Setelah sekian lama menunggu, Arjuna pun dikagetkan dengan Bang Dimas yang membawa perempuan cantik, dan dengan pembawa sebuah kantong kresek berwarna hitam di tangannya yang berisikan pesanan Arjuna.
Arjuna pun semakin heran dengan siapa wanita tersebut, dan Bang Dimas pun segera memarkirkan motornya di teras kontrakannya.
"Jun, ini dia Mbak Juli dia ini tukang urut paling mantap tenan... Abang jamin deh, ente langsung sembuh habis dipijit sama Mbak Juli! "seru Bang Dimas yang begitu antusias menyambut kedatangan Juli ke kontrakannya.
Arjuna pun hanya menggaruk-garuk tengguknya yang tak terasa gatal. Jujur saja penampilan Mbak Juli yang begitu mempesona walaupun di malam hari, ia masih memancarkan kecantikannya sampai wajahnya itu bercahaya. Arjuna pun menelan salivanya dalam-dalam, agar imannya selalu kuat ketika nanti kakinya diurut oleh Mbak Juli
"Ayo sini Dek, biar Mbak urut mana yang keseleonya. takutnya ada urat yang keiket, jangan takut ya Dek.'' tutur lembut Mbak Juli yang membuat Arjuna terpana.
Namun Arjuna segera menepis semua pikirannya. Ia hanyalah seorang tukang urut biasa, "Arjuna jangan sampai terkena panah asmara untuk pandangan pertama yang kesekian kalinya," batin Arjuna.
"Kayaknya ini keseleo deh Mbak, tumit sama dengkul Juna juga sakit, kita urut di mana?" tanya Arjuna pada Mbak Juli.
"Di sini juga sudah tidak apa-apa Dek, asalkan kamu nyaman, kamu mau makan dulu juga silakan. Karena saat di urut sudah pasti ini akan memakan banyak waktu, sebaiknya kamu makan dulu Juna." ujar Mbak Yuli.
Arjuna pun hanya mengangguk dengan nurutnya.
"Ya udah nih Jun... Abang udah beliin nasi goreng pesanan Juna, makan dulu gih, habis itu nanti kakinya diurut sama Mbak Juli." sahut Bang Dimas.
"Ya udah Bang, ayo kita makan dulu, Abang beli juga kan? " tanya balik Arjuna yang mendapatkan jawaban anggukan dari Bang Dimas.
"Yang jual, mau makan juga enggak?." ajak Bang Dimas, namun Mbak Yuli tidak menggubrisnya, Ia hanya menggeleng-gelengkan pelan kepalanya saja.
Mereka berdua pun menyantap makan malam terlebih dahulu, sebelum Arjuna dieksekusi untuk diurut kakinya. Makanan yang sederhana, namun kebersamaan yang membuatnya yang begitu terasa istimewa Arjuna menghabiskan semua sisa nasi goreng yang ada di piringnya dan Begitu pun dengan Bang Dimas.
Tak mau menunggu waktu yang lama, Juli pun meminta Arjuna untuk segera mencuci kakinya sampai bersih karena ia melihat beras kencur yang diulek masih kaki kanan Arjuna Arjuna mau tidak mau harus membersihkan kakinya itu dan segera kembali lagi untuk diurut kakinya. baru saja Juli memegang kaki kanan Arjuna, Arjuna sudah meringis kesakitan.
"Ah..." jerit Arjuna.
Bang Dimas spontan melirik ke arah Arjuna, tanpa berpikir panjang ia hanya memaklumi tingah Arjuna itu.
"Sabar ya Jin, eh maksudnya Juna. Abang tau itu sakit, tapi lebih sakit lagi kalo engga diobati" ujar Bang Dimas, Arjuna pun mengangguk.
"Iya bang, ini lagi Arjuna tahan" rintih Arjuna yang meringis kesakitaan.
"Sabar, sabar, ini enggak sakit kok Jun." Mbak Juli memberi senyuman pada Arjuna, namun ia tak mempedulikan senyuman manis itu.
"Bela, kau harus membayar 10x lipat sakit yang aku rasakan ini!" batin Arjuna.
"Aduh..."
"Duhhh, Mbak!!"
"Kaki Juna mati rasa ini!!!"
"Mbak pelan-pelan dong!! kaki Juna sakit, kayanya bentar lagi wassalam deh!"
Mbak Juli hanya bisa pasrah menerima rengekkan dari Arjuna, Bang Dimas hanya bisa menahan tawanya mendengarkan ringisan Arjuna yang sudah ia anggap seperti adik angkatnya sendiri.
"Sabar, bentar lagi juga udah beres" sahut Mbak Juli.
"Gimana Jun, udah mendingan enggak sakitnya?" tanya Mbak Juli.
"Udah mbak, udah mendingan ini, enggak terlalu sakit kaya tadi sore" jawab Arjuna.
"Syukur deh Jun, Mbak seneng dengernya"
"Oh iya Jun, katanya motor kamu rusak ya? Kalo kamu mau, kamu pakai aja motor mbak ya. Motornya Bang Dimas udah pasti dipake buat berangkat kerja, nanti kalau mau pakai ambil di rumah mbak." ucap Mbak Juli.
Arjuna sudah pasti sangat sungkan, terlebih lagi ini adalah kali pertama mereka bertemu. Tapi kenapa mbak juli mau meminjamkan motornya pada Juna, apa ia tidak takut jika Arjuna nanti membawa pergi motornya.
"Sudah jangan dipikirkan lagi, Juna sudah mbak anggap seperti adik sendiri, karena abang dimas pun juga menganggap Juna sebagai adik sendii." timpal Mbak Juli.
"Oh, jadi mbak juli suka sama bang dimas ya" batin Arjuna.
Bang Dimas melirik Juli, "Emangnya engga apa-apa kalo si otong pinjem motor kamu Jul?" tanya serius Bang Dimas.
"Engga apa-apa mas, selagi Juna buat pake usaha, Juli engga keberatan kok."
Mbak Juli yang menatap Bang Dimas, malah membuat Bang Dimas salah tingkah dibuatnya. Mungkin, mereka berdua ini memang sudah dekat dan sama-sama memilik rasa, tapi karena malu, mereka berdua menjadikan Arjuna untuk perantara diantara cinta mereka berdua.
"Makasih banyak mbak, tapi engga usah, besok Juna mau bawa motor supra Juna ke bengkel aja, nanti Juna bakalan minta tolong Bang Dimas buat anter Juna." ucap Juna.
"Ente serius mau kerja, Jun? kaki ente kan baru aja habis diurut" tanya bang dimas dengan ketus.
"Iya bang, nanti Juna minta tolong anterin ya..." lirih Arjuna yang terkesan seperti permintaan maaf.
"Ente santai aja Jin, nanti abang anterin kok" ucap bang dimas.
"Juna bang, bukan Jin! apa lagi Jimin!" ketus Arjuna yang kesal.
"Eh tapi gantengan Juna lho, dari pada om jim" ujar mbak juli.
"Udah ah mbak! Juna engga suka dibanding-bandingin, Juna juga tau kalo Juna itu ganteng." timpal Arjuna yang cengengesan.
Malam itu pun, mereka habiskan dengan bercerita dan tertawa bersama. Meskipun hanya wanita satu-satunya yang berada di teras kontrakan Arjuna, mbak juli tidak takut jika ia dijahili oleh para pria, lantaran ia sudah memegang sabuk hitam bela diri silat diusia belia.
Karena pendidikannya hanya sampai di sekolah dasar, ia hanya bisa meneruskan profesi neneknya yang di kampung, yaitu menjadi tukang urut. Dan profesi itu juga tidak dapat Juli tetapkan sebagai pekerjaan yang sebenarnya, karena upah yang rrelatif murah dan juga panggilan yang tak tentu.
"Jun, udah jam 11 nih, abang mau anter mbak juli pulang dulu ke rumahnya ya, ente masuk terus istirahat gih, besok kita berangkat pagi buat ke bengkelnya mang jajang." sahut bang dimas, yang dibalas anggukan oleh arjuna.
"Iya bang, Juna masuk dulu ya. Mbak Juli juga hati-hati, kalo Bang Dimas macem-macem nakal tinggal bilang ke Arjuna aja, biar Juna giling biji kelerengnya." sahut Arjuna yang hanya mendapatkan tawa kecil dari Juli.
...BERSAMBUNG ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments