Saat ini Revan sudah berada di kamar Devan, Revan yang melihat wajah Devan yang murung pun akhirnya angkat bicara.
"Kamu kenapa Dev? Apa kamu mempunyai masalah? Kenapa pulang-pulang kamu membawa Nadia sebagai calon istri? Bukankah tujuanmu kemarin untuk melamar Ana?" Tanya Revan, karena Revan tau betul jika Devan sangat mencintai Ana, dan sebelumnya Devan sudah memberitahukan kepada Revan tentang rencananya untuk melamar Ana.
"Aku memang sudah melamar Ana, tapi pada saat aku pulang dari rumahnya, aku tidak sengaja menabrak dua orang pejalan kaki sehingga menyebabkan mereka berdua meninggal Dunia," ujar Devan.
"Innalillahi...yang sabar ya Dev, tapi kamu tidak kenapa-napa kan?" Tanya Revan yang terlihat khawatir kepada Devan.
"Aku tidak kenapa-napa Rev, tapi saat ini hatiku yang sedang tidak baik-baik saja, karena aku harus menikahi Nadia," ujar Devan dengan mengembuskan nafas panjang.
"Kok bisa, apa hubungannya kamu menabrak orang dengan harus menikahi Nadia?" Tanya Revan.
"Sebenarnya Nadia adalah Anak satu-satunya dua orang pejalan kaki yang aku tabrak itu, dan sebagai bentuk tanggung jawabku, Papa meminta aku untuk menikahi Nadia, karena saat ini Nadia hidup sebatang kara," jelas Devan.
Kasihan sekali Nadia, seandainya aku yang lebih dulu bertemu dengannya, mungkin aku yang akan terlebih dahulu menikahinya. Mikir apa sih aku? Kok bisa sampai kepikiran seperti itu, batin Revan.
"Rev, gue harus bagaimana? Kok loe malah diem aja sih, bukannya cariin solusi," ujar Devan.
"Memangnya apa konsekuensi yang akan loe dapet dari Papa seandainya loe gak nikahin Nadia?" Tanya Revan.
"Papa bakalan coret nama gue dari daftar ahli waris, dan kalau sampai gue nekad menolak pernikahan ini, Ana juga pasti bakalan mutusin gue karena dia kan perempuan matre, jadi kalau gue jatuh miskin, Ana mana mau jadi pacar gue lagi," ujar Devan.
"Terus kalau loe tau Ana perempuan matre, kenapa loe masih aja mau sama dia," ujar Devan.
"Gue cinta sama Ana Rev, dan gue hanya ingin Ana yang jadi istri gue, bukan perempuan lain, apalagi gue juga belum kenal sama Nadia, masa langsung nikah aja," rengek Devan.
"Tapi untuk masalah ini, maaf Dev, sepertinya gue gak bisa bantu," ujar Devan.
"Masa loe tega banget sih sama gue? Setidaknya loe bisa gantiin gue buat jadi Suami Nadia," pinta Devan.
"Pernikahan itu bukan sebuah permainan Dev, dan Papa pasti gak bakalan setuju," meskipun sebenarnya gue mau gantiin loe buat jadi Suami Nadia, lanjut Revan dalam hati.
Papa Agung yang sudah menduga jika Devan pasti akan meminta Revan untuk menggantikannya menikahi Nadia, kini masuk ke dalam kamar Devan.
"Revan, Papa harap kamu tidak menuruti kemauam Devan, karena Devan harus belajar bertanggungjawab terhadap kesalahan yang telah dia buat," tegas Papa Agung.
Revan hanya diam tanpa berani membalas perkataan Papa Agung, karena Revan begitu menghormati beliau seperti orangtua kandungnya sendiri, karena bagi Revan, Papa Agung dan Mama Mayang adalah sosok yang paling berharga dalam hidup Revan.
Papa Agung langsung saja menghampiri Revan yang masih diam mematung.
"Nak, Papa tau kalau Revan adalah Anak yang baik, bahkan Revan selalu berkorban demi Devan, tapi untuk kali ini Papa minta sama Revan, jangan sampai Revan berkorban lagi untuk Devan,"ujar Papa Agung dengan memeluk tubuh Revan.
Terkadang Devan iri melihat kedekatan orangtuanya dengan Revan, karena mereka sangat menyayangi Revan melebihi dirinya.
"Devan, mulai sekarang Papa tidak mau mendengar alasan kamu lagi, karena keputusan Papa sudah bulat dan tidak dapat diganggu gugat," tegas Papa Agung, kemudian keluar dari kamar Devan.
"Maafin gue Dev, kalau Papa udah bicara, gue gak bisa berkata apa-apa lagi," ujar Revan dengan mengangkat kedua tangannya.
Pada saat Revan keluar dari kamar Devan, lagi-lagi dia bertabrakan dengan Nadia, untung saja Revan bergegas menangkap tubuh Nadia yang hampir terjatuh.
Mereka kembali saling memandang dan saling mengagumi, tapi itu hanya bisa mereka lakukan di dalam hati saja.
"Nadia," ujar Revan.
"Iya," jawab Nadia.
"Aku_ minta maaf karena lagi-lagi melakukan kesalahan," ujar Revan.
Hampir saja aku keceplosan, dan berkata kalau Aku cinta kamu, sadar Revan kalian baru aja ketemu, lagi pula Nadia adalah calon Istri Devan, batin Revan.
Nadia sebenarnya kecewa, karena entah kenapa dia berharap Revan mengucapkan hal lain kepadanya.
Mikir apa sih aku ini, sadar Nadia, sadar, jangan sampai kamu jatuh cinta sama Kak Revan, batin Nadia.
"Oh iya, apa ada yang perlu aku bantu?" Tanya Revan.
"Sebenarnya aku kesusahan membuka pintu kamar mandi Kak," jawab Nadia dengan tertunduk malu.
"Ya sudah, kalau begitu biar Kakak bantu," ujar Revan yang tanpa sadar langsung menarik tangan Nadia untuk masuk ke dalam kamar.
"Nadia lihat ya, pintunya tinggal di tekan tengahnya saja, nanti juga terbuka sendiri," jelas Revan, tapi Nadia seolah tidak mendengarkan perkataan Revan, karena yang saat ini Nadia lihat adalah wajah tampan Revan.
"Nadia ngerti kan?" Tanya Revan dengan melambaikan tangannya di depan wajah Nadia yang masih terlihat diam mematung.
"Eh..iya Kak, Nadia ngerti. Ya sudah kalau begitu Kak Revan juga ajarin Nadia nyalain air hangat buat mandi," ujar Revan dengan menarik tangan Nadia masuk ke dalam kamar mandi.
Revan menjelaskan secara detail kepada Nadia, tapi Nadia kembali melamun.
Dalam lamunannya Nadia dan Devan sedang bermain air, dengan saling berpelukan, sampai akhirnya lamunan Nadia terhenti karena Revan menyemprotkan air shower pada tubuh Nadia.
"Ayo mandi, jangan ngelamun terus," ujar Revan, kemudian keluar dari kamar mandi meninggalkan Nadia yang masih diam mematung dengan senyum-senyum sendiri.
"Seandainya kita lebih awal bertemu, mungkin aku sudah nikah sama Kak Revan," gumam Nadia.
"Eh kok aku ngomong gitu sih, pake mikirin sampai nikah sama Kak Revan segala, kayaknya otakku harus di cuci biar gak koslet," ujar Nadia dengan mengguyur tubuhnya di bawah air shower.
Waktu kini sudah menunjukan pukul tujuh malam, seperti biasa keluarga Pratama akan melakukan makan malam.
Mama Mayang yang melihat Revan dan Devan turun hanya berdua saja, langsung menanyakan keberadaan Nadia kepada kedua Anak laki-lakinya tersebut.
"Lho Nadia nya mana?" Tanya Mama Mayang.
"Revan kira Nadia udah turun, makanya Revan gak ngajak Nadia bareng."
"Mungkin Nadia belum mengetahui jadwal makan malam kita Ma," ucap Papa Agung.
"Devan, tolong kamu panggilkan calon Istri kamu untuk makan malam," ujar Mama Mayang.
"Gak ah Ma, Devan males."
"Ya udah biar Revan aja yang panggil Nadia Ma," ujar Revan dengan melangkahkan kaki menuju kamar Nadia.
Bi Surti yang mendengar bahwa Devan akan dinikahkan, langsung saja bertanya kepada Mama Mayang.
"Maaf Nyonya, siapa gadis yang akan Nyonya nikahkan dengan Den Devan?" Tanya Bi Surti ( Asisten Rumah Tangga / Ibu Kandung Revan ).
"Namanya Nadia Bi, dia adalah Anak dari kedua korban yang kemarin Devan tabrak," jawab Mama Mayang.
Kasihan sekali Devan, pantas saja dari semenjak pulang, dia terlihat murung. Aku harus membantu menggagalkan pernikahan Nadia dan Devan, karena aku sangat tau kalau Devan hanya mencintai Ana, ucap Bi Surti dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Patrick Khan
.wahhhh ada yg gk beres sm si bik surti
2023-11-21
2
Jane
jangan2 bi surti mak nya devan lagi? hmmm /Sly/
2023-11-08
1
Refnida Fitri
aku lanjut yah author hehe
2022-11-25
1