Chapter 02

"Untuk apa kak? " Tanya Maheera saat Kinara memberinya beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.

"Ambil aja buat kamu, beli baju dan sepatu baru." Kata Kinara.

"Gak usah kak, nanti kalau mamah tahu pasti dia marah besar." Tolak Heera.

"Jangan dengar apa kata mamah, kakak juga gak paham lagi dengan sikap mamah yang seperti itu."

Terus di desak, mau tidak mau Heera mengambil uang pemberian dari kakaknya. Gadis ini pun kembali bekerja begitu juga dengan Kinara yang kembali ke kantor.

Di rumah, hanya Kinara yang selalu membela Heera dari amukan mamahnya.

Singkat cerita, pulanglah Heera sambil menenteng bungkusan plastik yang berisi dua lembar pakaian baru dan dua pasangan sepatu.

Kebetulan sekali pada saat itu ibu Diana melihat bungkusan yang di bawa Heera.

"Heh, berhenti kamu!" Diana menahan langkah Heraa saat gadis ini hendak menuju kamarnya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Heera, ibu Diana langsung merampas apa yang ada di tangan Heera.

"Punya uang dari mana kamu bisa beli benda seperti ini?" Tanya Diana menyelidik. "Kamu mencuri ya?" Tuduh Diana dengan mata melotot.

"Gak kok mah, aku beli pakai uang sendiri." Jawab Heera membela diri.

"Jangan bohong kamu, kamu itu gajian nanti tanggal tiga puluh. Katakan, uang siapa yang sudah kamu curi?"

Tanpa banyak basa basi, Diana mengambil sapu lalu memukul Heera. Bahkan penjelasan dari Heera pun tidak di dengarnya. Diana terus memukul anaknya dengan membabi buta.

"Mamah hentikan...!!" Pak Banu yang baru saja pulang langsung masuk ke dalam rumah dan memeluk anaknya.

"Anak mu ini sudah menjadi pencuri," ucap Diana geram.

"Heera gak mencuri pah. Kak Nara yang sudah memberikan uang pada Heera buat beli ini semua." Ucap Heera dengan isak tangisnya.

"Mamah.... !!" Kinara yang baru saja pulang juga syok melihat adiknya di pukuli.

"Kak, aku gak mencuri. Kakak sendiri yang memberi aku uang. Tapi, mamah menuduh ku mencuri." Ucap Heera yang masih terisak.

"Mah, tolonglah jangan pukuli Heera. Kasihan dia, tolong mah." Ucap pak Banu memohon.

"Bela aja terus anak sial ini. Lama-lama kepala kalian berdua di injak sama Heera! " Kata bu Diana yang masih keras hatinya.

Diana melempar sapu kemudian berlalu begitu saja. Kinara dan pak Banu membantu Heera berdiri, mengajak gadis itu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

"Kenapa mamah selalu bersikap kasar pada Heera, pah?" Tanya Heera tentu saja membuat pak Banu terdiam. Entah sudah ribuan kali pertanyaan ini keluar dari mulut anaknya tapi pak Banu tidak bisa menjawabnya.

"Sabar ya nak, mamah memang seperti itu." Ucap pak Banu sambil merapikan rambut anaknya.

"Mamah seperti orang sakit jiwa." Kata Kinara yang geram pada mamahnya.

Mereka pun keluar, membiarkan Heera beristirahat bahkan gadis ini pun melewatkan makan malamnya. Seumur hidupnya, Heera tidak pernah makan satu meja bersama dengan keluarganya. Entah kenapa Diana tidak mengizinkan anaknya ikut makan bersama.

Dua minggu telah berlalu, semua orang mulai sibuk mengurus acara pertunangan Shaka dan Kinara yang akan berlangsung dua hari lagi.

Betapa bahagianya Diana karena anak kesayangannya akan melepas masa lajang. Acara lamaran sederhana hanya di adakan di rumah. Heera meminta izin libur tiga hari karena ia harus membantu pekerjaan rumah sekarang.

"Heera, itu taman depan rapikan cepat. Jangan sampai ada rumput apa lagi sampah." Titah Diana.

"Iya mah!" Jawab Heera menurut padahal di rumah mereka memiliki dua orang pembantu rumah tangga.

Dengan telaten Heera membersihkan halaman rumah mereka. Sedangkan Kinara hanya duduk-duduk santai karena mamahnya tidak mengizinkan ia melakukan pekerjaan rumah dalam bentuk apa pun.

Dua hari kemudian, acara pertunangan pun berlangsung. Semua keluarga besar berkumpul sedangkan Heera hanya di tugaskan untuk melayani tamu saja. Merasa sedih, tentu saja. Di saat semua orang berkumpul tertawa dan bercanda, Heera hanya di perbolehkan berada di dapur.

"Seandainya aku menikah, pasti hidup ku akan jauh dari mamah dan aku bisa lepas dari drama rumah." Ucap Heera dalam hati yang saat ini tengah berdiri di pintu dapur melihat keramaian di luar.

Tanpa sengaja Shaka melihat raut sedih calon adik iparnya, terasa aneh memang tapi ia sendiri tidak peduli.

Setelah acara selesai pun, Heera harus membantu membersihkan rumah. Lelah sudah pasti tapi ia tak bisa protes. Melawan mamahnya percuma saja, yang ada hatinya akan sakit.

"Kak,...!"

Heera duduk di tepi ranjang Kinara. Ranjang empuk yang sangat berbeda dengan tempat tidurnya.

"Kalau kakak menikah, kakak ikut sama mas Shaka ya?"

"Iya dong. Mas Shaka suami kakak, jadi kakak harus ikut sama dia."

Heera menghela nafas panjang, rasanya ia tidak ingin di tinggal oleh kakaknya.

"Kalau kakak udah pindah, pasti mamah akan memanjakan kamu. Percaya deh sama kakak," ucap Kinara yang menenangkan adiknya.

Heera hanya diam, semua itu hanyalah sebuah angan. Belum pernah ia merasakan peluk cium hangat dari mamahnya sejak ia kecil. Entah kenapa sang mamah selalu menganggap Heera anak pembawa sial dan tak berguna.

Kembali ke rutinitas seperti biasanya, Heera yang hendak berangkat kerja melewati Shaka tanpa menyapa pria itu. Heera takut jika mamahnya akan marah jika ia menyapa calon kakak iparnya tersebut.

"Aku heran sama kamu Ra, kamu itu anak orang kaya tapi kok bisa bekerja di restoran seperti ini jadi pelayan pula." Ucap Dicky, teman kerja Heera.

"Ya gak apa-apa!" Jawab Heera bingung.

"Papah kamu punya perusahaan, kenapa gak kerja sama papah kamu aja?"

"Enakkan kerja seperti ini. Santai...!" Jawab Heera berbohong. Mana mungkin ia memberitahu tentang dirinya yang begitu menyedihkan.

Untung saja ada pengunjung datang, jadi Heera bisa bebas dari pertanyaan Dicky.

Di tempat lain, saat ini Kinara sedang menangis seorang diri sambil meremas selembar kertas di tangannya. Entah apa yang sedang di sembunyikan wanita dua puluh delapan tahun ini sampai ia terisak.

"Heera, semoga aja suatu saat kamu bisa membuat kakak bahagia." Ucap Kinara sedih.

Di usapnya air mata kemudian wanita ini memutuskan untuk kembali ke kantor.

"Kamu dari mana?" Tanya Shaka yang ternyata menunggu di ruangan Kinara.

"Oh, aku pergi menemui klien." Jawab Kinara berbohong.

"Kamu nangis, kenapa? " Tanya Shaka yang curiga karena kedua mata Kinara sembab.

"Gak Kenapa-kenapa," jawab Kinara yang terlihat aneh.

Shaka mengerutkan dahinya, pria ini curiga pada Kinara.

"Shaka, aku ingin mencari sekolah untuk Maheera, aku dia mengambil paket C. Bagaimana menurut mu?"

"Aku benar-benar bingung memahami keluarga mu. Aneh ku rasa," ucap Shaka seraya menggelengkan kepala.

Terpopuler

Comments

Ade _ Lagi off 🍇 🌪

Ade _ Lagi off 🍇 🌪

Aneh amat ya punya emak sama bapak ko begitu kalo aku dah lama kabur dari rumah yang kayak neraka,hidup di luar rumah lebih jelas ga tersiksa batin kerja pontang panting juga buat sendiri

2023-02-10

0

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

Shaka aja bingung .. pa kabar kita? tau aah...

2022-12-28

0

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

penasaran sama kertas yg di baca, gemes aku lihat Diana, serasa pingin tak ksh sianida

2022-11-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!