Bab 5. Ngantuk

Galuh Nanda sedang melakukan latihan pernapasan, saat ini ia harus tetap tenang. Berulang kali menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Setelah kepergian Reza cs yang batal berbelanja di konternya, Galuh langsung membereskan kembali barang-barang dan mengembalikannya ke gudang.

Malam ini mall tempatnya bekerja luar biasa ramai, pengunjung yang datang memadati hampir setiap konter yang ada. Banyak pula yang datang dan berbelanja sepatu di konternya, dan kesibukan itu sedikit banyak bisa mengobati kekesalan hatinya.

Hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dan jam kerjanya pun sudah berakhir beberapa menit yang lalu. Sebagian konter pakaian malah ada yang sudah mematikan lampunya. Luna dan Meldy menunggu di depan sambil menonton drakor terbaru Lee Jong Suk yang sedang tayang saat itu.

“Kalian jadi nginap di rumah malam ini?” tanya Galuh sembari mengunci pintu konternya.

“Jadi dong,” jawab Luna dan Meldy bareng. “Minggu depan baru giliran kalian yang menginap di rumahku,” imbuh Luna kemudian.

Galuh menaruh kunci di tempat biasanya, mematikan semua lampu dan hanya menyisakan satu lampu saja yang menyala di bagian depan.

“Singgah bentar beli makanan dulu, ya. Di rumah gak sempat masak, ada juga cuman nasi putih doang.” Galuh mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, namun dicegah oleh Luna.

“Beres, Luh. Kalau soal yang satu itu serahkan sama Meldy,” sahut Luna memberi kode pada Meldy yang langsung diangguki si empunya nama.

“Biar Aku saja yang belanja buat makan kita malam ini,” ucap Meldy, “Sstt, Aku tidak menerima kata penolakan!” imbuhnya lagi ketika melihat Galuh hendak bersuara menolak usulnya seperti biasanya.

“Tapi kalian tamuku malam ini, jadi sudah sewajarnya Aku yang menjamu kalian.” Galuh tidak enak. Bukan kali ini saja, bahkan hampir di setiap tiba giliran menginap di rumah salah satu dari mereka, Meldy yang selalu membeli makanan untuk mereka semua.

“Tenang, Luh. Aku gak keberatan, kok.” Meldy merangkul bahu Galuh. “Gini aja, gimana kalau besok pagi giliran Kamu yang buatin kita sarapan. Terserah menunya apa, yang penting bangun pagi kita berdua tinggal makan aja.”

“Ehm, baiklah. Besok pagi Aku buatkan kalian berdua sarapan yang spesial!” Galuh mengalah, dan setuju dengan usul Meldy.

“Deal!” sahut Luna lantang, yang langsung disambut tawa keduanya.

“Kenceng banget jawabnya!”

Luna meringis mendengarnya, ketiganya lalu berjalan beriringan keluar gedung dan duduk sejenak di bangku taman sembari menunggu Meldy menyeberang jalan membeli makanan yang banyak terdapat di warung tenda yang ada di seberang Mall tempat mereka bekerja.

Tidak lama kemudian Meldy kembali dengan dua kantong plastik besar di tangannya.

“Yuk kita kemon!” ujar Meldy, mengajak dua sahabatnya itu untuk segera pulang, bertepatan dengan angkot yang kebetulan melintas dan langsung berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri saat itu.

“Jalan Siaga sampai depan rumah ya, Pir.” Galuh menyebutkan alamat rumahnya.

“Beres Neng, hayuk naik!” sahut si sopir, dan sejurus kemudian sudah kembali melajukan mobilnya membelah jalan raya yang mulai lengang karena hari sudah semakin malam.

“Kamu belanja apa, Mel?” tanya Luna memeriksa kantong plastik di tangan Meldy, ketika sudah berada di dalam angkot yang akan membawa mereka ke rumah baru Galuh.

“Bakso kesukaan Galuh sama sate mang Mamat kesukaan Kamu. Ada camilan juga buat teman begadang kita nanti malam,” sahut Meldy, lalu menyerahkan bungkusan di tangannya pada Luna.

“Wah, senangnya punya sohib pengertian banget. Tau aja kesukaan temannya,” balas Luna tersenyum lebar. “Jadi juga kita begadang malam ini.”

“Aku gak ikutan, ya. Kalian berdua aja, deh. Asli hari ini Aku capek banget.” Galuh mengangkat kedua tangannya lebar dan tanpa malu membiarkan kuap lolos dari mulutnya. Matanya terasa berat dan mulai berair, dan kantuk tiba-tiba saja datang menyerangnya.

“Ish, gak asyik tuan rumah malam ini tepar duluan!”

“Gimana gak capek, dari sore sampai malam harus bolak-balik ambil barang di gudang. Untung aja dekat, tapi tetap aja bikin lelah. Apalagi tadi ada trio cowok rese datang tapi batal belanja,” cerita Galuh sembari membuka kaca jendela, membiarkan angin masuk menerpa wajahnya.

Ia memosisikan tubuhnya agar terasa nyaman dengan kaki lurus ke depan, menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi di belakangnya, melipat kedua tangan di dada, dan mulai memejamkan matanya.

“Pasti Reza sama teman-temannya,” sahut Meldy sambil tertawa.

“Ho oh, siapa lagi kalau bukan mereka. Heran aja, sekarang sering banget itu cowok muncul di depan mata!” sahut Galuh terdengar seperti bergumam.

“Hei, Non! Lah, dia tidur.”

“Merem bentar doang,” sahut Galuh membuka matanya sedikit, “Kalau sudah masuk jalan Siaga bangunin ya.”

“Dih!”

“Dah lah, lanjut nonton si Big mouse lagi aja. Penasaran, siapa yang bakal nolong dia keluar dari rumah sakit jiwa.” Meldy membuka layar ponselnya, melanjutkan nobar dengan Luna menonton drakor Big Mouth yang tadi sempat tertunda.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di depan rumah Galuh, tidak jauh dari sana tampak Rivan dan seorang rekannya tengah duduk bersama di teras rumahnya sambil bermain gitar dan menikmati makanan ringan di atas meja.

“Van, gak bilang kalau ada cewek cakep nyewa di rumah Lo?” tanya Andy yang langsung berdiri dari kursinya dan berjalan keluar ketika melihat Galuh dan kedua rekannya turun dari angkot.

Rivan masih tetap memainkan gitarnya sambil memandang langit malam, tak peduli dengan pertanyaan Andy barusan. Pikirannya masih dipenuhi bayangan wajah kekasihnya yang tengah merajuk karena tak siap dengan hubungan jarak jauh yang akan mereka jalani nanti.

Dua tahun kontrak kerja yang harus dijalani Rivan, berada di negeri orang jauh dari keluarga juga orang tersayang demi merajut masa depan impian.

“Kita masih bisa komunikasi lewat vc, yank. Aku kerja jauh juga buat masa depan kita, Aku mau kita punya tabungan sendiri. Menikah atas biaya sendiri tanpa bantuan orang tuamu. Aku laki-laki, dan Aku mampu melakukannya asal Kamu bersedia dan mau menungguku kembali.”

“Yank, kenapa gak kerja di negeri sendiri sih. Kamu kan tau Aku gak bisa lama-lama jauh dari Kamu. Gimana kalau Kamu nanti kecantol sama cewek-cewek bule di sana?”

Jreng!

Aoww! Tali senar gitarnya tiba-tiba putus, Rivan meringis sembari mengibaskan tangannya. Matanya menangkap bayangan Aldy yang berjalan keluar hendak menuju rumah kontrakan Galuh.

Rivan menaruh gitarnya dan secepat kilat berlari menghadang langkah Andy, membuat sahabatnya itu mengerutkan keningnya.

“Lo mau ke mana, balik sono!” perintah Rivan seraya berkacak pinggang di depan Aldy.

Andy meringis, “Penasaran Gue, pengen kenal sama penghuni baru rumah kontrakan Lo.”

“Lo gak liat jam berapa sekarang? Pulang sono, Gue juga mau istirahat!” Rivan mendorong bahu sahabatnya.

“Van, Lo liat yang baju ijo. Yaelah, imut banget.” Rivan menoleh, mengikuti arah pandang mata Andy.

“Maksud Lo?” Rivan tersenyum lebar lalu tawanya meledak seketika, gadis yang dimaksud Andy adalah Galuh yang memakai sweater hijau panjang mencapai paha.

Pemandangan imut bagaimana yang dimaksud Andy, yang jelas saat Rivan balik badan ia melihat Galuh tengah menguap lebar dan tepat menghadap ke arahnya.

Gadis itu tampak terkejut dan salah tingkah melihat kehadirannya di sana. Rivan yakin Galuh mendengar tawanya barusan.

Ups! Rivan berbalik, menyadari sesuatu. Sayang Galuh sudah berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan langkah lebar seraya menutup wajah dengan kedua tangannya. Gadis itu pasti malu padanya.

“Ndy, Gue masuk dulu. Sepet mata Gue, ngantuk!” Rivan melangkah ke dalam rumahnya meninggalkan Andy yang bergegas menghabiskan kopinya sebelum pamit pulang meninggalkan rumahnya.

▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎

Terpopuler

Comments

Moba Analog

Moba Analog

😁😁😁😁

2022-11-16

1

Maya

Maya

🙈🙈🙈

2022-11-16

2

Brav Movie

Brav Movie

😬😬😬

2022-11-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hujan
2 Bab 2. Segitiga biru
3 Bab 3. Kangen
4 Bab 4. Assyeeem!
5 Bab 5. Ngantuk
6 Bab 6. Best friend forever
7 Bab 7. Penasaran
8 Bab 8. Kesal
9 Bab 9. Hanya ingin mengenalnya
10 Bab 10. Mules
11 Bab 11. Maunya Reza
12 Bab 12. Marah
13 Bab 13. Penasaran
14 Bab 14. Kamu lagi!
15 Bab 15. Tanya dalam hati
16 Bab 16. Meeting dadakan
17 Bab 17. Pertanyaan Reza
18 Bab 18. Asisten pribadi
19 Bab 19. Jawaban sebuah pertanyaan
20 Bab 20. Kecewa
21 Bab 21. Bertemu kamu lagi di sini
22 Bab 22. Diculik
23 Bab 23. Alasan sebenarnya
24 Bab 24. Meyakinkan calon istri
25 Bab 25. Because I love you
26 Bab 26. Gelisah
27 Bab 27. Tak bisa menghindar lagi
28 Bab 28. Calon suami
29 Bab 29. Mencoba menerima
30 Bab 30. Baik-baik saja
31 Bab 31. Fall in love with you
32 Bab 32. Modus Abang Reza
33 Bab 33. Cuti lebih cepat
34 Bab 34. Pulang
35 Bab 35. Bantuan Reza
36 Bab 36. Jalan-jalan
37 Bab 37. Pulang bareng
38 Bab 38. Undangan di rumah Reza
39 Bab 39. Berubah pikiran
40 Bab 40. Status sosial
41 Bab 41. Menjadi pelayan dadakan
42 Bab 42. Air tumpah
43 Bab 43. Pandangan orang
44 Bab 44. Pertengkaran
45 Bab 45. Dipanggil menghadap bos besar
46 Bab 46. Promosi jabatan
47 Bab 47. Lihat saja nanti
48 Bab 48. Takut khilaf lagi
49 Bab 49. She's my only one
50 Bab 50. Waktu untuk berpikir
51 Bab 51. Dilema
52 Bab 52. Kapan Kau mau menikah denganku?
53 Bab 53. Kenyataan yang sebenarnya
54 Bab 54. Rencana pernikahan
55 Bab 55. Menuju hari H
56 Bab 56. SAH
57 Bab 57. Mencintaimu
58 Bab 58. Merah kebiruan
59 Bab 59. Tamu bulanan
60 Bab 60. Mual-mual
61 Bab 61. Dua kabar berbeda
62 Bab 62. Oma kritis
63 Bab 63. Berharap untuk kesembuhan oma
64 Bab 64. Yang pergi untuk selamanya
65 Bab 65. Sakit parah
66 Bab 66. Tolong selamatkan suamiku
67 Bab 67. Rindu padanya
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Hujan
2
Bab 2. Segitiga biru
3
Bab 3. Kangen
4
Bab 4. Assyeeem!
5
Bab 5. Ngantuk
6
Bab 6. Best friend forever
7
Bab 7. Penasaran
8
Bab 8. Kesal
9
Bab 9. Hanya ingin mengenalnya
10
Bab 10. Mules
11
Bab 11. Maunya Reza
12
Bab 12. Marah
13
Bab 13. Penasaran
14
Bab 14. Kamu lagi!
15
Bab 15. Tanya dalam hati
16
Bab 16. Meeting dadakan
17
Bab 17. Pertanyaan Reza
18
Bab 18. Asisten pribadi
19
Bab 19. Jawaban sebuah pertanyaan
20
Bab 20. Kecewa
21
Bab 21. Bertemu kamu lagi di sini
22
Bab 22. Diculik
23
Bab 23. Alasan sebenarnya
24
Bab 24. Meyakinkan calon istri
25
Bab 25. Because I love you
26
Bab 26. Gelisah
27
Bab 27. Tak bisa menghindar lagi
28
Bab 28. Calon suami
29
Bab 29. Mencoba menerima
30
Bab 30. Baik-baik saja
31
Bab 31. Fall in love with you
32
Bab 32. Modus Abang Reza
33
Bab 33. Cuti lebih cepat
34
Bab 34. Pulang
35
Bab 35. Bantuan Reza
36
Bab 36. Jalan-jalan
37
Bab 37. Pulang bareng
38
Bab 38. Undangan di rumah Reza
39
Bab 39. Berubah pikiran
40
Bab 40. Status sosial
41
Bab 41. Menjadi pelayan dadakan
42
Bab 42. Air tumpah
43
Bab 43. Pandangan orang
44
Bab 44. Pertengkaran
45
Bab 45. Dipanggil menghadap bos besar
46
Bab 46. Promosi jabatan
47
Bab 47. Lihat saja nanti
48
Bab 48. Takut khilaf lagi
49
Bab 49. She's my only one
50
Bab 50. Waktu untuk berpikir
51
Bab 51. Dilema
52
Bab 52. Kapan Kau mau menikah denganku?
53
Bab 53. Kenyataan yang sebenarnya
54
Bab 54. Rencana pernikahan
55
Bab 55. Menuju hari H
56
Bab 56. SAH
57
Bab 57. Mencintaimu
58
Bab 58. Merah kebiruan
59
Bab 59. Tamu bulanan
60
Bab 60. Mual-mual
61
Bab 61. Dua kabar berbeda
62
Bab 62. Oma kritis
63
Bab 63. Berharap untuk kesembuhan oma
64
Bab 64. Yang pergi untuk selamanya
65
Bab 65. Sakit parah
66
Bab 66. Tolong selamatkan suamiku
67
Bab 67. Rindu padanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!