Indah menuruni taksi dan segera masuk ke dalam club' malam untuk menemui tamu selanjutnya yang merupakan tamu ekslusif dari sahabatnya karena kebetulan hari ini dia sedang berhalangan dan harus off untuk bekerja.
Banyak kicauan pria-pria nakal saat langkah jenjangnya memasuki area club' malam yang penuh hingar bingar suara musik dengan bau alkohol yang menyengat, gadis dengan pakaian minimnya kini mulai menangkap sosok yang ia cari.
Sapaan yang datang padanya dengan lembut ia jawab tetapi begitu terngiang di telinga para pendengar.
"Cin...." seru Asti teman seprofesi seperjuangan yang merangkap sebagai sahabat.
"Hay beb...." mereka cipika cipiki, hal itu memang suatu kebiasaan yang selalu meraka lakukan setiap kali berjumpa.
"Lama dech, si om udah merinding disko tuh udah ada yang meronta dari tadi minta keluar dari kandang," ucap Asti dengan kedipan genit di matanya dengan tangan yang mulai nakal menjamah sesuatu di balik celana kerja pria yang sejak tadi menahan hasratnya dengan menghisap rokok.
"Ugh udah mulai on ya om, sorry ya Cinta tadi telat banget soalnya harus nidurin pusaka punya langganan yang udah lama buat jadwal."
"Nggak apa-apa, om sabar kok!" jawab pria butuh belaian itu.
"Ya udah mau langsung aja apa masih mau disini dulu di buat on sama Asti om?"
"Langsung juga boleh...."
"Ugh si om udah nggak sabar ternyata, tapi sesuai peraturan yang ada ya om! Asti udah bilang belum sama om?"
"Udah, nggak apa-apa yang penting memuaskan!" jawab si om dengan senyuman nakal dan tangan yang sudah singgah di paha mulus Indah.
"Udah mulai nakal dia beb, gue eksekusi dulu ya, sampai ketemu besok, gue kerja dulu oke!" pamit Indah kemudian menarik tangan pelanggannya untuk segera masuk ke dalam kamar yang ada di dalam club' tersebut.
Saat berjalan menuju kamar Indah bertemu dengan Toni pemilik dari club' malam yang sering Indah singgahi.
"Kak..."
"Hey Cin, wah pelanggan baru nich!" ucap Toni saat melirik Indah yang berjalan bersama pria dewasa. Toni sudah cukup paham pekerjaan Indah bahkan dia juga sedikit tau latar belakang gadis itu.
"Jangan kebablasan indah!" bisik Toni kemudian melebarkan senyumnya, "oke kalo gitu have fun ya Cin!" Toni menatap Indah dengan rasa iba, baginya tak mudah menjadi Indah.
"Pasti kak!" seru Indah dengan mengacungkan kedua ibu jarinya.
"Ayo om!" keduanya segera masuk ke dalam kamar dan Indah kembali mengulang kegiatan yang sama demi meraup rupiah hingga mencapai pelepasan tanda pekerjaan Indah terselesaikan.
Indah pulang kerumah menjelang Pagi, bahkan baru saja ia terlelap sudah harus bangun lagi. Dirinya bersiap untuk berangkat ke sekolah, dengan seragam putih abu-abunya Indah lebih terlihat seperti gadis imut sesuai dengan umurnya walaupun tidak bisa di pungkiri Indah tetap terlihat sexy.
Sebelum sampai di sekolah, Indah menyempatkan diri untuk menjenguk mamahnya terlebih dahulu.
"Bi....bagaimana kondisi mamah?" lirih Indah saat memasuki ruangan yang sudah tiga tahun belakangan ini Indah datangi setiap hari.
"Masih sama non, nyonya butuh cuci darah rutin setiap seminggu sekali sebelum operasi transplantasi ginjal di lakukan," jawab bibi, seorang pembantu yang selama ini setia pada keluarga Indah.
"Sudah ada Bi?" tanya Indah lagi sebelum memasuki ruangan mamahnya.
"Belum dapet non, tapi dokter masih terus mengusahakan semaksimal mungkin untuk kesehatan nyonya."
"Ya udah, Indah masuk dulu ya Bi," Indah segera memasuki ruangan inap mamahnya, kamar VIP yang Indah berikan dengan pelayanan yang sebagus mungkin.
"Mamah...."
"Nak, mau berangkat sekolah?" tanya sang mamah dengan senyumnya yang mengembang.
"Iya mah, maaf Indah nggak bisa jagain mamah terus di sini," Indah menyentuh tangan mamahnya yang semakin lama semakin kurus.
"Nggak apa-apa nak, anak mamah kan harus bekerja dan sekolah, gimana sekolahnya? lancar? anak mamah cantik sekali," Mamah menyembunyikan kesedihan di balik senyumnya, hatinya begitu sakit karena selama beliau sakit tidak bisa mendampingi Indah di masa-masa sulitnya.
"Lancar mah, nilai Indah baik sebentar lagi ulangan sekolah, nanti Indah kasih ke mamah kalo Indah sudah dapat nilainya ya? biar mamah tau, kepintaran yang di miliki mamah dan papah menurun ke diri Indah."
"Iya sayang, kamu memang yang terbaik Indah, mamah doakan semoga semua lancar ya, jika sudah capek bekerja, mamah bisa pulang saja dan berobat jalan, karena mamah tau biaya rumah sakit ini sangat mahal nak!"
"Nggak apa-apa mah, jangan di pikirkan yang terpenting sekarang mamah cepat sembuh agar bisa terus mendampingi Indah ya," ucap Indah dengan tatapan sendu kemudian dia pamit berangkat sekolah.
"Indah berangkat sekolah dulu ya mah, sehat terus mamah," Indah mencium tangan serta kening sang mamah kemudian keluar dari ruangan dengan senyum manisnya.
"Bi, Indah nitip mamah ya kalo ada apa-apa seperti biasa langsung telpon Indah aja," ucap Indah saat sudah di luar ruangan.
"Siap non, nggak perlu khawatir, bibi akan terus menjaga nyonya dengan baik."
"Ini buat bibi, nanti kalo kurang atau butuh apa-apa jangan sungkan bilang sama Indah ya," Indah memberikan beberapa lembar uang berwarna merah " ya udah Indah berangkat dulu."
"Hati-hati non!" ucap sang bibi dan di jawab anggukan oleh Indah.
Bibi menarik nafas panjang, dia begitu menyayangi keluarga ini terlebih dengan Indah yang sudah di asuhnya sejak kecil. Tak bisa ia bayangkan bagaimana sulitnya bertahan menjalani hidup dengan segala tuntutan yang ada.
Sepanjang perjalanan tangis Indah pecah, setiap kali keluar dari rumah sakit Indah tidak akan kuat menutupi kesedihannya. Hatinya begitu hancur tiap kali melihat tubuh lemah sang mamah.
Semenjak sang Papah berpulang, bagi Indah dunia seakan runtuh. Mamah yang kuat pun jatuh sakit, sementara harta kekayaan peninggalan papah semakin lama semakin habis untuk pengobatan mamah dan membayar hutang perusahaan yang belum papahnya lunasi. Hingga perusahaan harus gulung tikar karena tidak ada yang menghandle.
Indah yang merupakan anak semata wayang, harus berdiri sendiri untuk bertahan dan mencari uang untuk biaya sekolah serta biaya rumah sakit sang mamah.
Hingga Indah memutuskan untuk bekerja di dunia malam karena desakan hidup yang membuatnya harus menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang dan para suami-suami yang serakah akan kenikmatan dunia.
Bagi Indah hidup itu nggak selamanya manis, ada kala kita di atas dan secara tiba-tiba jatuh hingga terluka.
"SMA Nusa Darma ya neng?"
"Iya pak," jawab Indah kemudian segera meraih tasnya dan mengambil uang untuk membayar taksi.
"Ini pak ongkosnya," Indah memberikan selembar uang berwarna merah kepada sopir taksi tersebut kemudian membuka pintu mobil.
"Kembaliannya neng!"
"Buat bapak aja, lumayan buat beli nasi uduk Pak!" seru Indah kemudian segera memasuki gerbang yang sudah tertutup setengah oleh scurity.
"Kembaliannya 57 ribu terus kalo di buat beli nasi uduk bisa kenyang tiga hari ini mah neng, yang nggak-nggak aja, tapi Alhamdulillah ya Allah rejeki dari neng cantik, berkah ya neng!"
Indah tergesa-gesa memasuki sekolah dan berlari menuju kelas hingga dia tidak menyadari jika Pak Maman petugas kebersihan sedang mengepel lantai.
"Aaaaaaaaa.........."
BRUGHH
"Neng Indah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
dewi
waah, masih anak sekolah?... 🤦
2024-07-29
0
Alifah Azzahra💙💙
Ternyata masih bocil Yach tuh si indah🥰🥰
2024-04-23
1
sherly
ya ampun ternyata msh sekolah... wow kejutan
2024-02-15
1