Bab 5

Di sepanjang perjalanan menuju kantorku aku dan Elon tak banyak bicara. Aku dan Dia sibuk dalam pemikiran masing-masing. Hingga tak terasa sudah tiba di kantorku. Aku membuka pintu mobil dan turun. Aku mengucapkan terimakasih pada Elon. Elon hanya mengangguk, kemudian tersenyum. Lalu meninggalkan kantorku. " Ada apa dengannya, kenapa hari ini dia lebih banyak diam" bertanya dalam hati

Segera aku masuk menuju ruanganku. Aku berpamitan dengan semua karyawan yang berada dalam ruangan yang sama denganku. Setelah itu aku menyerahkan surat undur diriku ke HRD.

***

Gue dateng pagi-pagi biar bisa sarapan dan jalan bareng sama dia. Tapi yang gue dapat justru kabar yang gak enak. "Gue gak percaya, kalau tiba-tiba dia mau pergi, begitu cepat" kata Elon dalam hati. Gak gue pungkiri gue kaget denger kalau Anna memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Rasanya jujur gue pengen protes tapi gue gak bisa. Gue sama dia baru deket jadi gak mungkin kalau dia harus ngikutin apa yang gue mau.

Selama di mobil ketika mau ke kantor Anne. Gue pikir dia bakal cerita masalah dia. Tapi ternyata justru dia melamun ntah memikirkan apa.

"Kamu ada masalah apa An? Jika aku bisa bantu pasti aku bantu?" kataku tertahan dalam hati. "Aku mengurungkan niatku untuk bertanya. Aku ingin memberikan ruang untukmu An, jika kau nantinya bercerita pasti aku akan setia mendengarkan" melirik Anne kemudian fokus menyetir

Aku membuka kaca mobil tersenyum kemudian langsung pergi meninggalkan tempat kerja Anne.

"Bahkan sampai terakhirpun kamu masih saja diam Anne" gumam Elon frustrasi

***

Aku menghirup dalam-dalam ketika sudah turun dari pesawat. Saat ini aku sudah tiba di Bandara Yogyakarta Internasional Airport yang terletak di kabupaten Kulon Progo. "Akhirnya aku pulang juga, Ibu, Bapak, anakmu ini pulang" gumamku

Aku mengeluarkan benda pipih dari tasku. Kemudian aku memesan taksin online. Aku tidak memberi kabar pada bapak ibu karena aku ingin memberi kejutan pada mereka.

Dari bandara sampai ke rumah orang tuaku kira-kira membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Rumah kedua orangtuaku ada di kabupaten Sleman. Lebih tepatnya desa Purwomartani kecamatan Kalasan.

Sebelum pulang ke rumah aku ingin sebentar jalan-jalan di Malioboro. Aku meminta pak supir untuk mampir ke Malioboro. "Pak, nanti tolong mampir teng Malioboro njih?" ucapku sedikit menggunakan bahasa Jawa

"njih Mba" jawab Pak supir

Aku berjalan menyusuri Malioboro. Aku teringat dulu sewaktu SMA aku dan Bella sering kali datang ke sini. Foto-foto dan beli Es krim. Tak terasa air mataku menetes "Bel, aku sayang banget sama kamu. Aku udah rela kamu sama Angga" gumamku, sambil menghapus air mata yang mengalir. Ya, aku sudah memutuskan ikhlas untuk apa yang telah menimpaku.

Akhirnya aku sampai di rumah, betapa terkejutnya aku ketika melihat mobil yang sangat familiar sudah ada di depan rumahku. "Kenapa bisa?" ucapku lirih

Aku buru-buru masuk ke dalam rumah. Ku ucapkan " Assalamualaikum"

Aku gak menyangka bahkan bukan cuma Angga saja. Angga membawa kedua orangtuanya.

"waalaikumsalam" semua menjawab. Kemudian ibu memintaku untuk menaruh barang ke kamar dan ikut bergabung dengan mereka

Aku segera melangkah menuju kamar. Aku mondar-mandir memikirkan apa sebenarnya rencana Angga sesungguhnya. Aku menoleh ke arah pintu kamarku. Aku mendengar ibu meminta izin untuk masuk. "masuk saja buk" kataku

"kenapa kok belum ke depan nduk?" tanya ibuku

"Bu, sebenarnya Angga ke sini sama orang tuanya ada maksud apa ya bu? Tanyaku, sambil meminta ibu duduk di ranjang.

"Kamu gak tau po nduk?" kata ibuku

Aku menggeleng tanda tak tahu sama sekali.

"Nak Angga ke sini sama orangtuanya mau mempercepat pernikahan kalian" kata ibu, sambil memegang tanganku.

"Apa bu? " Aku terkejut

"Bagaimana bisa, kenapa seperti ini? Bagaimana dengan Bella?" aku bertanya-tanya dalam hati

"Bu, jujur Anne sudah gak mau menikah dengan Angga lagi Bu" lanjutku, aku tatap ibu dengan sendu berharap ibu setuju dengan keputusanku.

"Kenapa nduk? Bukannya nak Angga itu baik? Kamu juga sudah lama to punya hubungan dengan dia?" tanya ibu yang heran.

"Bu sebenarnya..." ucapku ragu-ragu

"Nduk, keadaan bapak lagi gak sehat, bapak pengen banget liat kamu nikah sama nak Angga " ucap ibu mencoba meyakinkan aku untuk menikah dengan Angga. "Ayo sekarang kita ke depan" ajak ibu

"Ibu, sebenarnya kalian belum tau saja kalau Angga sudah menghianatiku" aku membatin

Aku duduk di samping ibu. mereka semua membahas rencana pernikahanku yang di percepat. Aku bingung bagaimana cara untuk menolaknya. Bapak dan Ibu begitu antusias membicarakan pernikahanku dan Angga. "Ya Tuhan, bagaimana aku menjelaskan ke orangtuaku untuk tidak melanjutkan rencana pernikahanku?" tanyaku dalam hati

"An, kamu maukan pernikahan kita diajukan?" tanya Angga. Angga mencoba meraih tanganku.

Aku menghindar, lalu berkata " Maaf Ngga, Bapak, Ibu, Om, dan Tante Anne hak bisa melanjutkan rencana pernikahan ini? kataku. kemudian semua orang menatapmu.

Angga menarik tanganku dengan paksa dan mengakali keluar rumah. Aku sudah mencoba melepaskan pegangan Angga. Namun justru Angga lebih mengencangkan lagi pegangannya.

"Ngga, tolong lepas tangan aku? mohonlah karena aku merasa kesakitan. Namun Angga mengabaikan permintaanku dan terus menarikku.

Angga menghempaskan tanganku ketika kami sudah berada lumayan jauh dari rumah. "Kamu mikir gak sih Ah, apa yang barusan kamu ucapan, hah? tanya Angga Emosi

"Aku yang harusnya emosi Ngga, ngarai. kamu tiba-tiba dateng ke rumah orang tuaku? Terus kenapa kamu bawa juga kedua orang tua kamu Ngga?" ucapku lebih emosi

"Kamu tadi dengarkan kalau aku mau pernikahan kita itu dimajukan?" jawab enteng Angga

"Gak Ngga, kamu salah. Aku gak mau nikah sama kamu!" balasku

"Kamu gak akan bisa lepas dari genggamanku Anne." Ancam Angga. Angga menggenggam dahulu. Aku merintih karena sakit.

"Aku gak peduli, pokoknya aku gak mau nikah sama kamu Ngga" kataku kemudian aku mendorong badan Angga. Lalu pergi meninggalkan dia.

"Jangan harap kamu bisa lepas dariku Anne" Kata Angga dalam hati, Ia mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras.

Aku masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Aku masih belum siap menjelaskan apapun saat ini kepada Bapak dan Ibu. Aku langsung masuk ke dalam kamar kemudian aku mengunci pintunya. Aku merebahkan diri di atas ranjang. Aku menangis lagi. "Aku gak menyangka Ngga selain kamu tukang selingkuh ternyata kamu juga kasar. Kenapa aku baru menyadarinya, padahal kita sudah lama bersama. Dulu bagiku kamu laki-laki penyayang, pengertian, dan bertanggung jawab. Tapi sekarang kamu berubah Ngga, atau sebenarnya inilah sifat kamu Ngga?" gumamku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!