Bab 3. Kangen

Bagi Galuh, tak masalah jika pakaiannya basah kuyup karena kehujanan. Toh ia masih punya baju ganti di lokernya. Ia juga mengerti tak bisa memaksakan kehendaknya sendiri ketika berada di dalam angkot, rambut panjangnya bau asap rokok penumpang lainnya. Ia juga tidak mengeluh ketika kalah cepat dengan calon penumpang lain, meski sama-sama berdiri menunggu.

Tapi semua itu terjadi dalam satu hari ini, Galuh mengesah pelan. Sungguh, tak bisakah semesta memberinya jeda?

Ditambah lagi kejadian barusan, ia harus menahan malu karena benda pribadi pilihannya berada di tangan seorang pria asing.

Galuh merasa lantai yang dipijaknya saat itu ditarik dari bawah tubuhnya, ketika ia menatap wajah lelaki di hadapannya itu. Sorot matanya seperti sedang menertawakan dirinya dan bibir tipis itu tak berhenti tersenyum.

Galuh mencondongkan tubuh ke belakang, dengan sebelah kaki menekuk di lantai. Dengan gerakan cepat ia menyambar benda segitiga miliknya dari tangan laki-laki di hadapannya itu.

“Lancang!” Galuh mendelik marah, bergegas berdiri dan menyembunyikan benda miliknya itu di balik punggungnya.

Dari balik dinding ruangan yang tak terlihat mata Galuh, Luna dan Meldy terus memperhatikan ketegangan yang terjadi di depannya. Luna bahkan tak dapat menahan tawanya, melihat Galuh yang sibuk menyembunyikan segitiga miliknya membuat Meldy bergerak cepat menutup mulut sahabatnya itu dengan tangannya.

“Ssttt, ketawa lo bisa direm gak. Kalau begini caranya, kita bakal ketahuan sama Galuh!”

“Maaf, tapi beneran Aku gak tahan. Sumpah, keram perutku Mel. Bisa-bisanya mereka berdebat soal begituan,” sahut Luna.

“Tapi itu cowok sepertinya Aku kenal?” Meldy menajamkan pandangannya, suara Galuh dan lelaki itu terdengar jelas di telinganya. Sepertinya lelaki itu tidak terima dengan ucapan Galuh padanya.

“Hei, Aku tidak bermaksud mengambilnya darimu. Benda ini jatuh tepat di bawah kakiku,” sanggahnya, lalu tak lama kemudian senyumnya berubah menjadi tawa. “Tapi harus Aku akui, seleramu bagus juga.”

Astaga!

Wajah Galuh merah padam, malu setengah mati. Lelaki di depannya itu bicara tanpa beban padanya. “Kamu ... Haish, menyebalkan!”

Tak ingin menjadi bahan tontonan rekan-rekannya yang sudah berdatangan di tempat itu, Galuh balik badan meninggalkan laki-laki itu dan berjalan cepat menuju meja kasir sambil terus merutuk dalam hati.

Masih sempat didengarnya tawa renyah lelaki di belakangnya. “Ish, bikin malu aja. Ngapain juga pakai acara nabrak itu cowok segala.”

“Kenapa Luh, cemberut gitu mukanya?” tanya Ayu, kasir senior di tempat kerjanya.

“Ada cowok rese barusan, Mbak. Sok tau selera orang!”

Ayu senyum dikulum, dari balik meja kerjanya ia bisa melihat apa yang terjadi pada Galuh di sana. “Pasti rese gara-gara ini kan?”

“Kok Mbak Ayu bisa tau, sih.”

“Mata sama telinga Aku ada radarnya,” jawab Ayu setengah berbisik.

“Dih, Mbak Ayu bisa aja. Dah ah, Aku mau ganti dulu.” Galuh menyambar tas kecil di meja kasir, lalu berjalan memutar menuju pintu khusus karyawan yang berada di sudut ruangan.

“Za, lo ngapain di sini? Dicari dari tadi gak taunya malah anteng di sini.”

Dua lelaki muda datang menghampiri Reza, pria yang baru saja bersitegang dengan Galuh.

“Wah, bahaya teman kita yang satu ini. Kayaknya otak mesum lo lagi on fire sekarang. Lo nyadar gak sih di sekeliling lo benda apaan?” tunjuk Aldy pada manekin yang berada tepat di samping Reza.

Bugh! Satu kepalan kuat tangan Reza mendarat sempurna di lengannya, membuat Aldy meringis sambil memegangi tangannya.

“Gue sadar banget, Al. Lo kalau mau ngomong mending dipikir dulu, deh. Kalau gak tau masalahnya mending mingkem!” sembur Reza.

Danil langsung merangkul bahu Reza, “Tenang, Bro. Lo punya masalah apa sampai harus ke stan ini. Cerita deh sama kita.”

“Sorry Za, Gue canda barusan. Lo serius amat nanggapinnya,” ucap Aldy meminta maaf seraya menepuk bahu Reza.

“Lo kalau minta maaf ya minta maaf aja, gak usah banyak alasan segala!”

“Dih, ngambekan jadi cowok.”

Danil hanya menggelengkan kepala melihat sikap kedua sahabatnya itu, mereka lalu berjalan menuju kafe yang ada di mall.

“Kalian ingat cewek yang basah kecipratan mobil gue pas hujan tadi siang? Gue penasaran, nah barusan ketemu. Ternyata itu cewek kerja di mall ini,” jelas Reza, ketika mereka sudah berada di kafe mall menikmati secangkir kopi.

“Karyawan bokap lo dong, Za.”

Reza mengedikkan bahunya, “Maybe yes, maybe No. Soalnya Gue gak lihat seragam dia, bajunya masih putih hitam.”

“Lo tertarik sama itu cewek? Tumben perhatian. Biasa juga cuek, ini kecipratan dikit langsung turun nyamperin!” Aldy melirik sahabatnya itu yang sedang menatap ke luar, semakin sore semakin banyak pengunjung yang datang ke mall meski hanya sekedar untuk jalan-jalan.

“Entahlah, mungkin hanya rasa penasaran saja.” Reza tersenyum tipis. Melihat Galuh ia seolah melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang begitu berarti baginya dan selalu mengisi hari-harinya, namun hubungan mereka harus berakhir.

Rencana pernikahan gagal, setelah pengakuan Reza tentang dirinya yang tersimpan rapat selama ini membuat kekasihnya itu berpikir ulang tentang hubungan mereka selama ini dan pada akhirnya memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka.

Sementara Galuh yang sudah berganti pakaian dan bersiap ke stan pakaian tempatnya bekerja harus menahan diri dari serbuan pertanyaan kedua sahabatnya yang penasaran dengan Reza. Terutama Meldy yang mengetahui kalau Reza adalah pemilik kafe tempat biasa ia nongkrong dengan teman-teman komunitasnya.

“Serius Kamu gak pernah ketemu Reza?” tanya Meldy setengah tak percaya.

“Serius Mel, Aku beneran gak tau siapa dia. Ketemu barusan tadi, itu juga gara-gara insiden renda biru.” Galuh mencebik mengingat kejadian siang tadi.

“Sekarang Kamu sudah tahu siapa dia, berminat gak buat mengenal dia lebih jauh lagi?” Meldy bertanya sambil merapikan letak pakaian di dalam rak.

Galuh menggeleng kuat, “Tujuan Aku ke kota ini buat bekerja, cari duit buat bantu orang tuaku di kampung juga buat bantu biaya adikku yang masih sekolah. Aku belum kepikiran buat dekat sama yang namanya cowok.”

“Yess, Aku setuju. Fokus buat bantu keluarga dulu, itu jauh lebih penting ketimbang sibuk mikir soal asmara. Kalau memang jodoh pasti gak akan ke mana juga,” sambung Luna mengacungkan jempolnya.

“Tumben kali ini omongan Kamu bener, Lun. Biasanya suka ngaco!”

Luna meringis dan Galuh tertawa mendengarnya, bayangan wajah ibunya terpampang jelas di depan mata. Tiba-tiba rasa kangen menguasai hatinya. Sudah hampir tiga bulan ini ia tidak pulang kampung. Dan esok hari ibunya akan datang menjenguknya.

Galuh Nanda

Fahreza Raka Mahendra

▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎

Terpopuler

Comments

Allent

Allent

😂😂😂

2022-11-16

1

Moba Analog

Moba Analog

😎😎😎

2022-11-16

1

Maya

Maya

🤭🤭🤭

2022-11-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hujan
2 Bab 2. Segitiga biru
3 Bab 3. Kangen
4 Bab 4. Assyeeem!
5 Bab 5. Ngantuk
6 Bab 6. Best friend forever
7 Bab 7. Penasaran
8 Bab 8. Kesal
9 Bab 9. Hanya ingin mengenalnya
10 Bab 10. Mules
11 Bab 11. Maunya Reza
12 Bab 12. Marah
13 Bab 13. Penasaran
14 Bab 14. Kamu lagi!
15 Bab 15. Tanya dalam hati
16 Bab 16. Meeting dadakan
17 Bab 17. Pertanyaan Reza
18 Bab 18. Asisten pribadi
19 Bab 19. Jawaban sebuah pertanyaan
20 Bab 20. Kecewa
21 Bab 21. Bertemu kamu lagi di sini
22 Bab 22. Diculik
23 Bab 23. Alasan sebenarnya
24 Bab 24. Meyakinkan calon istri
25 Bab 25. Because I love you
26 Bab 26. Gelisah
27 Bab 27. Tak bisa menghindar lagi
28 Bab 28. Calon suami
29 Bab 29. Mencoba menerima
30 Bab 30. Baik-baik saja
31 Bab 31. Fall in love with you
32 Bab 32. Modus Abang Reza
33 Bab 33. Cuti lebih cepat
34 Bab 34. Pulang
35 Bab 35. Bantuan Reza
36 Bab 36. Jalan-jalan
37 Bab 37. Pulang bareng
38 Bab 38. Undangan di rumah Reza
39 Bab 39. Berubah pikiran
40 Bab 40. Status sosial
41 Bab 41. Menjadi pelayan dadakan
42 Bab 42. Air tumpah
43 Bab 43. Pandangan orang
44 Bab 44. Pertengkaran
45 Bab 45. Dipanggil menghadap bos besar
46 Bab 46. Promosi jabatan
47 Bab 47. Lihat saja nanti
48 Bab 48. Takut khilaf lagi
49 Bab 49. She's my only one
50 Bab 50. Waktu untuk berpikir
51 Bab 51. Dilema
52 Bab 52. Kapan Kau mau menikah denganku?
53 Bab 53. Kenyataan yang sebenarnya
54 Bab 54. Rencana pernikahan
55 Bab 55. Menuju hari H
56 Bab 56. SAH
57 Bab 57. Mencintaimu
58 Bab 58. Merah kebiruan
59 Bab 59. Tamu bulanan
60 Bab 60. Mual-mual
61 Bab 61. Dua kabar berbeda
62 Bab 62. Oma kritis
63 Bab 63. Berharap untuk kesembuhan oma
64 Bab 64. Yang pergi untuk selamanya
65 Bab 65. Sakit parah
66 Bab 66. Tolong selamatkan suamiku
67 Bab 67. Rindu padanya
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Hujan
2
Bab 2. Segitiga biru
3
Bab 3. Kangen
4
Bab 4. Assyeeem!
5
Bab 5. Ngantuk
6
Bab 6. Best friend forever
7
Bab 7. Penasaran
8
Bab 8. Kesal
9
Bab 9. Hanya ingin mengenalnya
10
Bab 10. Mules
11
Bab 11. Maunya Reza
12
Bab 12. Marah
13
Bab 13. Penasaran
14
Bab 14. Kamu lagi!
15
Bab 15. Tanya dalam hati
16
Bab 16. Meeting dadakan
17
Bab 17. Pertanyaan Reza
18
Bab 18. Asisten pribadi
19
Bab 19. Jawaban sebuah pertanyaan
20
Bab 20. Kecewa
21
Bab 21. Bertemu kamu lagi di sini
22
Bab 22. Diculik
23
Bab 23. Alasan sebenarnya
24
Bab 24. Meyakinkan calon istri
25
Bab 25. Because I love you
26
Bab 26. Gelisah
27
Bab 27. Tak bisa menghindar lagi
28
Bab 28. Calon suami
29
Bab 29. Mencoba menerima
30
Bab 30. Baik-baik saja
31
Bab 31. Fall in love with you
32
Bab 32. Modus Abang Reza
33
Bab 33. Cuti lebih cepat
34
Bab 34. Pulang
35
Bab 35. Bantuan Reza
36
Bab 36. Jalan-jalan
37
Bab 37. Pulang bareng
38
Bab 38. Undangan di rumah Reza
39
Bab 39. Berubah pikiran
40
Bab 40. Status sosial
41
Bab 41. Menjadi pelayan dadakan
42
Bab 42. Air tumpah
43
Bab 43. Pandangan orang
44
Bab 44. Pertengkaran
45
Bab 45. Dipanggil menghadap bos besar
46
Bab 46. Promosi jabatan
47
Bab 47. Lihat saja nanti
48
Bab 48. Takut khilaf lagi
49
Bab 49. She's my only one
50
Bab 50. Waktu untuk berpikir
51
Bab 51. Dilema
52
Bab 52. Kapan Kau mau menikah denganku?
53
Bab 53. Kenyataan yang sebenarnya
54
Bab 54. Rencana pernikahan
55
Bab 55. Menuju hari H
56
Bab 56. SAH
57
Bab 57. Mencintaimu
58
Bab 58. Merah kebiruan
59
Bab 59. Tamu bulanan
60
Bab 60. Mual-mual
61
Bab 61. Dua kabar berbeda
62
Bab 62. Oma kritis
63
Bab 63. Berharap untuk kesembuhan oma
64
Bab 64. Yang pergi untuk selamanya
65
Bab 65. Sakit parah
66
Bab 66. Tolong selamatkan suamiku
67
Bab 67. Rindu padanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!