Di apartemen miliknya Liam tampak gelisah menanti kehadiran Grace. Yang ia tahu Grace akan datang setelah jam makan siang. Tapi sekarang bahkan sebentar lagi jam masuk kerja perempuan itu tiba. Tentu Liam merasa di bohongi olehnya.
Saking kesalnya Liam sampai membanting vas bunga dihadapannya ke arah pintu masuk. "Sial, kenapa aku kesal sekali padanya." Kedua tangan Liam mengepal berada di atas pangkuannya. Sebuah ide nakal tiba tiba muncul di benaknya.
"Halo Josh, panggil salah satu anak buah mu ke rumahku." Perintah Liam melaui telpon pada pria yang bernama Josh. Mungkin salah satu karyawannya di kasino.
Akhir akhir ini pekerjaan Liam cukup padat dan merepotkan. Akan ada peluncuran musim panas sebentar lagi, dia sangat lelah mempersiapkan segalanya. Salah sedikit maka posisinya akan di rebut oleh orang orang yang mengincarnya. Pulang ke rumah bukannya di sambut kehadiran Grace, laki laki itu malah di buat marah.
Grace berlarian keluar dari lift menuju unit milik Liam. Grace sempat di beritahu password rumah oleh Liam agar dia bisa masuk tanpa harus menunggunya. Pintu pun terbuka namun Grace tidak menemukan sosok Liam di ruang televisi maupun meja makan. Di depan pintu pecahan vas hampir saja melukai kaki Grace. Keadaan rumah sangat berantakan, bantal sofa berhamburan di lantai. Kran air di tempat cuci piring masih menyala, segera Grace mematikannya. Ia juga mmbersihkan serpihan kaca menggunakan dustpan.
Sayup-sayup terdengar suara merintih dari arah kamar pribadi Liam. Walaupun Grace sudah bisa menebak tapi ia tetap penasaran. Langkahnya pelan mengendap mendekati pintu kamar yang sedikit terbuka. Grace menempatkan penglihatan nya untuk mengintip.
"Ah sir, aku sudah tidak kuat lagi. " Erangan itu terus saja keluar dari mulut wanita tanpa busana di hadapan Liam. Sementara Liam sibuk memasukkan kedua jarinya kedalam lubang inti si wanita.
Grace menutup mulutnya tak percaya menyaksikan adegan tak senonoh yang menodai matanya. Tapi herannya Liam masih berpakaian rapi. Menyadari kehadiran Grace, Liam berhenti dari kegiatan menjijikkan baginya. Ia segera mencuci tangan di kamar mandi.
Liam tersenyum puas menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sengaja menunjukkan hal itu agar Grace tidak berani membohongi nya. Padahal Liam sedikitpun tidak ingin bersentuhan dengan perempuan apa lagi wanita bayaran di kasino miliknya.
"Kau sudah tiba ? " Tanya Liam pada Grace yang sibuk merapikan sofa. Lebih tepatnya pura-pura sibuk agar bisa menguasai perasaan takutnya.
"Maaf jika aku mengganggu tuan, dan maaf karena aku terlambat. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan." Grace berbicara dengan membelakangi sosok Liam di belakangnya.
"Gracia!!!" Liam berteriak memanggil nama Grace, yang punya nama tersentak kaget mendengarnya. Suara itu bahkan menggelegar memenuhi seisi ruangan. "Tatap aku saat kau bicara padaku! " Titahnya kemudian menarik kasar lengan Grace agar memposisikan mereka berhadapan.
Grace dengan berani membalas tatapan Liam tak kalah tajam. Seumur hidupnya tak ada yang pernah meneriaki dirinya. Hanya Liam yang pertama dan jelas Grace tidak Terima. "Ini,,, " Grace meraih tangan Liam dan menaruh sebuah amplop di atasnya. "Aku kembalikan uang anda tuan. Dan aku tidak peduli jika kau memcatku di tempatmu."
"Tuan aku,,, " Wanita bayaran tadi menyela perdebatan sengit diantara mereka. Liam menoleh dengan tatapan tajamnya lalu berkata "pergi kau! Josh akan memberimu hadiah yang pantas." Tak ingin mendapat amukan wanita berpakaian kurang bahan itu segera keluar.
"Kau tahu Grace, aku sangat membenci perempuan apa lagi dia pembohong." Liam membanting amplop pemberian Grace ke lantai.
"Aku tidak berbohong Liam! " Potong Grace menyela perkataan pria yang dadanya naik turun menahan emosi. "Kenapa, kau tidak suka mendengar namamu terucap dari mulut asing sepertiku? " Grace seakan memiliki keberanian memancing Liam.
"Kau sudah berjanji akan membersihkan rumahku lima kali lagi. Kau terlambat dan aku berhak marah. Tapi dengan angkuhnya kau mengembalikan pemberianku. Apa kau sudah berhasil menjual tubuhmu demi uang? "
Plak,,,
Grace menampar pipi Liam dengan cukup keras. Hatinya sakit menerima hinaan dari pria berhati dingin di hadapannya. Entah kenapa Grace tidak terima, padahal ini bukan kali pertama dirinya mendapat hinaan soal menjual diri. Sebelumnya Bill juga mengatakan hal sama tapi Grace acuh saja.
"Aku berharap tidak akan bertemu denganmu lagi Liam. " Ucap Grace penuh penekanan sebelum ia pergi dari rumah Liam.
Liam menjambak rambutnya frustasi menyesali perkataan yang membuat Grace marah. Tidak, dia tidak akan pernah memecat Grace. Hanya itu alasannya bisa bertemu kembali dengan perempuan penguasa hatinya. Liam akui dia memang tertarik pada Grace tapi enggan untuk memulai sebuah hubungan. Kebenciannya pada makhluk bernama perempuan belum padam.
Grace memilih duduk di taman dekat jalan utama. Beberapa menit lagi jam masuk kerja, tuan Adam belum menghubungi dirinya soal pemecatan. Artinya Liam tak berniat memecat Grace. Tapi Grace enggan masuk kerja kalau saja malam ini bukan hari gajian.
Grace bergabung bersama teman-teman kerjanya di loker. Mereka tidak tahu jati diri Grace yang sesungguhnya. Puteri kesayangan konglomerat berlian memilih hidup susah menjadi dealer di kasino. Orang pasti akan berpikir Grace gila jika mengetahui faktanya. Namun Grace berteguh pendirian ingin menemukan jati dirinya. Ia sekolah fashion business karena merasa akan cocok dengan bisnis yang di geluti sang ayah. Nyatanya karir Grace stuck sebagai asisten fotografer.
"Grace kenapa mukamu di tekuk begitu?" Tuan Adam tiba untuk memberi arahan sekaligus gaji pada anak buahnya.
"Bos apa aku tidak di pecat? " Pertanyaan Grace menimbulkan rasa heran di benak rekan kerjanya. Mana mungkin Grace di pecat, diakan kesayangan tuan Liam pikir mereka kompak.
"Kau ini, makanya jangan membuat bos besar marah. Atau aku juga akan kena imbasnya." Adam pria paruh baya merupakan pemain veteran di dunia kasino mulai memimpin briefing.
Grace bergantian tugas dengan teman kerjanya yang bernama Yola. Yola bekerja sejak hari pertama kasino milik Liam beroperasi. Tapi selama itu juga dirinya belum bisa mencuri perhatian bosnya. "Berikan ini pada meja pojok." Yola selalu menyuruh Grace sesuka hatinya. Padahal ia sudah cukup repot menjadi seorang dealer. Belum lagi ia juga harus membantu mengantar minuman.
"Yola apa kau membenciku? " Terang-terangan Grace menanyakan hal itu pada Yola. "Haha, kau ini sedang bercanda?" Gelak tawa Yola sedikit menarik perhatian beberapa tamu termasuk satu sosok pria yang tak hentinya memperhatikan Grace.
"Aku hanya membantumu sibuk, supaya kau tidak banyak pikiran Grace." Yola menepuk bahu Grace memberinya semangat. Ternyata dugaannya salah, Yola memang orang baik seuai pikiran Grace.
Bill yang mabuk tiba tiba menghampiri Grace. Sudah ia pastikan jika pelayan itu memang benar penyewa flat milik ibunya. "Hi Grace,,, benar kau jadi wanita malam rupanya." Ucapan Bill meracau bahkan bau alkohol menusuk indera penciuman Grace. "Bill kau mabuk, lebih baik kau pulang saja." Teriak Grace agar Bill bisa mendengarnya dengan baik. Suara dentuman musik up beat mulai memekik di telinga.
Bill terkekeh geli, ia berusaha menyentuh pipi Grace namun dengan cepat di tahan oleh seseorang. Grace acuh tanpa ingin menatap mata Liam, menyadari kecanggungan diantara mereka Bill sengaja memanas-manas dengan menarik pinggang Grace menggunakan tangan kirinya. "Lepaskan aku Bill !" Teriak Grace memberontak menarik Diri dari dekapan Bill. Liam naik pitam sehingga dengan kasar merebut Grace dari Bill. Kemudian Liam memukul Bill berkali kali tanpa adanya rasa puas. Seakan Liam tidak terima miliknya di sentuh oleh laki-laki bajingan sepertinya. Tunggu, apakah dia juga sama bajingannya karena sudah menghina Grace? Liam tahu dirinya salah, ia akan meminta maaf setelah membereskan Bill.
"Hentikan Liam, kau akan membunuhnya." Grace berusaha menarik lengan Liam untuk melepaskan Bill. Disana tidak ada yang berani mengganggu aksi pemilik kasino itu. Tanpa sadar Liam menyingkirkan genggaman Grace dengan cukup keras sehingga tubuh gadis itu terhuyung menabrak meja bundar di belakangnya. Naasnya kepala Grace terbentur ke bagian ujung meja menyebabkan Grace tak sadarkan diri detik itu juga.
"Grace,,, " Yola berteriak menghampiri Grace yang sudah tak berdaya di lantai dingin. Ia memangku kepala rekan kerjanya mencoba membantunya terjaga. Darah segar muncul di pelipis sebelah kanan.
Perhatian Liam teralihkan pada kondisi Grace yang terluka karena dirinya. Ia merutuki kecerobohannya sendiri. Liam bergegas membopong tubuh Grace untuk di bawa ke rumah sakit. Joshua ikut panik melihat kondisi Kasino, ia meminta Adam sahabatnya menertibkan kembali suasana. Sementara Joshua akan menyetir untuk mengantar Liam.
Di ruang gawat darurat Grace selesai di tangani perawat. Lukanya di balut kain kasa karena robek namun tidak perlu di jahit. Liam tak pernah melepaskan genggamannya meski perawat melarang dirinya masuk.
"Maafkan aku Grace." Lirih Liam seraya mengecup punggung tangan Grace. "Pasien tidak perlu di rawat tuan, lukanya tergolong ringan tapi mungkin nona ini shock berat. Tolong bantu masa pemulihannya." Perawat menjelaskan keadaan Grace pada Liam sebelum meninggalkan mereka.
Grace membuka mata merasakan pusing begitu hebat di kepalanya. Ia meringis hingga membangunkan Liam yang tanpa sengaja tertidur. Tangan Grace merasa hangat ketika Liam menggenggamnya. Namun ia segera sadar jika pria itu sudah menghinanya dan bahkan berbuat kasar.
"Grace aku minta maaf... " Liam menatap Grace dengan mata memerah, susah payah dirinya menahan cairan itu untuk tidak terjatuh. Baginya tindakan tadi bisa saja membahayakan perempuan di hadapannya. "Aku ingin pulang Liam, tolong biarkan aku pergi." Grace memohon dengan nada memelas agar Liam mau melepaskannya. "Aku akan ikut ke rumahmu, aku bertanggung jawab merawatmu. "
"Tidak perlu, aku baik baik saja." Grace mencabut jarum infusan di tangan kanannya lalu turun dari ranjang. Belum sempat melangkah Grace hampir tumbang kalau saja Liam tidak menahannya. "Menurut lah sekali saja, aku janji setelah kau sembuh aku akan menjauh darimu." Tiba tiba perih menusuk hati Grace mendengar Liam mengucapkan hal itu.
"Baiklah, karena kau sudah berjanji aku ingin kau merawatku." Grace tersenyum dengan bibir pucat nya. Kemudian Liam membantu Grace berjalan keluar menuju area lobby rumah sakit. Di parkiran VIP Josh melihat bosnya akan pulang segera melajukan mobil ke area carpot.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments