Billa benar-benar kelaparan dan sangat letih, tepat pukul setengah sembilan malam dia baru sempat makan, setelah selesai mengisi amunisi gadis itu tidak langsung beranjak ke kasur. Melainkan duduk dimeja belajar membuka leptopnya dan mulai membuka email. Tadi ketika berkabar ria dengan sahabatnya Ara, dia sempat melirik notice masuk yang ada pada ponselnya, menandakan adanya surat kabar yang masuk. Sengaja dia abaikan menunggu waktu yang tepat untuk membacanya dengan seksama.
'Bissmillah,' batinnya. Lembar demi lembar Billa baca dengan teliti, tidak satupun kata yang terlewat. Nyatanya gadis itu masih belum bisa membuat perasaannya tenang, deg- degan bercampur kesal serta senang mengaduk-aduk emosinya malam ini. Kesal lantaran kenapa musti sekarang CV ini sudah dia dapatkan, senang karena sejatinya Syafik merupakan lelaki Sholih dan idaman. Billa bisa langsung mengetahuinya karena Ara telah memberitahukan semua informasi yang di dapat kan melalui Rahman. Syafik tergolong Laki-laki yang dingin terhadap lawan jenis. Tidak sekalipun Rahman memergoki Syafik dekat atau sekedar chating kepada lawan jenis. Justru Syafik yang sering menegur Rahman karena sering tebar pesona terhadap lawan jenis dengan memberikan perhatian khusus kepada mereka. Sebenarnya Syafik sangat berterima kasih kepada Rahman berkatnya dia bisa mengetahui Billa.
Flash back
Saat liburan sekolah Rahman sering main ke rumah Syafik dan menginap dirumahnya. Mereka berdua sangat dekat bahkan Rahman tak segan menceritakan segala kegundahan hatinya. Termasuk ketika Rahman mulai menyukai Ara karena sempat beberapa kali berpapasan ketika mereka belajar satu kelas menggunakan sekat.
"Fik, Dimana cargermu ? aku lupa membawanya karena tadi langsung kemari tidak pulang dulu."Tanya Rahman.
"Masih ku pakai, sini ponselmu nanti ku pasangkan. Sekarang pergilah mandi, kau bau sekali pasti belum mandi waktu berangkat ke rumah Farel kan ?" ujarnya.
"Hehe, tau saja." Ucapnya sambil melempar ponsel nya ke tangan Syafik. Syafik melepas ponselnya dan mulai menukar nya dengan ponsel milik Rahman. Saat sudah terpasang dengan carger, layar ponsel Rahman otomatis menyala dan muncul wallpaper sebuah foto. Syafik mengetahui mana wajah Ara, tapi tidak dengan Billa. Wanita disamping Ara yang juga sedang tersenyum manis itu juga jelas terpampang di ponsel Rahman.
'Gilla nih orang, sebenarnya menyukai yang mana.' Batin nya.
.
"Sebenarnya kamu menyukai Ara atau teman sebelah nya ?" tanya Syafik setelah Rahman duduk di sampingnya sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil milik Syafik.
"Ya Ara lah, kok masih nanya. Teman sebelahnya yang mana ? dia anaknya supel jadi banyak yang akrab dengannya."
"Wallpaper mu ada dua gadis. Satunya siapa ?"
"Haha, cantik juga kan, kurasa dia terlalu cuek jika aku dekati. Sudah terlihat dari senyumnya saja tidak seperti Ara."
"Justru Yang disebelahnya yang lebih cantik dan mempesona." Ujarnya. Membuat Rahman seketika menghentikan aktivitas nya dan melemparkan handuk sedikit basahnya ke muka Syafik.
"Dari kapan kamu bisa menilai gadis ? haha." Ejeknya.
"Siapa Namanya ?" jawabnya datar.
"Habibillah Hawaari, teman seangkatan kita juga. Kau tau,dia lah yang sebelumnya menjadi ketua IMT di santri putri saat kita masih menjadi Mudabir" ujarnya gamblang.
"Maksudmu Billa ? Yang terkenal karena tegas dan cuek itu ?"
"Hem, kurasa kamu cocok dengannya." Ujar nya becanda.
"Tolong hapus wallpaper mu, crop saja foto Billa. Jangan di pasang juga wajahnya."
"Terserah ku, Aku suka melihat mereka. Sama-sama cantik dan.. " belum sempat diteruskan Syafik sudah lebih dulu melempar bantal dan menutup muka sahabatnya itu dengan bantal yang di lemparkan tadi.
"Cepat crop, aku tidak izinkan dia di tatap olehmu" Jawabnya dingin.
.
Sejak saat itu Syafik sering sekali menanyakan tentang Billa kepada Rahman. Diam-diam pria itu juga mencari sosial media milik Billa. Hanya saja Syafik bisa menahan untuk tidak melangkah lebih jauh. Dia berfikir untuk tidak usah mencampur adukan masalah perasaan sebelum lulus. Menurut nya itu hanya akan mengganggu konsentrasi nya dalam belajar. Satu tahun memendam perasaan suka nya kepada Billa tidak membuatnya bosan untuk mencari tau lebih dalam tentang gadisnya. Waktu menunggu hasil ujian, semua santri disibukan dengan mendaftar di Perguruan Tinggi idamannya. Saat itu Syafik mulai gelisah. Dia mempertanyakan pada dirinya sendiri kenapa Billa tidak mendaftar juga di kampus yang dia dan Ara daftar. Apa perempuan itu mendaftar di kampus lain ? banyak pertanyaan di benaknya yang tidak bisa dia temukan jawabannya sendiri. Timbul kecemasan bagaimana nanti jika Billa kuliah di kampus lain dan banyak yang menyukainya. Perasaan khawatir mulai memenuhi pikiran dan hatinya. Saat itu juga dia putuskan untuk mengungkapkan segalanya secepatnya dan akan menerima segala resikonya.
.
"Kamu yakin dengan niatmu itu nak ?" tanya Ibu Yumna, perempuan yang sudah melahirkan dan mendidik anaknya dengan baik.
"Ayah rasa kamu lebih baik fokus kepada pendidikan mu dulu, setelah itu mengajar di kampus Ayah baru melamarnya. Jangan khawatir jika dia bukan jodohmu. Masih banyak perempuan lainnya yang juga Sholihah seperti nya."
"Aku sudah menyukai nya selama satu tahun ini Ayah, kumohon berikan Restu Ayah dan Ibu. Aku janji setelah menikah akan menuruti apapun keinginan Ayah untuk meneruskan karir di kampus milik almarhum Kakek." Ucapnya tegas.
"Baiklah, Ayah akan pegang ucapanmu. Jangan lagi meneruskan hobbymu yang suka melukis itu. Konsentrasi pada pendidikan mu dan tunjukan kepada Ayah bahwa kamu serius untuk menjemput gadis itu."
"Baik, Terima kasih Ayah. Aku akan katakan kepada nya setelah keluar dari Pondok.
"Syafik sayang.. bukankah dia juga pasti memiliki impian yang akan dia kejar, jika kamu mengatakannya sekarang. Bagaimana nanti saat ada laki-laki lain juga yang ingin melamarnya. Itu akan membuat nya terikat dengan yang tidak pasti. Jadi jangan mengikatnya. Serahkan segalanya kepada Allah nak.." ucap Ibu Yumna mencoba menasehati anak tunggalnya.
"Justru karena aku takut itu akan terjadi, makanya aku katakan sekarang Bu.. ucapnya sendu.
"Serahkan segalanya kepada sang pemilik hati nak, dia lah yang membolak balikan hati manusia. Kita hanya mampu berdoa, selepasnya adalah qodar Allah." ujarnya bijak.
"Aku faham Ibu.. Aku akan tetap mengatakan nya, selepasnya dialah yang menentukan. Jika dia mampu menjaga hatinya dan keputusan nya maka itu adalah hal yang sangat aku syukuri. Jika tidak. Maka aku akan ikhlaskan dengan tenang" ujarnya tersenyum dan berlalu naik ke kamar.
Disisi lain, sebenarnya Ayah Joe sangat terkejut dengan pernyataan anak tunggalnya yang ingin menikah muda. Ayah tidak melarang namun cukup bangga dengan pernyataan anaknya karena berani untuk mengatakannya langsung kepada Orangtuanya.
"Aku bangga pada Syafik, tidak suka bertele-tele tetapi langsung buktikan. Haha." Ungkapnya sambil berdiri menggandeng ibu Yumna.
*
*
"Bill, Kenapa melamun ?" tanya Ratna.
"Rat, temani aku ke kantin yuk, aku laper banget tadi pagi gak sarapan."
"Oke, Boleh aku tanya padamu ?"
"Hem, Tanya saja."
"Kamu tidak panas memakai baju dan jilbab seperti ini ?"
pertanyaannya yang mampu membuat Billa seketika berhenti dan menoleh kepada Ratna. Billa tersenyum dan meraih tangan Ratna untuk di gandeng menuju kantin.
"Nanti Aku jawab, Kamu boleh menanyakan apapun kepadaku. Jangan sungkan lagi. Kita bahkan sudah hari terakhir Ospek dan artinya sudah seminggu kita kenalan. Kenapa baru tanya ? ujarnya sambil tersenyum.
"Ya.. Kurang sopan saja masa baru kenal sudah nanya soal pakaian. Haha." Ungkapnya lucu.
Ditengah-tengah percakapan mereka, Ratna menghentikan langkahnya dan berteriak kegirangan.
"Ommooo, Aku suka banget sama UKM bahasa, boleh enggak ya aku masuk UKM itu padahal dari prodi Paud wkwkwk." Ujar Ratna sambil terus melihat pertunjukan pawai dari UKM bahasa. Sepertinya UKM yang cukup terkenal itu selesai tampil di fakultas lain untuk menarik Mahasiswa baru agar mau bergabung ke unit kegiatan mayhasiswa bahasa Tersebut.
"Boleh lah, kan itu umum. Bukan dari prodi Bahasa" sahut Billa.
"Tunggu, ayo temani aku daftar dulu ke stand nya baru setelah nya kita ke kantin, aku juga lapar." Jawab Ratna menggebu.
Mereka pun mampir ke stand UKM tersebut, banyak sekali stand UKM yang berjejer disana. Hingga ada satu stand yang membuat Billa melangkah lebih dekat dan mencoba mendaftar.
"Billa kan ?" ujar salah satu mahasiswa yang sedang menjaga stand Pendaftaran.
"Iya benar itu nama saya, maaf Kakak siapa ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments