Sorenya Yuda pamit pergi ke kantor yang sebenarnya Yuda ingin menemui Nadia di apartemen, ia tidak punya kerjaan yang mengharuskan dirinya pergi ke kantor hari ini. Beberapa kerjaannya juga pasti sudah di kerjakan oleh Angga.
Sementara itu di apartemen Nadia, Angga masih di sana kini mereka sedang nonton bareng, "Oh iya minggu depan ada acara pesta di kantor, lu datang kan?" tanya Angga menatap wajah indah Nadia yang juga kini sedang menatapnya.
"Datang sih, walaupun sebenarnya gue males dateng. Tapikan harus profesional kerjaan."
"Yuda pasti bawa istrinya yah?"
"Iya, gue masih belum bisa baik-baik aja ketika liat mereka lagi berduaan," Nadia segera memalingkan wajahnya.
"Lu gak ada niatan buat pergi ninggalin Yuda bahagia sama Nisa? Yah gue tau susah cuman lu juga berhak bahagia lah."
Nadia tersenyum kecil, "Gue udah mau hampir nyerah sebenarnya pas Yuda nikah sama Nisa, apalagi liat mereka nikah di depan mata gue."
"Terus kenapa enggak lu tinggalin?"
Nadia kembali tertawa, menertawakan hidupnya yang entah harus ia bawa kemana, "Gue gak akan sehancur ini Ga, kalau misalkan pada itu Yuda gak mohon-mohon di depan gue setelah pernikahannya. Gue bakal ikhlasin Yuda walaupun terpaksa, tapi Yuda datang lagi ke kehidupan gue yang buat gue makin enggak ngelepasnya."
Tiba-tiba pintu bel apartemen berbunyi, "Itu kayaknya Yuda deh, gue bukain dulu yah," Nadia pergi ke arah pintu utama dan tebakannya benar itu adalah Yuda.
Saat Yuda berjalan ke ruang tengah ia menatap tajam pada Angga yang ternyata ada bersama dengan Nadia, "Ngapain lu di sini?" tanya Yuda.
"Lagi ngomongin seberapa egois lu," sinis Angga yang entah mengapa ia merasa marah dengan apa yang di lakukan Yuda pada Nadia.
Nadia mematung menatap mereka berdua bergantian yang saling melayangkan tatapan tajam bak elang yang hendak ingin saling membunuh.
"Kok tiba-tiba bahas itu? Masalahnya sama lu apa yah?" tanya Yuda dingin.
"Lu gak punya hati banget jadi orang."
"Lu gak akan pernah ngerasain apa yang gue rasain sebelum elu ngalamin nya, lu kalau ada di posisi gue mungkin lu juga bakalan ngelakuin apa yang gue lakuin.".
Angga tertawa sambil bertepuk tangan, ia berdiri di hadapan Yuda, " Kalau gue jadi lu gue gak bakalan nikahin Nisa apapun alasannya, masalah harta gue yang di ambil sama orang tua gue? Gue-" ucapannya di potong oleh Nadia yang berdiri di hadapan Angga dan menatapnya dalam-dalam sambil menggelengkan kepalanya.
"Udah yah, jangan di lanjutin kepala gue pusing kalau dengerin kalian ribut terus," pintanya dengan sangat memohon.
Angga menatap Nadia ia akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana daripada amarahnya semakin meledak-ledak, setelah melihat Angga keluar dari apartemen Yuda segera memeluk Nadia dengan erat. Nadia entah mengapa malah melepaskan pelukan itu lalu duduk di sofa dengan wajah kesal.
Yuda ikut duduk di samping Nadia lalu memandangi wajah gadisnya itu, "Kenapa? Kau marah aku memarahinya?"
"Tidak," Nadia enggan menatap wajah Yuda.
"Jangan marah."
"Aku tidak sedang marah, aku hanya kesal pada hidupku sendiri."
"Ada apa memangnya?"
"Sudahlah lupakan, sekarang ada apa kau kemari?" Nadia mulai menatap wajah Yuda lagi, Nadia memeluk lututnya sendiri.
"Aku rindu."
"Kita tadi pagi sudah bertemu, masa udah rindu lagi."
"Tapi aku benar-benar merindukanmu," Yuda memeluk Nadia dengan erat.
"Nanti malam jalan-jalan yuk?" ajak Yuda untuk membuat Nadia kembali senang.
"Enggak ah."
"Kenapa?"
"Males."
"Dih kok gitu sih?"
Nadia melepaskan pelukan Yuda lalu bangun dari duduknya, ia mengambil gelas minum bekasnya dan juga bekas Angga tadi, "Mau minum apa?" tanyanya.
"Apa aja deh, apapun yang kamu kasih aku pasti minum."
"Lama-lama jawabnya gitu terus aku kasih minum air got juga nih, cepetan mau minum apa?"
"Ya jangan air got lah, kamu kira aku tikus minum air got."
"Ya udah jawab mau minum apa?"
"Minum cola ada?"
"Oke, aku ambilkan dulu," Nadia berjalan ke dapur untuk mengambilkan minuman dan juga cemilan, tadi cemilannya sudah habis di makan Angga.
Selesai mengambil cemilan ia kembali ke samping Yuda, "Mau nonton apa?" tanya Nadia.
"Nonton film hantu yuk."
"Takut."
"Nanti biar kalau kamu takut kamu peluk aku," Yuda tertawa.
"Bisa aja modusnya."
Nadia langsung mengganti filmnya jadi film horor, tadi dengan Angga ia menonton film Marvel yang sebenarnya sudah ia tonton, Yuda menarik lengan baju Nadia agar mendekat ke arahnya.
Film pun sudah di mulai, Nadia menyembunyikan wajahnya di balik tangan Yuda, sejujurnya Nadia penakut pada hantu namun entah mengapa ia juga suka film hantu. Yah walaupun kalau menontonnya harus bersama orang lain, kalau ia menonton sendiri maka ia tidak berani.
Yuda sesekali menyuapi Nadia yang bersembunyi, Ketika adegan hantunya muncul Yuda selalu refleks menutup mata Nadia agar wanita itu tidak melihatnya.
"Ah........." Teriak Nadia yang langsung menarik baju Yuda agar matanya tertutup, ia kaget melihat hantu yang tiba-tiba muncul di filmnya.
Yuda tertawa kecil ia selalu merasa gemas ketikan Nadia ketakutan, tampaknya ia sama sekali tidak melihat sesuatu yang berbeda dari Nadia sejak lama. Wajahnya, kelakuannya bahkan tatapan matanya sama sekali tidak berubah.
Di tempat lain Nisa sedang mengobrol dengan ayahnya yang tiba-tiba datang ke rumahnya untuk berkunjung, mereka sedang mengobrol santai di taman belakang rumah ini, "Bagaimana hubunganmu dengan Yuda?" tanya ayahnya Nisa, pria itu sangat mencintai anaknya.
"Pa, aku seneng sekarang Yuda udah mulai berubah. Tampaknya Yuda mulai sedikit tertarik padaku?" Nisa menceritakan Yuda dengan penuh semangat.
"Syukurlah kalau begitu, nanti hari minggu kamu mau dateng kan ke pesta yang di adakan kantornya Yuda?"
"Iya Pa, Yuda juga udah cerita itu sama aku dan dia ngajak aku dateng barengan."
"Semoga aja Yuda benar-benar sayang dan cinta sama kamu suatu saat nanti, semoga pernikahan kalian berjalan dengan lancar."
Nisa tersenyum menatap ayahnya, ia juga memeluk ayahnya dengan erat, "Pa pokoknya aku gak bakalan nyerah, aku bakalan dapetin hatinya Yuda."
Ayahnya Nisa mengelus kepala anaknya sambil tersenyum, apapun akan ia lakukan untuk anaknya ia ingin anaknya bahagia. Apalagi mengingat kalau Nisa adalah anak satu-satunya, ia akan sangat marah besar ketika anaknya di sakiti oleh orang lain.
"Pokoknya kalau ada apa-apa kamu cerita aja sama Papa, nanti Papa akan bantuin kamu."
"Iya Pa."
"Pokoknya aku akan bicara apapun sama Papa kalau aku butuh bantuan."
Mereka melepaskan pelukan mereka, "Papa pulang dulu yah udah mau malam, kamu hati-hati di rumahnya."
"Baik Pa," Nisa tersenyum manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Yeni Wati Hiatus
semoga aja
2022-11-08
1