" Ini anak ku Ma..."Ucap Mahen menatap takjub dengan bidadari kecil yang sangat lucu dan menggemaskan. Dengan pipi kemerahan yang di tumbuhi bulu sangat halus. Yang baru ia lihat untuk pertama kalinya secara langsung selama hidupnya.
Tujuh belas tahun penantiannya akan kehadiran seoranga anak dalam rumah tangganya, sungguh sangat menyiksanya. Bersabar bukan hanya sekedar bersabar lagi, segala cara sudah di coba dan dilakukanya, mendatangi berbagai rumah sakit, pengobatan tradisional, pijat tradisional sampai meminum ramuan yang menurutnya tidak masuk akal demi kehadiran si buah hati. Namun semua itu belum juga membuahkan hasil. Jikalau saja semuanya bisa dibeli dengan uang, maka ia akan dengan senang hati akan melakukannya.
" Sini Ma biar aku yang menggendongnya!"Ucap Mahen mengulurkan kedua tangannya.
Sarah dan Hafis hanya melihat mereka saja yang terlihat begitu sayang dan tulus menyayangi Baby Syifa.
Nyonya Kemala menitikkan air matanya kala ia melihat anak sulungnya begitu lembut dan penuh kasih memperlakukan Baby Syifa. Begitu Mahen ingin memiliki anaknya sendiri, darah dagingnya. Tuan Darwin pun sama, momen yang tidak akan pernah dilupakannya.
" Bang " Lydia memanggil lembut suami nya serta duduk disamping suaminya.
" Lihatlah Ayang! Anak kita! Penerus keluarga Pradivya ".
Deg
Lydia merasakan sakit yang luar biasa didalam hatinya. Seperti terhimpit bongkahan batu yang sangat besar yang membuatnya sulit untuk bernafas. Setiap Mahen berbicara tentang anak di hadapannya.
Oek...Oek..
" Ayang kenapa Baby Syifa menangis? Padahal aku sudah membuat senyaman mungkin Baby Syifa dalam gendongan ku"Tanya Mahen menatap lekat wajah sendu Lydia.
" Kasih ke Sarah Bang!, mungkin Baby Syifa lapar atau haus"Ucap Nyonya Kemala memberitahunya.
Sarah mengambil Baby Syifa dan menenangkannya dalam gendongannya.
" Kamu bisa susui di kamar sebelah Sar"Ucap Nyonya Kemala menunjuk kamar yang berada di samping nya.
Sarah hanya mengangguk paham.
" Sarah, nanti kasih ke Abang lagi kalau sudah selesai disusui!"Ucap Mahen.
" Iya Bang "Jawab Sarah.
" Fis sini! "Panggil Mahen pada Hafis saat ia akan menyusul Sarah masuk kedalam kamar yang akan mereka tempati nantinya.
" Ada apa Bang? "Tanya Hafis ikut duduk bergabung lagi dengan mereka lagi.
" Sarah berapa lama cuti malahirkannya Fis?"Tanya Mahen.
" Tiga bulan Bang "Jawab Hafis.
" Kalian tinggal saja bersama kami di sini. rumah ini besar dan kamar nya banyak. terserah kalian mau tinggal di lantai ini, dua atau tiga "Mahen memberikan sarannya.
" Aku tanya Sarah dulu Bang, kalau Sarah lebih senang di rumah kami. karena jarak yang dekat degan tempat kerjanya. jadi jika sewaktu-aku aku nggak bisa anter jemput Sarah naik bis "Jawab Hafis lebih baik mencari aman. karena kalau sudah Mama dan Mahen yang memintanya ia tidak akan pernah bisa menolak.
" Kau lah yang harus tegas sama Sarah, kau kan suami nya jadi Sarah harus menurut pada mu"Ucap Mahen yang tidak ingin ada penolakan atau bantahan dari adik bungsunya itu.
" Bukan begitu Bang..."
" Sudah lah Fis, biar kami puas dulu bermain bersama Baby Syifa. Rumah ini sepi, dan kami pun kesepian. Apa salah nya kalian berbagi kebahagiaan bersama kami? "Ucap Nyonya Kemala dengan mata yang berkaca-kaca.
" Mahen sering melakukan perjalanan bisnis keluar kota, dan Lydia sering mengunjungi keluarganya. Hanya tinggal kami si tua renta tanpa kawan ini"Lelehan air mata Nyonya Kemala dan perkataannya sungguh sangat menyayat hati bagi yang mendengarnya.
" Kalau perlu kau sewakan saja rumah itu. supaya kau tinggal bersama kami. semua kehidupan kalian aku yang akan menanggungnya. kau cukup membawa Sarah dan Baby Syifa untuk tinggal bersama kami "Ucap Mahen dengan sombongnya.
Hafis sudah tidak bisa berkata apa pun. semuanya ikut andil dalam menentukan sikap dan tindakannya.
Bila sudah begini, Hafis akan selalu mengiyakan segala permintaan Nyonya Kemala.Padahal ia sudah berjanji pada Sarah hanya seminggu saja mereka akan tinggal di rumah kedua orang tuanya.
" Jadi besok-besok kalau aku keluar kota, Lydia bisa tetap tinggal disini bersama kalian. karena ada di cantik Baby Syifa "Ucap Mahen pada istrinya.
" Iya Bang "Lydia hanya bisa patuh dengan perkataan dan perintah suaminya.
Sedangkan Sarah yang sedang menyusui Baby Syifa didalam kamar. Ia melihat ada tiga tas besar miliknya yang bersandar didinding kamar, yang diyakininya berisi pakaiannya dan Hafis serta Baby Syifa.
" Pasti nanti Papa bilang sama kita, Sayang kita tinggal disini sebentar saja sampai masa cuti melahirkan kamu habis. Kalau boleh nolak Mama ingin sekali bilang tidak "Gumam Sarah berbicara pada Baby Syifa yang masih anteng menyusu.
" Belum selesai juga anak Papa mimi susunya,haus banget ya Sayang?"Ucap Hafis duduk disamping Sarah.
" Banyak banget sayang kamu bawa tas nya?"Tanya Sarah.
" Iya sayang. Maaf ya aku tidak pernah bisa menolak keinginan mereka. Jadi kita akan tinggal disini untuk beberapa waktu. Dan rumah kita aku akan sesekali datang kesana dan membawa Mbak dari sini untuk bersih-bersih disana "Ucap Hafis sambil menatap intens kedua mata Sarah yang menatapnya juga sambil mendengarkannya berbicara.
" Apa boleh aku menolaknya sayang?"Tanya Sarah dengan suara sedikit bergetar. Mencoba menghalau rasa kecewa pada Hafis yang tidak bisa tegas memihaknya. Yang bukan berarti harus membuatnya menjadi anak yang tidak berbakti.
Disaat sekarang ini dimana ia baru saja melahirkan, baru saja merasakan kebahagiaan. Namun dalam hitungan jam Hafis sudah membuatnya merasa kecewa karena keputusannya dan suara serta keinginannya yang tidak didengarkan.
" Sayang, tolong pahami aku mengerti posisi ku. Hanya dengan ini aku bisa menyenangkan mereka. Ada sejuta kebahagiaan yang terukir dihatiku,melihat wajah tua mereka bisa tersenyum dengan lebar tanpa beban yang menggelayutinya hanya dengan bisa melihat dan menggendong Baby Syifa "Ucap Hafis sambil duduk bersimpuh dikedua kaki Sarah dan memegang tubuh Baby Syifa.
" Ini cucu pertama bagi mereka,setelah hampir 17 tahun menunggu dari Bang Mahen sampai Mbak Widi yang belum juga memiliki momongan. Ini kebahagiaan pertama setelah penantian panjang mereka "Ucap Hafis lagi melanjutkan ucapannya sambil mengeluarkan air matanya.
" Jadi aku mohon kebaikan hati mu sayang, tidak akan lama kita pasti kembali ke rumah kita ".
Sarah menggelangkan kepalanya pelan. Ia sudah tdak tahu apa yang harus dikatakannya atau pun apa yang akan dilakukannya. Ia tidak mungkin juga pergi dari rumah ini tanpa izin suaminya. Yang bisa dilakukannya saat ini hanya menangis sambil melihat Baby Syifa.
Sarah menoleh ke arah Hafis yang berjalan keluar dari kamarnya.
Semakin tidak terbendung saja air mata yang ikut membasahi kain bedong Baby Syifa.
.
.
.
.
MAmpir Yuk di Novel Author yang pertama dan sudah tamat " Cinta Tuan Alex ".
Mampir juga di Novel ke dua Author yang sedang On going " Teman Tidur Tuan Jason Gilbert ".
Mohon dukungannya dengan cara Like, Komen, Gift dan Vote.
Terima kasih kawan 🙏😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sri Mawarti
nyimak...
2023-03-11
1
Nungki Nazmi
cuma bisa bilang sakittttt tak berdarah.....
2023-01-24
0