SMDM-BAB 03

"Ini dasi siapa ?" tanya Ayu pada dirinya sendiri, ia pun berjongkok untuk mengambil sebuah dasi yang tergeletak begitu saja di lantai.

Sebuah dasi yang sangat mewah, Ayu sangat tau kalau itu bukan punya Danu. Corak dasi itu bukanlah kesukaan Danu.

Tanpa pikir panjang, Ayu memasukan dasi itu kedalam tas miliknya, ia melangkah keluar kamar untuk segera pergi. Dengan langka cepat Ayu menuju lift lalu menekan tombol satu atau lantai paling bawah.

Saat pintu lift terbuka, mata Ayu terbelalak kaget karena melihat banyaknya wartawan yang berada di luar hotel, beruntung mereka belum melihat Ayu. Dengan langkah cepat Ayu mencari jalan lain untuk pergi, karena Ayu yakin wartawan itu sedang mencari tau tentang berita dirinya semalam.

*******

Di sebuah restoran yang sangat mewah Ayu duduk di sudut ruangan, secangkir teh manis menjadi temannya saat ini. Dari hotel Ayu langsung ke restoran dan menunggu seseorang.

Sesekali Ayu menarik napas panjang saat orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Matanya terus menatap ke arah pintu masuk. Hingga tak berapa lama terlihat seorang wanita yang sangat Ayu kenal sedikit berlari memasuki restoran tempat Ayu berada. Senyum Ayu tersungging.

"Maaf nona saya terlambat" ucap Afri setelah berdiri di samping meja Ayu.

"Tidak apa-apa silahkan duduk !"

Afri menurut, ia duduk di sebuah kursi yang ada di hadapan Ayu. Wanita itu menatap wajah Ayu yang terlihat begitu banyak beban.

"Apakah anda baik-baik saja nona ?" tanya Afri.

Ayu mengangkat wajahnya "Bagaimana mungkin aku akan baik-baik saja ? Saat aku mendengar seseorang menuduhku selingkuh" balas Ayu, ia berusaha tersenyum di tengah luka yang mendera.

"Yang sabar nona" hanya itu yang Afri katakan "Pesan saya saat ini Nona harus berhati-hati, karena semua wartawan sedang mencari keberadaan Anda, seluruh stasiun televisi mengumumkan tentang perselingkuhan anda"

"Iya aku akan hati-hati"

Tiba-tiba di layar televisi menampilkan sosok laki-laki tampan, mata Ayu tidak bisa berpaling dari layar segi empat itu.

"Seandainya kamu bisa ku miliki, pasti aku akan sangat bahagia" batin Ayu

Mata Afri ikut menatap ke layar televisi, tapi menurutnya itu tidaklah penting, karena yang terpenting sekarang adalah memastikan kalau Ayu baik-baik saja.

"Bagaimana keadaan di rumah ? Apa Papa masih marah ?" tanya Ayu walau ia sendiri sudah tau jawaban nya.

"Tuan besar masih dalam amarahnya nona, sulit untuk di kendalikan. Untuk sementara lebih baik nona jangan pulang dulu supaya tidak menerima amukan dari tuan" jawab Afri kemudian.

Dada Ayu kembali terasa sesak, padahal dirinya tidak tau apa-apa tentang kejadian semalam. Ia masih ingat kalau Danu yang menghubunginya semalam dan memintanya datang ke kamar hotel.

Tapi sebelum ia pergi terlebih dahulu Elsa memberinya minuman, Ayu sudah menolak tapi Elsa terus memaksa.

"Apa Papa ingin mengusirku dari rumah ?" tanya Ayu lirih.

"Tidak mungkin nona, anda adalah anak kandungnya, mungkin tuan besar melakukan ini karena beliau masih syok mendengar berita itu"

Ayu menatap wajah Afri, kedua tangannya menggenggam tangan Afri erat.

"Kamu percaya kan sama aku ? Kalau aku tidak selingkuh ?" tanya Ayu sungguh-sungguh. Ia sangat berharap wanita itu akan percaya padanya.

"Tentu saja nona, saya mengenal nona dari nona kecil, jadi saya sangat mengenal anda"

Ayu menyunggingkan senyum, setidaknya masih ada yang percaya padanya disaat semua orang menganggapnya begitu buruk.

"Sepertinya semalam ada yang menjebakku, aku masih ingat kalau semalam aku minum sangat dikit tapi kenapa aku bisa kehilangan kendali" Ayu menceritakan kejadian semalam, ia baru saja menyadari kalau dirinya pasti terkena jebakan.

"Maksud nona ?" tanya Afri terkejut.

"Saat acara pertunangan Danu menelponku dan menyuruhku pergi ke kamar hotel, tapi sebelum aku pergi Mama Elsa menarik tanganku lalu memberikan aku minuman, aku sudah menolak tapi Mama Elsa terus memaksa, jadi karena merasa tidak enak akhirnya aku minum"

Afri ternganga dengan mulut terbuka lebar, ia memang sangat tahu kalau mama tiri Ayu sangat membenci keberadaan Ayu, apalagi sejal Samuel Papa nya Ayu menetapkan Ayu sebagai pewaris terbesar.

"Dan tadi pagi Danu memberi tahuku kalau dia tidak mencintaiku selama ini, dia mendekatiku karena dia tau kalau aku penerus perusahaan Papa" Ayu menjedah ucapannya, menarik napas panjang untuk melegahkan rasa sesak di dada.

"Danu mencintai Nadine, ini begitu lucu kan Afri ? Aku yakin kejadian semalam ulah mereka bertiga"

"Kalau memang begitu, saya yang akan mencari tau semuanya nona" balas Afri langsung, tentu saja ia tidak akan terima kalau Ayu di jebak seperti ini.

"Tidak perlu, lagian aku sudah kehilangan harga diri. Seseorang telah mengambil makhotaku dan aku tidak tau siapa?"

Tangis Ayu pecah, membuat para pengunjung restoran menatap ke arah Ayu. Wanita itu benar-benar terluka sekarang. Ia sangat butuh tempat bersandar. Tapi sayang laki-laki yang ia cintai justru menuduhnya dan sekarang malah meninggalkannya seperti ini.

Saat keduanya sedang duduk, tiba-tiba dua orang laki-laki mendekat, lalu mengeluarkan sebuah amplop coklat yang begitu tebal. Alis Ayu terangkat dan menatap pria itu dengan heran.

"Ada apa ini ?" tanya Ayu.

"Apa benar anda yang bernama Ayudia Mauren ?" tanya pria berjas, nada bicaranya begitu tegas menunjukan kalau laki-laki itu bukan orang sembarangan.

"Iya" jawab Ayu singkat

"Ini uang dengan jumlah yang banyak, ini titipan dari tuan kami, katanya untuk membayar apa yang terjadi semalam"

Ayu terperanjat, saat mendengar ucapan pria itu. Siapa sebenarnya yang bersamanya semalam ? .

"Siapa nama tuan mu ?" tanya Ayu penasaran, ia benar-benar penasaran siapa laki-laki yang telah merenggut mahkotanya.

"Maaf nona saya tidak bisa menyebutkan nama tuan kami" jawab pria itu.

"Kenapa ?"

"Itu permintaan tuan kami"

Ayu beralih menatap amplop yang tadi di letakkan di atas meja, ia kembali tersenyum kecut saat seseorang membayarnya karena kejadian semalam, ini bukan kah sama saja ia menjual tubuhnya.

Ayu berdiri "Tunggu di sini sebentar" ucap Ayu pada pria itu.

"Baik nona"

Ayu berjalan mendekati meja kasir.

"Boleh saya pinjam kertas dan polpen ?" tanya Ayu.

"Boleh, tunggu sebentar"

Ayu mengangguk, setelah mendapatkan sebuah kertas dan polpen Ayu menulis sesuatu.

"Terima kasih" ucap Ayu yang menyerahkan polpen saja sementara kertasnya ia bawah.

"Saya titip ini untuk tuanmu, tolong berikan!" pinta Ayu sembari menyerahkan kertas tadi kepada pria yang memberinya amplop coklat.

"Baik nona akan saya berikan" jawab pria itu. "Kalau begitu saya permisi"

Ayu mengangguk sebagai jawaban, matanya menatap kepergian pria itu sampai hilang dari pandangan

Terpopuler

Comments

Aliyah

Aliyah

lanjut ka ..ceritanya menarik

2022-11-12

2

niara

niara

lanjut

2022-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!