannya sudah kemana-mana.
"Maksud anda apa bicara seperti itu sama Felia." ucapan yang secara tiba-tiba yang diberikan Louis membuat Edbert membalikan badan dan menjauh dari jendela.
"Ternyata wanita itu sudah mengatakannya sama kamu, pantas kamu sebegitu marah sampai membela wanita itu." Edbert melangkah menuju kursi tunggal dengan mengeluarkan bungkusan rokok yang selalu dia bawa.
Ia kembali menatap Louis saat lelaki itu masih menatapnya, "Kenapa kau milih dia? Bukannya masih banyak wanita di luar sana yang lebih dari dia, dan lebih setara dengan keluarga kita."
"Apa kau pernah menghargai seorang wanita? Sampai kau membenci wanita yang saat ini dekat denganku?" Edbert meletakan batang rokok di asbak, ia melihat Louis menuju dapur.
"Dia hanyalah wanita biasa tidak sebanding dengan kita, kau taukan dia hanyalah karyawan bukan anak orang kaya. Jadi lebih baik kau tinggalkan dia dan memilih wanita yang setara denganmu." Louis meletakan kaleng soda yang dia ambil dari kulkas, ia menatap Edbert saat lelaki itu memilih fokus dengan handphone.
"Kau tidak berhak mencampuri hubunganku dengan Felia, maupun kau meminta anak buah mu untuk datang dan meminta Felia meninggalkan aku, aku tidak akan pernah meninggalkan Felia." Louis pergi saat helaan nafas diberikan Edbert.
{Cari tau tentang Felia. Saya mau informasi mengenai wanita itu segera kamu dapatkan.}
"Kau mau kemana?" tanya Edbert melihat Louis membawa koper, ia meminta seseorang untuk memasukan kopernya ke garansi mobil.
"Saya akan kembali ke apartemen. Dan anda tidak berhak dengan hubungan saya apalagi mengurus kehidupan saya, lebih baik urus saja urusan anda dari pada mengurus kehidupan saya." selesai mengatakan itu Louis pergi meninggalkan Edbert di rumah sendiri.
Helaan terus helaan yang ia berikan, putranya sama sekali tidak menginginkan tinggal di rumah ini dan memilih pergi ke apartemen.
Sampai di apartemen Louis memberikan kunci kamar kepada pekerja yang bekerja di rumah Edbert, ia meminta pria itu untuk meletakan barang bawaan dan dia memilih pergi ke kantor.
Louis baru saja tiba di kantor melihat meja kerja Felia kosong, "Kemana Felia? Apa hari ini dia tidak masuk kerja?"
***
Sedangkan Felia sibuk bekerja di lapangan, kesibukannya bekerja membuat dirinya lupa ngabarin Louis. Ia menjauh dari semua orang untuk menghubungi Louis, akhirnya panggilan telepon terhubung.
"Kau ini kemana aja, dari tadi aku cariin kamu. Kenapa kamu tidak hubungi aku?" kata Louis yang mengetahui jadwal Felia bekerja di lapangan, ia tersenyum mendengar kekhawatiran yang diberikan Louis.
"Maaf sayang, aku lupa kabarin kamu. Gimana pekerjaan kamu apa urusan kantor aman?" tanya Felia langsung menanyakan kantor bukan kabarnya.
"huft, aku ini pacar kamu Felia. Kenapa kamu menanyakan urusan kantor dari pada pacar kamu sendiri."
"Kau masih saja cemburu. Baiklah, aku tanya tentang kamu. Kamu udah sarapan?" kali ini Felia bertanya dengan lembut membuat Louis tersenyum.
"Belum, habis pekerjaan kamu selesai bagaimana kita makan siang bersama."
"Oke, setelah pekerjaan aku selesai aku akan hubungi kamu untuk makan siang bersama." Felia mengakhiri panggilan telepon saat seseorang memintanya untuk menemui kepala perusahaan.
Di luar ada seorang wanita sibuk menguping pembicaraan mereka, dia adalah Cici yang dari tadi sibuk menguping pembicaraan Louis dengan Felia. Yang awalnya Cici mau memberikan laporan kantor tidak sengaja mendengar suara Louis, ia memutuskan untuk mendengar semua percakapan Louis sampai selesai.
"Bagaimana caranya aku bisa menghancurkan Felia dan membuat Louis jatuh cinta kepadaku." ucap Cici di dalam hati, barulah Cici mengetuk pintu untuk mengantarkan berkas yang ia bawa.
Louis masih setia mengecek laporan kantor sampai ia mendengar suara dari karyawan, "Letakan saja laporan itu di meja saya dan kamu boleh pergi."
Cici melakukan ucapan Louis tapi ia masih setia memandang wajah Louis, baru kali ini ia bisa memandang Louis selama ini walau lelaki itu tidak pernah menatapnya.
Louis menghentikan pekerjaannya saat melihat Cici masih berdiri menatap dirinya, "Kenapa kau masih ada di sini? Bukannya saya menyuruh kamu pergi dari ruangan saya." pekik Louis.
"Maaf pak. Saya..."
"Kalau kau hanya mengatakan yang tidak penting lebih baik keluar dari ruangan saya." sekali lagi Louis mengusir Cici, wanita itu menahan kemarahan yang sampai saat ini belum ia keluarkan.
Dia memilih keluar dari ruangan Louis, sampai dimana ia menghubungi seseorang untuk membantunya.
"Hari ini kau masih bisa mengusirku, dan menganggap ku tidak. Tapi suatu saat kamu akan menjadi milikku, Louis." Cici pergi dari ruangan Louis.
"Gimana apa kau sudah mendapatkan informasi mengenai, Felia?" tanya Edbert menatap lelaki yang berdiri di hadapannya.
Tanpa menjawab ucapan Edbert, lelaki itu memberikan bukti informasi mengenai Felia. Ia terus mengamati semua bukti yang didapatkan, sampai ia menemukan satu informasi yang semakin dirinya kagum.
"Ternyata wanita itu bukan wanita yang selama ini aku takutkan, Louis benar kalau Felia bukan wanita matre. Dia wanita pekerja keras sampai wanita itu berjuang mempertahankan hidupnya." batin Edbert masih melihat informasi yang didapatkan orang kepercayaannya.
Selesai melihat informasi tentang Felia ia kembali menatap orang kepercayaannya, "Kamu bisa kembali. Bagi saya informasi ini sudah cukup."
"Baik, tuan." lelaki itu pergi saat Edbert masih membuka informasi mengenai Felia.
"Sayang, ayah meminta aku bawa kamu menemui ayah." kata Louis secara tiba-tiba membuat Felia tersedak, ia mengambil air minum saat Louis memberikan segelas air.
"Kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Louis mengkhawatirkan keadaan Felia.
"Aku tidak apa-apa. Barusan kamu bicara apa?"
"Ayah meminta kita datang menemuinya. Aku gak tau ayah mau bicara apa, yang pasti dia mau bicara hal penting tentang hubungan kita."
Felia menghentikan sarapan menatap Louis dengan serius, "Hubungan kita? Bukannya ayah kamu tidak menyukai aku, malah dia menganggap aku wanita matre."
"Aku yakin ayah sudah berubah pikiran makanya dia meminta aku untuk menemuinya lagi." Louis meletakan sendok di piring, ia memilih menyentuh tangan Felia.
"Kamu gak usah khawatir, aku janji akan selalu ada untuk kamu." perkataan Louis membuatnya sedikit tenang, walaupun hatinya semakin dibuat kacau saat bertemu dengan Edbert.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments