Suara-suara berdengung di sekeliling Galuh, tapi telinganya seolah tersumbat. Ia berulang kali menggesekkan kakinya yang terasa beku, sepatunya yang basah sudah sejak tadi dilepasnya. Sementara ujung jarinya turun naik menyusut roknya yang basah.
“Maaf,” ucap Galuh ketika penumpang di sampingnya yang mengenakan masker di wajahnya mengerutkan kening dan menarik kakinya cepat saat terkena tetesan air dari rok basah yang dikenakannya. Ia kemudian bergeser ke samping, merapat pada dinding angkot dan menatap ke luar jendela.
Hujan sudah mulai reda, hanya tersisa gerimis kecil. Diliriknya arloji di tangannya, Galuh mengesah kesal. Ia sudah hampir terlambat mengikuti pengarahan seperti biasa sebelum mulai bekerja. Tak terasa, Galuh bergidik membayangkan wajah sangar pak Susilo atasannya saat memarahi anak buahnya yang datang terlambat.
Kumis tebal lelaki itu menutupi bibir atasnya. Bila bicara yang terlihat hanya bawah bibir yang bergerak, dan menjadi hitam pekat setiap selesai minum kopi. Tanpa sadar Kiara terkikik geli seraya menutup wajahnya setiap kali mengingat tentang yang satu itu.
“Stop depan, Pir!” terdengar suara pria di sampingnya berkata lantang pada sopir angkot di depan mereka.
Angkot yang dinaikinya itu pun menepi. Sebelum turun penumpang lelaki di samping Galuh itu membuka maskernya.
Ting! Sekelebat cahaya menerpa barisan gigi lelaki itu. Galuh hampir tersedak salivanya ketika bertatapan dengannya. Sontak Galuh memalingkan muka cepat, dan tangannya bergerak menutup mulutnya.
“Neng! Jangan menangis, karena hal itu hanya akan membuat wajah cantikmu terlihat menyedihkan. Hapus air matamu, percayalah ini bukan akhir dari segalanya. Jika hari ini gagal, masih ada hari esok. Tetap semangat!”
“Hah!” Galuh menurunkan tangannya, menatap tak mengerti. Apa suaranya terdengar seperti orang sedang menangis tadi? Galuh berdeham seraya menyentuh lehernya. Ia tidak menyadari kalau riasan wajahnya telah luntur.
Lelaki itu turun dari angkot dengan payung mengembang di tangan, sejenak menoleh pada Galuh lalu tersenyum mengepalkan tangannya. “Semangat!” ucapnya tanpa suara, lalu memakai maskernya lagi.
Galuh melengos, lega tak lagi melihat sinar yang keluar dari mulut laki-laki itu saat bicara. Angkot kembali melaju dan berhenti di depan sebuah bangunan besar tingkat dua yang berada persis di samping gerbang masuk mall tempatnya bekerja.
Galuh merapikan pakaiannya dan kembali memakai sepatunya, melihat sejenak riasan wajahnya pada kaca spion yang ada di atas kepala sopir. Astaga!
Galuh berlari cepat masuk melalui pintu samping yang paling dekat dengan tangga eskalator menuju lantai dua tempatnya bekerja. Sesampainya di sana, terburu-buru ia menuju pintu khusus yang hanya diperuntukkan bagi para karyawan mall, bergegas membuka lokernya dan mengambil pakaian kerjanya yang tersimpan di dalam sana.
“Ya Tuhan, bagaimana ini?” keluh Galuh tersandar lemas di belakang pintu loker, menyadari pakaian dalam yang dikenakannya basah. Pasti tidak nyaman bergerak dengan leluasa kalau seperti ini keadaannya, sementara ia harus selalu berhadapan dengan para pelanggan yang datang berbelanja di konternya.
“Mudah saja, Kamu hanya tinggal menggantinya dengan yang baru, setelah itu memakainya. Beres kan!” Luna sahabatnya tiba-tiba saja muncul dari balik tirai yang tertutup, menyembulkan wajahnya dengan mata menyipit menatap ke arahnya.
“Astaga Lun, kira-kira kalau ngagetin orang. Kalau Aku jantungan terus pingsan di sini, gimana?”
“Mudah saja, tinggal hubungi sekuriti terus bawa ke rumah sakit. Beres kan!”
“Au ah, bicara sama Kamu gak ada menangnya!”
“Gak usah panik, si kumis tebal sedang ada urusan di luar dan tidak datang malam ini. Jadi kita bisa bebas bekerja tanpa perlu berpura-pura bersikap manis di depannya,” bisik Luna di telinga Galuh.
“Syukurlah, Aku buru-buru sampai ke sini. Masa bodoh gak mikirin orang di luar sana pada empet nahan ketawa lihat tampilan Aku kayak gini.”
“Memang pesona mister Susilo bikin wanita jatuh bangun dibuatnya,” lanjut Luna membuat Galuh mencebik seraya memutar bola matanya. “Buktinya sekarang, Kamu harus jatuh bangun sampai ke tempat kerja supaya bisa mendengar lagu cinta dari mister Susilo.”
“Ngomong apaan, sih! Pesona apaan, sangar iya.”
“Hahaha.” Luna tertawa lepas.
“Puas lo ya ketawa!”
Pintu kamar ganti kembali terbuka, mengalihkan perhatian keduanya. Meldy sang primadona mall muncul dengan gaya jalan ala peragawati ternama. “Yaah, tambah satu lagi masalah!” keluh Galuh melihatnya.
Luna menahan senyum mendengarnya ucapan Galuh, ia menarik lengan Meldy agar mendekat padanya. “Mel, apa Kamu melihat sesuatu yang berbeda dari sohib kita yang satu ini?”
Meldy menatap Galuh saksama, dari atas hingga ujung kaki. Setengah mati ia berusaha menahan diri untuk tidak tertawa dan berpura-pura memegang perutnya. “Aduh, keram perutku!”
“Udah, bantuin napa. Jangan pada senyam-senyum gak jelas gitu,” ucap Galuh dengan tatapan memelas.
Seperti yang diperkirakan Galuh, ia akan jadi bahan tertawaan kedua sahabatnya itu kali ini. Sebelah alis Meldy terangkat saat ia melihat Galuh, dan Galuh menyadari sahabatnya itu sedang berusaha keras menahan tawanya.
Ia dapat membayangkan penampilannya saat itu, baju basah kuyup, rambut lepek, maskaranya yang luntur dan menodai pipinya. “Sudahlah, ayo katakan saja. Aku siap mendengar komentar pedas kalian tentang penampilanku kali ini.”
“Aku ikut prihatin melihat penampilanmu hari ini, ternyata hujan bisa membuat seorang Galuh Nanda kacau!” Tawa keduanya pecah seketika, kamar ganti yang biasanya sepi kini ramai dengan gelak tawa. Mau tidak mau Galuh ikutan tertawa, dan Luna dengan sigap membantu membersihkan riasan di wajahnya yang berantakan.
“Kalian tidak tahu saja, Aku bertemu dengan pria menyebalkan di luar sana dan harus berdesakan dengan banyak orang di dalam angkot.” Galuh mengadu pada sahabatnya.
“Cakep gak orangnya, kali aja bisa jadi gebetan baru Aku.” Meldy mengedip-ngedipkan matanya.
“Dih, pacar orang tau!” sahut Galuh cepat.
“Lah, ngapain diceritain ke kita. Kalau itu mah skip aja, gak penting!” balas Meldy.
Galuh meringis, “Dah lah, mumpung masih ada waktu sebelum ganti shif. Otw cari underwear dulu tempat Cika, kali aja ada yang diskonan. Mayan ngirit uang belanja, bye!”
Galuh bergegas keluar, langkahnya terhenti saat mendengar teriakan Luna di belakangnya.
“Hei, rok Kamu basah itu Luh. Ish ngecap gitu, kelihatan banget. Ganti napa?” tegur Luna.
“Luh, pakai punyaku aja. Aku bawa serep, ada dua. Tuh kalau mau di loker,” timpal Wendy.
“Dih, bekas pakai dong. Gak! Mending beli baru,” sahut Galuh.
“Masih orisinil, Luh. Beli dua gratis satu,” timpal Luna yang langsung mendapat pukulan Meldy di lengannya.
“Aduh!”
“Gak usah dijelasin juga, kali!”
Luna nyengir, “Ya kan belinya sama Aku, kenapa Galuh doang yang ditawarin?”
“Memang segitiga lo basah, kehujanan kayak Galuh?” balas Meldy.
Luna mengusap tengkuknya, “Ya, enggak sih.”
“Nah, itu tau. Napa pakai nanya lagi?” Meldy menyentil kening Luna, dan pergi melenggang begitu saja meninggalkan Luna yang manyun sambil memegangi keningnya.
“Ish! Mel, tungguin!”
“Buruan!”
Keduanya lalu menyusul Galuh yang tengah memilih barang di dalam keranjang besar. Setelah mendapatkan barang yang diinginkannya Galuh berteriak memanggil Cika.
Suasana di tempat itu tidak terlalu ramai karena sudah hampir memasuki jam pergantian shif kerja malam. Hanya ada beberapa pelanggan yang sedang memilih beberapa barang yang berada di rak gantung.
“Cik, Aku ambil yang model renda. Pakai nota gak, nih. Atau langsung kasir ... Aow!” Galuh balik badan sambil mengacungkan segitiga di tangannya, dan langsung mengaduh kesakitan saat keningnya menyentuh sesuatu yang liat di depannya.
Benda di tangannya terlepas dan jatuh ke lantai, dan saat ingin menyelamatkan barang miliknya sebuah tangan telah terlebih dahulu mengambilnya.
“Hem, suka yang model renda rupanya.” Suara bergumam memasuki pendengarannya.
Blush!
Galuh mengangkat wajahnya yang seketika berubah merah padam. Dengan gerakan cepat seraya menahan malu, ia menyambar cepat segitiga renda warna biru tua dari tangan lelaki di depannya. Berjalan ke meja kasir dan segera berlalu dari sana diiringi tawa renyah lelaki di belakangnya.
▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Moba Analog
👻👻👻👻
2022-11-16
10
@yo jung shi💖
😅😅😅😅😅
2022-11-14
41
Kenna Dean
😂😂😂😂😂
2022-11-14
2