Chapter 04

Di ruangan ini, hanya ada Heera dan Shaka juga Kinara yang terbaring lemah di brankar rumah sakit. Heera terus mengusap air matanya tak tega melihat keadaan kakaknya.

"Shaka, boleh aku minta sesuatu?" Lirih Kinara.

"Tentu, apa yang kau inginkan?" Tanya Shaka.

"Aku ingin melihat kau dan Maheera menikah," ucap Kinara membuat Shaka dan Maheera terkejut.

Shaka menggenggam tangan Kinara erat, tenggorokannya mendadak cekat.

"Kak, mana mungkin aku menikah dengan mas Shaka? Calon kakak iparku sendiri." Maheera melayangkan protesnya. Biar bagaimana pun, Maheera tahu jika Kinara dan Shaka sudah bersama cukup lama.

"Kinara, permintaan mu terlalu konyol. Satu bulan lagi kita akan menikah, kenapa kau meminta ku untuk menikah dengan Maheera? Ini tidak masuk di akal!"

Dengan sisa tenaga, mata sayu lekat memandang wajah Shaka seolah memohon agar pria ini mau menuruti permintaan terakhirnya.

"Tolong nikahi adikku, buat dia bahagia selayaknya kau membahagiakan aku selama ini. Jangan sakiti adikku, Shaka tolong nikahi Maheera. Ini permintaan terakhirku."

Shaka mencium tangan Kinara, pria ini menangis deras. Tak mungkin Shaka menikahi calon adik iparnya sendiri.

"Kakak harus sembuh, bulan depan kakak akan menikah dengan mas Shaka." Ucap Maheera yang juga terisak.

"Maheera, kali ini saja sebelum kakak tiada. Kakak ingin melihat kamu menikah dengan mas Shaka hari ini juga." Pinta Kinara membuat Shaka dan Maheera dilema.

"Kinara, aku tidak mau menikah dengan Maheera. Dia adikmu yang akan menjadi adikku juga. Kau pasti sembuh sayang," ucap Shaka dengan isak tangisnya.

"Tolong kabulkan permintaan terakhirku, Shaka. Jangan pernah kalian bercerai, aku yakin jika kau bisa membuat Maheera bahagia."

Tak dapat lagi protes, Shaka hanya bisa menangis begitu juga dengan Maheera. Kinara yang terus memohon, yang pada akhirnya membuat Shaka terpaksa mengabulkan permintaan Kinara.

"Tidak. Mamah tidak setuju!" Tolak Diana saat Shaka menyampaikan permintaan Kinara. "Kinara pasti sembuh, kalian akan menikah."

"Tante, ini semua permintaan Kinara. Bagaimana bisa aku menolak sedangkan dia terus memohon padaku?"

Plaaaaak.......

Tiba-tiba saja Diana menampar wajah Maheera.

"Semua ini pasti gara-gara kamu. Kamu sudah menghasut kakak mu. Kamu jahat Maheera," ucap Diana yang saat ini terus memukuli Maheera.

Pak Banu menarik anaknya, memeluk Maheera dengan sekuat tenaga sedangkan Shaka mencoba menahan Diana.

"Anak pembawa sial, kenapa kau tidak mati saja hah?" Jerit Diana menimbulkan keributan.

Hati mana yang tak sakit jika seorang ibu menyumpahi anaknya seperti itu.

"Kinara, sembuh sayang. Anak mamah kuat nak, Kinara pasti sembuh." Ucap Diana yang saat ini sudah terduduk lemas di lantai rumah sakit.

Untuk memastikan kebenarannya, pak Banu dan Diana masuk ke dalam ruangan untuk bertanya langsung pada Kinara.

Tak bisa membantah Kinara mengingat kondisi wanita ini sudah sangat lemah. Mau tidak mau, hari itu juga pernikahan Shaka dan Maheera dilangsungkan.

Hanya keluarga dan beberapa orang Dokter yang menjadi saksi pernikahan Shaka dan Maheera. Mata Kinara masih bisa melihat pernikahan calon suami dan adiknya, hanya saja tubuh Kinara sudah penuh dengan alat medis.

Di saat kata sah menggema di sudut ruangan, perlahan-lahan mata Kinara menutup hingga membuat semua orang panik. Dokter pun mulai sibuk mengambil tindakan untuk menyelamatkan nyawa Kinara namun sayang, takdir berkata lain. Kinara telah meninggal dunia setelah ia menyaksikan pernikahan adiknya dan calon suaminya.

"Kinara.... !!" Jerit Diana yang langsung memeluk tubuh anaknya.

Shaka terduduk lemas di samping brankar mana kala ia menyaksikan sendiri wanita yang ia cintai kini telah pergi selama-lamanya.

"Kak Nara....!!" Lirih Maheera hancur.

Isak tangis memenuhi ruangan tersebut. Kini, wajah cantik Kinara sudah tertutup selembar kain.

Singkat cerita, selesai sudah acara pemakaman Kinara yang di hadiri banyak orang. Diana yang masih syok dan belum percaya jika anak kesayangannya kini telah tiada dalam sekejap mati.

Kejam, dengan hati yang penuh emosi, tiba-tiba saja Diana melempar gelas ke arah Maheera yang duduk menyudut seorang diri.

"Mamah....!" Pak Banu langsung memeluk anaknya yang sama sekali tidak melawan bahkan Maheera hanya bisa menangis saat ini.

Shaka, pria ini hanya diam saja tak bergeming mana kala ibu mertuanya melempar gelas pada perempuan yang sudah sah menjadi istrinya secara agama.

"Kenapa bukan kamu aja yang mati? Kenapa harus Kinara? Anak pembawa sial, anak sampah. Maheera, kenapa tidak kau saja yang mati? Kenapa harus Kinara?" Jerit Diana sungguh kejam.

"Kamu benar-benar keterlaluan mah. Kinara meninggal bukan kesalahan Maheera. Berhenti menyalahkan Maheera." Sergah pak Banu.

"Bela terus anak ini, kamu sudah mulai berani sama aku?" Dengan mata melotot Diana menyalahkan suaminya.

Dengan segala emosi yang masih memenuhi dada, Diana masuk ke dalam kamarnya. Begitu juga dengan Shaka yang memilih masuk ke dalam kamar Kinara.

"Apa salah Maheera pah? Kenapa Maheera selalu di perlakuan seperti ini dengan mamah?" Tanya Maheera dengan suara seraknya.

Tak bisa menjawab, pak Banu hanya bisa memeluk anaknya. Teriris pedih hati Maheera, apa pun yang terjadi di rumah ini tetap dia yang salah di mata mamahnya.

Di kamar Kinara, Shaka kembali menangis saat pria ini mencari jejak terakhir Kinara. Aroma tempat tidur begitu khas membuat Shaka merasakan dadanya membuncah penuh kerinduan.

"Kinara, kenapa kau tinggalkan aku dengan cara seperti ini?"

Shaka memeluk figura bergambar wajah Kinara. Cintanya begitu dalam pada Kinara yang selama lima tahun ini telah mewarnai hari-harinya.

"Di mana lagi ku tempatkan hati ini sementara kau telah membawanya mati. Cinta kita telah kau kubur bersama jasad mu, kenapa kau tidak pernah bilang padaku jika kau sakit?"

Hancur sudah hati Shaka, belum sempat mereka mengecap bahagianya rumah tangga namun nyatanya semesta lebih memeluk Kinara dalam damainya.

"Kak, sekarang kakak telah tiada. Dari siapa lagi aku dapatkan pembelaan? Dari siapa lagi aku dapatkan kasih sayang, Heera rindu kakak. Banyak yang sayang sama kakak, tapi kenapa kakak pergi secepat ini? Kak, kenapa bukan Heera saja yang mati?"

Dalam tangisan Maheera, gadis ini tak berani mengeluarkan suara. Sungguh sakit menangis dalam diam, membentangkan perasaan yang tak karuan, Maheera sendirian sekarang.

"Kenapa bukan aku saja Tuhan?" Jerit Maheera dengan suara menekan. "Kenapa bukan anak sial seperti ku yang kau ambil? Kenapa harus kakakku? Mamah menyalahkan aku atas kepergian kakak, sekejam inikah takdir yang kau permainkan untuk ku?"

Dengan memeluk kedua kakinya, Maheera begitu tertekan atas meninggalnya Kinara. Gadis ini semakin menyalahkan diri atas kepergian Kinara, orang yang selama ini selalu membelanya di saat sang mamah memarahinya.

Terpopuler

Comments

antha mom

antha mom

Diana apa ada seorang ibu seperti mu,, orang tua yang jahat,

2025-02-21

0

Ade _ Lagi off 🍇 🌪

Ade _ Lagi off 🍇 🌪

Run heraaa run demi kebahagiaan mu dan kewarasan otakmu menjauhlah dari keluarga toxic

2023-02-10

0

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

mboh Thor, aku gregetan lihat mboke Kinara😒😒😤

2022-11-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!