PART 05

siang ini, agak berbeda dari hari sebelum-sebelumnya. Agatha menjalani rutinitas yang sama, belajar, berkumpul dan menghabiskan waktu untuk sekedar bersenda gurau dengan teman sekelasnya yang lain. seharunya begitu. kalau saja di jam istirahat ke dua Doni tidak muncul dengan sikap menjengkelkan di kelas Agatha.

semenjak kejadian di bis seminggu yang lalu, Agatha sempat tidak masuk sekolah beberapa hari lantaran menderita Diare dan kurang vitamin C, kata dokter. jadi berakhirlah hari ini ia harus berperang dengan beberapa tumpukan buku pelajaran yang tidak di ikutinya.

saat sedang asik menyalin catatan biologi milik Freya, teman sebangkunya. kelas yang memang sedang sepi siang itu memperdengarkan derap langkah yang samar-samar dari luar ruangan.

perlahan namun pasti, langkah kaki itu semakin mendekat ke arah bangku yang Agatha duduki saat ini. jantung Agatha seakan sedang berdisko di dalam sana, dag-dig-dug tak karuan.

tanpa perlu bersusah payah menebak, Agatha sudah tau pasti siapa yang tengah berjalan mendekatinya kini. Debar di dadanya kian mengeras. bau wangi yang menyengat begitu khas mengusik Indra penciumannya.

hanya ada satu nama yang memiliki aroma semerbak ini di 5 SILA. Pasti, tak salah lagi.

suara langkah kaki itu terhenti tepat di meja depan Agatha namun gadis itu berusaha untuk tak perduli. bahkan ia semakin menundukkan kepalanya dalam sedang tangan nya masih sibuk menyalin catatan.

tapi sekuat apa pun usahanya untuk tenang, tetap saja ia tak bisa konsentrasi pada catatan yang sedang di kerjakan nya.

orang yang baru saja masuk tadi sedikit berdehem. pelan. Agatha masih belum mau mengangkat wajahnya untuk beradu pandang dengan orang di depannya.

"Kamu rajin banget sih, Ta. jam istirahat begini masih juga belajar."

"....."

"Anu, Ta. aku kesini mau bilang makasih sama kamu.!" kata suara itu lagi.

perlahan bola mata Agatha yang indah itu bergerak menatap manusia di hadapannya. orang itu tengah senyam-senyum di kulum bak orang tengah jatuh cinta menatap dirinya.

"makasih... untuk,?" tanya Agatha bingung. pasalnya dirinya tak merasa melakukan kebaikan yang patut untuk di apresiasi, lalu untuk apa ucapan terimakasih itu.? pikirnya.

"Makasih, karena kamu Sudi membalas salam manis ku." katanya penuh percaya diri.

Agatha tersentak, diam selama beberapa detik. damn.!! ini pasti ulah Arka. candaan yang saat itu ia lontarkan ternyata benar-benar dilakukan oleh sahabat masa kecilnya itu.

demi menjaga perasaan, meski sedikit terpaksa Agatha hanya tersenyum canggung ke arah orang itu. tapi lain di mata orang yang sedang berdiri di meja depan Agatha. menurutnya, senyum Agatha sangat istimewa apalagi jika di lihat dari jarak sedekat ini. rasanya lebih manis dari madu asli Sumbawa.

"Kita ke kantin yuk, Ta. makan bakso kesukaan kamu." ajak nya mulai melunjak

Agatha menggeleng cepat tanpa ragu.

"Aku yang traktir kok, jangan khawatir." orang itu menduga Agatha sedang tak ada duit makanya tak mau di ajak pergi ke kantin.

Agatha tersenyum masam menatap kearah orang itu. meski tak sekaya keluarga Arka, namun kebutuhan ekonomi keluarga nya masih terbilang cukup. bukan lantaran tak memiliki uang untuk jajan di kantin, tapi karena memang dirinya sedang tak ingin makan atau minum sesuatu yang bisa membuat sakitnya kambuh. apalagi jika mengingat dirinya baru saja pulih beberapa waktu lalu.

"bukan karena itu, Don. tapi maaf, gue lagi ga kepengen makan apapun."

Yups.!! tebakan kalian betul 100%. orang yang sedang beradu argument dengan Agatha adalah Doni Dozer.

"ohh gitu, gimana kalo minum-minum aja.? cendol, es teh, mungkin.? enak loh, siang-siang begini."

"Gue juga lagi ga haus, gimana dong.?"

"......"

Doni sibuk berpikir, mencari alasan apalagi yang akan ia gunakan untuk berbincang lebih dalam lagi dengan Agatha.

"gimana kalo ke perpus aja Ta,?" ajaknya lebih berani. "di sana kan sepi tuh, tempatnya. pasti nyaman buat ngobrol dari hati ke hati."

Agatha mematung di tempat, perasaannya campur aduk menjadi satu. meski tangannya sibuk menyalin catatan tetapi beberapa kali matanya selalu celingukan ke arah pintu kelas. was-was bakal ada orang lain masuk dan menuduh yang tidak-tidak terhadap dirinya.

"dih, siapa Lo.? pede gila." batin Agatha.

melihat Agatha yang hanya diam saja, Doni pun lebih semangat berkata

"Aku ngerti sih Ta, kalo perpustakaan bukan tempat ngobrol. tapi,... nanti kan kita bisa ngobrol sambil bisik-bisik gitu Ta, hehehe...."

Doni mengelus-elus rambut klimis nya beberapa kali dengan jemari lentiknya sembari menanti jawaban Agatha.

"busett dah, itu rambut apa pelesetan anak. mengkilap bener." batin Agatha bermonolog.

"atau, kita ga usah ngobrol aja Ta, cukup pandang-pandangan seperti di film India saja, keren kan.? romantis banget tuh pasti..." Doni menyeringai lebar, menampakkan giginya yang besar-besar bersusun tak beraturan di dalam mulutnya.

Agatha langsung bergidik ngeri. gadis itu bener-bener merasa ilfeel saat ini. tak ada lagi senyum di wajahnya, meski sudah berusaha sabar agar tak terpancing emosi tetap saja kelepasan.

"HACHIMMM,,,, HACHIMMM...."

Agatha yang memang memiliki alergi pada aroma semerbak membersihkan hidungnya kasar dengan tissue.

bukannya menjauh, tubuh Doni justru bergerak dua langkah lebih dekat ke arah gadis yang masih setia duduk di kursi kebesarannya.

"HACHIMMMMMM....." kali ini bersinnya sengaja Agatha lakukan lebih keras demi meluapkan amarah yang tertahan sejak tadi.

"Kamu, kenapa Ta. sakit ya.?" tanya Doni, tanpa merasa bahwa dirinya lah yang menjadi alasan Agatha terus-terusan bersin.

saat tangan nya terjulur hendak memeriksa keadaan gadis yang sejak lama dikaguminya itu, Agatha justru menggeleng keras dan berusaha menghindar cepat. alhasil, dirinya hanya berhasil menggapai udara.

"Gue ga sakit,"

"tapi... kamu bersin-bersin terus, loh." sahut Doni khawatir.

Agatha masih bungkam. tak sampai hati untuk berterus terang.

"bener Ta, kamu baik-baik saja.?" tanya nya sekali lagi. berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya benar-benar perduli.

Agatha menganggukkan kepalanya tanpa gairah. persis seperti robot. hidup namun tak bernyawa.

kemudian, dua siswi teman sekelas Agatha masuk ke dalam kelas. memandang penuh curiga pada Agatha dan Doni.

"ya udah kalo gitu, tinggalin dulu tugas kamu. kamu ga mau di perpustakaan kan.? sok lah pilih tempat yang nyaman buat ngobrol." desak Doni

suara Doni yang cukup keras berhasil memancing kedatangan segerombolan biang onar ke dalam kelas. mereka cekikan pelan menatap Agatha.

ruangan yang tadinya begitu sepi, kini penuh dengan tatapan keingintahuan. bahkan dari mereka dengan berani menggoda agatha

"cucuitt,,, cucuittt... ada yang lagi PDKT nih sepertinya." ucap Vedro. ketua geng onar di kelas Agatha itu berhasil mengundang gelak tawa beberapa teman di belakangnya yang ikut menyaksikan kejadian ini.

"bacott, Ro. Gue dan dia," tunjuk Agatha tepat di wajah Doni meski tanpa melihat orangnya " engga ada apa-apa, sumpah.!!!" tegas Agatha

bukannya peka dan segera pergi meninggalkan kelas Agatha yang mulai ramai kemasukan siswa-siswi lainnya. Doni tampak cuek dengan keadaan, sedang Agatha kini tengah menunduk malu. mukanya sudah merah padam menahan malu, kesal dan ilfeel pada teman-teman sekelasnya yang tak berhenti menggodanya.

bel tanda istirahat telah berbunyi, sebelum keluar. Doni kembali memandang Agatha.

" Ya udah, engga apa-apa, Ta. kalo hari ini kamu ga bisa. Tapi acara dinner-nya tetep jadi kan.?"

kini Agatha yang bengong, suara cekikan yang tadi sempat mereda saat bel tanda waktu istirahat telah usai berbunyi, kini terdengar lagi. bahkan dari mereka ada yang tertawa puas sampai terpingkal-pingkal di tempatnya seolah sedang menyaksikan acara komedi.

"Arka bilang, kamu mengundangku untuk datang makan malam bersama di Sabtu besok." Doni berkata dengan ekspresi berharap.

Agatha hanya diam, tak mau menanggapi. namun ternyata diam nya Agatha di artikan lain oleh Doni.

"Yaudah, aku balik dulu ke kelas ya. semangat belajarnya," pamit nya.

Agatha membuang muka ke arah lain, malu sekali rasanya.

"simingit bilijirnyi," ucap Vedro menirukan perkataan Doni barusan.

Agatha mendelik kesal ke arahnya. namun yang dilirik semakin gencar menggodanya.

"Brengsek, Lo, Ka. awas aja nanti Lo datang minta makan di rumah bunda lagi," gumam Agatha pelan. kedua tangannya terkepal erat di atas meja.

"kenapa Lo,.?" tanya Freya yang entah sejak kapan sudah duduk di bangku sebelah kiri Agatha.

"ngga ada," sahut Agatha

Freya hanya mengangguk kan kepala tanda mengerti, tak seperti yang lain. hubungan ku dan Freya sebatas cukup tau satu sama lain. tak terlalu akrab dan tak juga terlalu jauh, faham kan gimana maksudnya.?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG.!!!

selamat hari Senin semua🤗 selamat beraktifitas. pantengin terus ya kelanjutan ceritanya🥰 jangan lupa tap love, koment, share dan vote juga boleh🤭

othor harap kalian tetep sehat di mana pun kalian berada😊 aminn🙏🏻

jangan lupa follow Ig : agnes.y.adrian juga ya👌

love U all💝💜

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

ternyata itu balasan dari arka 🤣🤣🤣

2023-01-27

1

auliasiamatir

auliasiamatir

kebanyakan nonton flm indai 🙄

2023-01-27

0

Aerik_chan

Aerik_chan

Marahnya dilampiaskan ama bersin

2022-12-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!