"Eh, tapi jangan salah, Lan. Biar kata tampilannya kek kuyang beranak. Pengemar teman kita yang ini ternyata bukan si Doni doang."
"Iya kah?" alis mata Dekan langsung terangkat tinggi.
"Siapa lagi emangnya?" tanyanya sangat ingin tahu.
"Ini seriusan Lo tanya di gue.?"
"Ua kali Ka, gue musti lari tanya Mak Odah dulu. Kaga nyambung geblek." sahut Delan Kesal.
"ihh, masa Lo ga tau si Lan? itu loh, fans beratnya Agatha. Mang Ujang!!" dengan senyum geli di wajahnya Arka menyebutkan nama salah satu petugas keamanan sekolah mereka.
Pemilik kumis tebal seperti pak Raden di film Unyil itu kerap kali memperlakukan Agatha dengan berbeda.
Tidak seperti kepada murid lain, yang tanpa toleransi. Lelaki yang kira-kira sudah berumur setengah abad itu sering kali menyapa Agatha dengan keramahtamahan yang berlebihan.
Delan yang tadinya di buat kesal oleh pernyataan Arka yang berbelit-belit akhirnya ikut tergelak,
"jadi, Lo bakal pilih siapa Ta.? mang Ujang apa si cucu minyak semerbak.?" tanyanya menggoda.
Agatha mencibir kearah kedua sahabatnya yang tengah asik tergelak, pipinya yang sudah merah akibat teriknya matahari kian menjadi bahkan nyaris seperti tomat yang telah di rebus saat Arka terus menggodanya tanpa henti.
"Ditanya serius, kok gitu."
"Gue, pilih atau aja deh!!"
"Lo masih inget ga Lan, sewaktu Agatha di gila-gilain sama bocil prikk.?"
Delan kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan bibir kian mengembang lebar. Lelaki itu langsung teringat akan kejadian beberapa waktu lalu.
Peristiwa di mana mereka hendak menjenguk Pak Toni, petugas kebersihan sekolah yang tidak masuk bekerja lantaran terkena sakit demam berdarah selama seminggu. Ketika berkunjung itulah Agatha di tertawai oleh seorang bocah laki-laki berusia kurang lebih lima tahun.
Bocah itu tertawa melihat tampilan Agatha yang sedang mengenakan pakaian favoritnya yaitu kaos oblong kedodoran di padupadankan dengan celana jeans yang bagian kedua lututnya sengaja di beri robekan lebar hingga kainnya menjuntai bebas ke segala arah. Dan jangan lupakan sendal jepit kebangsaan.
Dengan polosnya bocah itu berteriak kearah teman-temannya sedang tangannya sibuk menunjuk ke arah Agatha
"Hei, lihat. Ada kakak cantik kayak orang gila!! bajunya robek-robekkk lagi."
Teman-teman si anak pun ikut bersorak heboh dengan kompak ikut menunjuk kearah Agatha dan menertawakannya.
Muka Agatha makin menghangat. Ketika mengingat kejadian memalukan itu.
"Udah ahh, jangan ngebahas gue terus dong," meski bibirnya protes, tak ayal ia pun tersenyum.
"Beginilah repot nya jadi orang terkenal," Agatha mengangkat kedua lengan nya di udara.
"Ga akan pernah habis jadi bahan qibah para cowok,"
Arka mengacak-acak rambut Agatha kembali. Tidak terima dengan perlakuan Arka yang sejak tadi pagi selalu mengusili diri nya, Agatha pun membalas dengan memberikan sebuah bogem pada bahu sebelah kiri Arka dengan keras. Hasilnya Arka pun berteriak-teriak merasakan kesakitan pada bahunya.
Melihat kelakuan konyol kedua sahabatnya, Depan hanya senyum-senyum di kulum.
"Semoga kita gini terus ya Ka, Ta." ujarnya dalam hati.
"Ka, tadi Agatha sempat ngajakin kita buat main kerumah. Katanya, bunda udah masak nasi tumpeng dan ada brownies coklat kesukaan Lo juga." lanjutnya kemudian.
"wihhh, seru nih!" seru Arka penuh semangat. Ia sudah melupakan rasa kebas pada bahu nya saat membayangkan betapa lezatnya masakan bunda Nimas, Ibu Agatha.
Saat mendekati lapangan parkir, Arka tak berbelok seperti kebiasaannya selama ini. Malah terus berjalan menuju pintu gerbang.
"Ehh,, Ehh.. mau kemana Ka?" tanya Agatha heran.
"Ke rumah Lo, naik bis nomor 21 kan?" Arka balik bertanya.
Yang di tanya tak memberi tanggapan. mulut mungilnya setengah terbuka, memandangi cowok berkulit putih susu, bersih tanpa noda setitik pun meski terdapat beberapa butir peluh sisa keringatnya tadi di pelipis.
Delan pun serupa, terdiam menatap kearah Arka.
"Eh, kenapa pada bengong sih? katanya tadi mau ke rumah Agatha, ya udah ayok. Tar keburu bis nya lewat." seru Arka gemas melihat respon kedua sahabatnya.
"Naik bis,?" tanya Delan memastikan. sebab lelaki itu meragukan pendengarannya barusan. Seorang tuan muda dari keluarga Rahardian, keluarga yang terkenal sebagai pengusaha ternama di Jakarta saat ini ingin pulang sekolah menaiki bis? apa kata dunia nantinya.
Arka mengangguk dengan mantap. membenarkan pertanyaan Delan.
"Emang,,, mang Komar kemana,?" Agatha menanyakan supir pribadi yang biasa mengantar-jemput Arka ketika bepergian.
"Udah gue suruh balik duluan," sahutnya santai.
"Kenapa, keluarganya sakit.?" Agatha masih menduga.
"Ngga,,,"
"Terus,?" desak Agatha menuntut jawab
"Lo tuh bawel banget tau ga Ta," sarkas Arka yang mulai jengah dengan rentetan pertanyaan unfaedah yang Agatha lontarkan.
"Udah mirip wartawan wae, nanya Mulu," lanjutnya.
"Aneh Lo," balas Agatha tak kalah sengit.
"Keluarganya mang Komar, Alhamdulillah baik-baik aja. Sengaja gue suruh pulang dulang, karena hari ini gue pengen balik bareng Lo berdua."
Delan dan Agatha saling bertatapan, sesaat kemudian senyum merekah pun terbit di wajah keduanya.
"Wah,,, ada pangeran turun tahta nih ceritanya," celetuk Agatha.
"Pangeran, Lo kata ini Inggris,"
"Hahahah...."
Tak lama ketiganya menunggu, akhirnya bis yang mereka nantikan tiba.
"Nanti aja Ka, penuh banget itu!" cegah Agatha saat melihat pergerakan Arka yang siap berlari kearah bis yang tengah berhenti di halte depan.
Arka memandangi Delan.
"Iya, Ka. sabar dulu. Kita naik bis yang berikutnya aja. Semoga ga kepenuhan. Kalo maksa naik bis yang sekarang, salah-salah jempol kaki gue nanti ketukar!" sahut Delan membenarkan.
Sebab dilihat dari luar saja bis itu jelas sudah kepenuhan penumpang. Beberapa penumpang bahkan berdiri bergelantungan di dekat pintu.
"Bukannya jari kaki Lo jempol semua ya Lan?" celetuk Agatha.
"Dih, amit-amit. Sembarangan aja Lo,"
Sepuluh menit berlalu, dua bis telah lewat dengan kondisi yang sama. Penuh sesak.! Arka bahkan harus mandi keringat saking panasnya terik matahari siang hari ini.
Merasa kasihan melihat tampang Arka yang sudah mulai lelah, Agatha berinisiatif menyodorkan sapu tangan miliknya agar bisa Arka gunakan untuk mengelap tetesan peluh yang menetes di pelipis lelaki itu.
Namun Arka menolak niat baik Agatha, tersenyum kecut pada sapu tangan yang Agatha pegang.
"Dih, di kasi hati malah minta jantung," protes Agatha tak terima di tolak mentah-mentah oleh Arka. Padahal niatnya baik.
"Biarin, dari pada gue terima itu sapu tangan. yang ada nanti gue malah mati kehabisan oksigen." balas Arka.
"Ckck,,,,"
Arka mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan mengipasi wajahnya. Meskipun berdiri dalam halte, tetap saja lelaki itu merasa kepanasan.
bis ke-tiga akhirnya pun datang. meski tak sepenuh yang terdahulu. Tapi keadaannya masih cukup lenggang untuk tiga orang anak remaja seukuran mereka.
"Naik, Ka!" seru Delan.
Arka melompat dengan gerakan canggung, kemudian di ikuti Agatha dari belakang. Berjalan tersendat di antara pijakan para penumpang. berusaha mencari posisi yang paling baik.
Belum sempat mendaratkan pijakan dengan sempurna, tubuhnya sudah terhuyung nyaris menimpa seseorang.
"Eh, sorry-sorry, maaf ya om, Ngga sengaja.." Arka menunduk sopan, tanpa melihat wajah orang yang hampir tertimpa tubuh tinggi kurusnya.
"Idihh,, sembarangan banget deh. Lihat-lihat dulu kenapa, panggil-panggil Eike om segala!" bentak orang itu. Besar, tapi terdengar sangat unik.
"*E*hh, perasaan body-nya berotot deh, kok suaranya mirip terompet rombeng.?" batin Arka.
Kepala Arka tergerak penasaran untuk menatap orang itu. Dan Tara.......
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG.!!!!
Stay terus di karya othor ya🙏🏻 jangan lupa like, favorite dan vote nya juga🥰
love U all🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Aku mampir nih
2023-01-04
0
linda sagita
semangat 💪💪💪
2022-12-20
0
💞Amie🍂🍃
aku mampir ya kak, Terima kasih sudah singgah di novelku
2022-12-18
0