Kylian Guan mencengkeram tangannya dengan keras lalu mendorongnya. “Jangan menyentuhku secara sembarangan!” Tatapan mata pria itu dipenuhi dengan rasa jijik. Harriet Wang terkejut dengan tindakan pria itu.
“Harriet, apa yang kau lakukan?” Suara familier itu membuat Harriet menoleh.
“Kakak!”
“Valerie, kau urus adikmu ini! Beritahu dia untuk mengetahui bagaimana menjaga sikap.”
“Harriet, minta maaf pada kakak iparmu. Sepertinya kau telah membuatnya terganggu.”
“Maaf kakak ipar. Aku sungguh tidak berniat membuatmu merasa tidak nyaman. Aku hanya ingin membantumu mengikat dasi.”
“Aku tidak butuh bantuanmu.” Tuan Muda itu tidak sedikitpun menutupi ketidaksukaannya. Lalu dia beralih ke arah istrinya. “Sebentar lagi jam sarapan, aku akan menunggumu di bawah.”
Tuan Muda Guan meninggalkan mereka berdua. Valrie memandang adiknya dengan jengkel. “Harriet, aku memang memintamu bergerak, tetapi bukan berarti kau bisa langsung pergi ke kamarnya dan melemparkan tubuhmu.”
“Kakak, ini di luar rencanaku. Aku hanya datang mencari kamarmu dan memilih ruangan secara acak. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan kakak ipar.”
“Jika kau membutuhkanku kenapa tidak menelepon?”
“Ponselku kehabisan daya sejak semalam. Kakak, tolong jangan marah.”
“Apa yang kau perlukan?”
“Aku ingin meminjam pakaianmu, semua pakaianku ada di hotel.”
“Ikuti aku.” Valerie membawa adiknya ke kamarnya. Dia membuka almari yang menunjukkan semua pakaian mahal bermacam mode dan merek. Mata Harriet menjadi cerah melihat itu, sudah sejak lama dia memiliki hal-hal yang mahal setelah terusir dari rumah. “Bukankah ini pakaian yang diproduksi terbatas, bagaimana kakak bisa memilikinya?”
“Itu hadiah dari suamiku. Kau pakai saja.”
“Bukankah ini spesial.”
“Tidak ada yang spesial. Cepat ganti pakaianmu dan datang sarapan. Aku memberimu waktu 5 menit untuk bersiap.”
Haritte terburu-buru mengenakan pakaiannya. Dia juga meminjam peralatan make up kakaknya untuk menutupi luka-lukanya. Valerie hanya menunggunya tanpa mengatakan apapun. Dia hanya bicara saat memperingatkan bahwa waktu habis.
Harriet hanya bisa puas dengan penampilannya sekarang lalu dia pergi ke ruang makan. Pandangannya terarah pada seorang pria yang sedang melihat ponsel. Setiap kali melihat kakak iparnya ini, sulit baginya untuk mengabaikannya. Pria itu menoleh ke arah wanita, tetapi pandangannya hanya tertuju pada Valerie.
“Istriku, kenapa kau begitu lama?”
Valerie menyadari suara suaminya begitu berbeda. Ada apa dengan pria yang tiba-tiba berbicara begitu lembut padanya. Dia tidak ingin memusingkan masalah ini.
“Aku harus membantu saudaraku memilih pakaian.” Valerie menjawab dengan acuh tak acuh.
Kedua bersaudara itu bersamaan menarik kursi secara bersamaan. Semua makanan telah dibagi dalam piring masing-masing. Suasana begitu hening, hanya ada suara gerakan dentingan alat makan. Herriet merasa tercekik dengan keheningan ini. Bukankah ini tidak jauh berbeda dengan sarapan sendiri.
Harriet mengangkat wajahnya dan memperhatikan kakak iparnya lagi. Pandangannya fokus menyusuri setiap figure wajahnya. Dia mengingat bahwa kakaknya mengatakan bahwa pria itu adalah orang yang pernah menolaknya.
“Suamiku, aku dengar bahwa posisi Asisten pribadimu sedang kosong untuk sementara waktu. Bagaimana jika saudariku menempati posisi itu untuk sementara waktu?”
“Tidak. Aku sudah memiliki kandidat untuk hal itu.”
“Sekali saja, bisakah kau membantu? Adikku membutuhkan pekerjaan saat ini.”
“Kenapa tidak bekerja di perusahaan keluargamu saja? Aku tidak ingin direpotkan dengan hal-hal yang tidak kompeten.”
“Jika aku bisa membawanya ke perusahaan keluarga maka aku akan melakukannya, tetapi aku tidak bisa. Hanya kau satu-satunya yang dapat membantu, jangan lupa bahwa Herriet adalah adik iparmu, apa kau tidak bisa memberinya kemudahan?”
“Aku tidak akan mengubah pikiranku. Aku sudah selesai makan, aku pergi.” Tuan Muda mendorong kursinya.
“Kakak ipar, aku sangat butuh pekerjaan ini untuk membayar hutang. Jika tidak, mereka akan terus menganggukku.”
“Apa kau menceritakan hal ini untuk membuatku merasa kasihan padamu? Kau memiliki hutang itu urusanmu sendiri, itu menunjukkan bahwa kau tidak bisa mengendalikan tentang keuangan. Apa orang sepertimu dapat dipercaya untuk memiliki posisi penting? Orang-orang yang mengejarmu juga hanya akan memberi masalah.” Tuan Muda tidak ragu mengeluarkan pemikirannya Dia bahkan tidak peduli bahwa kata-katanya merendahkan orang lain.
“Kakak ipar, aku berjanji padamu bahwa aku dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Aku tidak akan membuat masalah. Haruskah aku berlutut untuk menunjukkan keseriusanku.”
“Suamiku, aku akan bertanggung jawab jika saudariku membuat masalah. Kau bisa memberinya kesempatan 3 bulan bekerja denganmu.” Valerie membantu saudaranya sebelum Tuan Muda sempat mengungkapkan penolakan.
“Baiklah, karena istriku begitu menginginkan itu maka aku tidak punya pilihan lain. Besok, datanglah ke kantor, aku akan memberimu pengarahan.”
“Kakak ipar, kau sangat baik. Terima kasih.”
“Tidak perlu berterima kasih, aku hanya melakukannya karena istriku begitu mempercayaimu.” Tuan Muda sengaja menekan tiga kata terakhir dari kalimatnya.
Harriet tidaklah bodoh untuk menangkap maksud dari perkataan kakak iparnya. Dia melirik ke arah kakak perempuannya yang masih menggigit roti tanpa peduli saat suaminya meninggalkan ruangan. “Kakak, apa kau tidak mengantar kakak ipar pergi?”
“Tidak ada gunanya melakukan itu. Habiskan sarapanmu!”
“Aku sudah kenyang.” Perutnya masih tidak nyaman membuatnya merasa tidak memiliki banyak nafsu makan khususnya karena makanan padat ini.
“Kalau begitu kau ikut denganku. Ada hal yang perlu aku diskusikan denganmu.”
Valerie mengusap mulutnya dengan sapu tangan setelah itu dia berjalan pergi. Harriet mengikutinya dengan patuh seperti seekor anjing yang menurut pada majikannya. Mereka berdua menaiki tangga sampai tiba di sebuah kamar.
“Aku sudah menyiapkan data yang perlu kau pelajari, aku yakin pria itu akan memberikanmu tes. Selain itu, aku juga sudah membuat daftar hal yang perlu kau perhatikan untuk dapat merayunya. Ingat baik-baik tentang apa yang dia sukai dan tidak sukai.”
Harriet mengambil dokumen tebal yang diserahkan oleh Valerie. Dia memeriksa semua hal tentang targetnya. Membacanya dengan begitu teliti membuatnya memikirkan sesuatu yang mengganggunya sejak di meja makan. “Kakak, kau bilang padaku sebelumnya bahwa hubunganmu dan kakak ipar begitu buruk, kan?”
“Seperti apa yang telah aku katakan padamu, hubunganku memang seperti itu. Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang hal yang sudah jelas? Apa kau tidak melihat betapa dingin hubungan kami?”
“Ya, tetapi kakak ipar sepertinya mencintaimu.”
“Jangan mengatakan omong kosong.”
“Aku tidak mengatakannya secara sembarangan, walaupun kakak ipar terlihat dingin, tetapi nada suara begitu lembut, tatapan matanya juga hanya terarah padamu. Satu hal lagi, dia akan memakukan apapun yang kau mau, itu adalah bukti nyata.”
“Apa sebenarnya maksudmu mengatakan hal ini? Apa kau mencoba membujukku agar tidak melanjutkan rencana ini? Harriet, bukankah kau juga menginginkan pria itu juga?”
“Aku memang menyukainya, tetapi dia menyukaimu. Aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaanmu.” Harriet menunjukkan ketulusannya. “Kakak, kenapa kau tidak mencoba mendekati kakak ipar? Dia adalah orang yang baik?”
“Pria yang baik?” Senyum pahit terukir di bibir Valerie. “Kau tidak tahu seperti apa dia sebenarnya. Aku beritahu padamu bahwa dia....”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments