Dengan perasaan berdebar, Devan akhirnya memberanikan diri untuk menemui Nadia.
"Devan, Nadia sudah setuju untuk menikah denganmu Nak, jadi Mama bisa memiliki seorang Putri yang selalu Mama impi-impikan," ujar Mama Mayang.
Mama Mayang begitu menginginkan seorang Putri, tapi sayangnya rahim beliau telah diangkat pada saat melahirkan Devan, karena rahimnya mengalami infeksi.
Devan hanya tersenyum kecut mendengarnya, karena dia tidak yakin jika Nadia akan dengan mudah menerima perjodohan tersebut.
Lihat saja Devan, apa yang nanti bisa aku lakukan untuk menghancurkan hidupmu, karena sekarang aku bukan Nadia yang lemah lagi, batin Nadia, karena saat ini hatinya sudah diliputi oleh perasaan dendam terhadap Devan.
"Sayang, kalau begitu sekarang juga Nadia ikut kami ke Jakarta ya, Mama udah gak sabar ingin segera melihat kalian berdua menikah," ujar Mama Mayang yang terlihat begitu antusias.
Nadia terlihat melamun, karena sebenarnya dia masih ingin tinggal di rumahnya sampai acara tahlil empat 40 hari kedua orangtuanya selesai.
"Nadia jangan banyak pikiran ya, biar Pak Anton dan Bu Maryam yang mengurus acara tahlil di sini," ujar Papa Agung, dan akhirnya Nadia menganggukan kepalanya serta memaksakan untuk tersenyum.
"Pak Anton, Bu Maryam, kami sangat berterimakasih atas semuanya, kalau ada sesuatu yang kurang atau apa pun itu, Bapak dan Ibu bisa menghubungi kami, dan kalau bisa, tolong hadir juga di acara Pernikahan Devan dan Nadia yang mungkin akan kami selenggarakan minggu depan," ujar Papa Agung.
"Insyaallah Pak, bagi kami Nadia adalah Putri kami juga. Saya titip Nadia ya Pak, saya yakin kalau Bapak dan Ibu akan menyayangi Nadia seperti Anak kandung sendiri," ujar Pak Anton.
"Iya Pak, kami pasti akan selalu menyayangi Nadia, dan nanti kami akan memperlakukan Nadia sebagai Putri kandung kami sendiri, bukan sebagai Menantu," ujar Papa Agung.
Bu Maryam, memeluk tubuh Nadia sebelum dia pergi.
"Nadia sayang, jaga diri baik-baik ya, Ibu pasti akan merindukan Nadia, apalagi Aisyah, pasti dia akan mencari keberadaan kamu jika Nadia tidak tinggal di sini lagi," ujar Bu Maryam dengan meneteskan airmata, begitu juga Nadia, karena selama ini mereka sudah begitu dekat, apalagi Aisyah yang masih berumur 5 tahun, dia sudah menganggap Nadia sebagai Kakak kandungnya sendiri.
"Nadia pasti akan merindukan Aisyah juga Bu, Ibu dan Bapak jaga kesehatan ya, nanti Nadia bakalan sering-sering telpon, dan kalau ada waktu Nadia akan sering berkunjung ke sini juga," ujar Nadia dengan mengurai pelukannya.
Dengan berat hati akhirnya Nadia meninggalkan kampung halamannya dan rumah tempat ia dibesarkan dengan penuh cinta.
Bu, Pak, Nadia pergi dulu ya, do'akan Nadia supaya Nadia bisa melewati Pernikahan tanpa cinta yang akan Nadia jalani nanti, ucap Nadia dalam hati.
Saat ini Devan ikut dengan mobil Papa Agung, dengan Papa Agung yang menyetir, sedangkan mobil Devan dibawa oleh Supir yang sebelumnya mengantar Papa Agung.
Setelah beberapa jam perjalanan, Nadia akhirnya sampai di kediaman Pratama. Nadia begitu terpesona melihat keindahan rumah yang megah seperti istana.
"Selamat datang di kediaman Pratama sayang, mulai sekarang ini adalah rumah Nadia juga," ujar Mama Mayang.
Pada saat Nadia melewati pintu utama, Revan yang sedang membersihkan sebuah lukisan yang berada di atas pintu tiba-tiba hilang keseimbangan.
Bruk
Tubuh Revan kini berada di atas tubuh Nadia, mata mereka berdua saling berpandangan tanpa mau berkedip, dan saat ini jantung mereka berdetak kencang.
Cantik, sangat cantik, baru kali ini aku merasakan jantungku berdetak kencang untuk seorang gadis, apa mungkin ini adalah cinta pertama, batin Revan.
Sebelumnya Revan tidak pernah dekat dengan seorang gadis, karena dia fokus belajar serta bekerja membantu Papa Agung di Perusahaan, beda dengan Devan yang selalu gonta ganti pacar, dan selalu menghambur-hamburkan uang orangtuanya.
"Revan sayang, kok kamu bisa sampai jatuh sih Nak, Mama kan udah bilang, gak usah ikut bersih-bersih rumah segala, kamu juga udah cape tiap hari kerja di kantor," ujar Mama Mayang, sehingga membuyarkan lamunan Revan.
"Kamu baik-baik saja kan? Maaf aku tidak sengaja," ujar Revan dengan membantu Nadia berdiri.
Jadi lelaki ini yang bernama Revan? Dia begitu tampan, jauh kalau dibandingin sama si kutu kupret Devan. Kenapa jantungku berdetak kencang ya pada saat melihat Revan? apa aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama? sadar Nadia, ingat misi kamu, jadi kamu tidak boleh jatuh cinta terhadap Revan karena cinta hanya akan membuat kamu menjadi lemah, batin Nadia.
"Nadia sayang, kamu gak kenapa-napa kan? ada yang sakit gak?" tanya Mama Mayang.
"Nadia gak apa-apa kok Ma," jawab Nadia dengan tersenyum manis, sehingga membuat hati Revan meleleh.
"Revan, kenalin ini Nadia. Nadia adalah calon adik ipar kamu," ujar Mama Mayang.
Ada perasaan sakit pada hati Revan ketika mendengar kenyataan bahwa Nadia adalah calon istri Devan.
Kenapa hatiku terasa sakit ya ketika mendengar bahwa Nadia adalah calon istri Devan? Perasaan apa ini Ya Allah, jangan sampai aku jatuh cinta pada calon Adik iparku sendiri, ucap Revan dalam hati.
Revan sudah di anggap sebagai Anak sulung di keluarga Pratama, karena meskipun Revan dan Devan memiliki usia yang sama, tapi Revan jauh lebih dewasa jika dibandingkan dengan Devan.
Sesaat kemudian, Devan dan Papa Agung masuk ke dalam rumah, Revan yang melihat Devan masuk dengan wajah ditekuk pun langsung menghampirinya.
"Loe kenapa Dev? Wajah loe kok kusut banget, kayak baju yang belum disetrika aja," sindir Revan.
"Rev, loe ikut ke kamar gue yuk, ada yang mau gue ceritain," ajak Devan dengan menyeret tubuh Revan.
"Ma, Pa, Nadia, Revan tinggal dulu ya," ujar Revan dengan tersenyum, karena Devan terus saja menarik tubuhnya.
Nadia masih terpaku melihat Revan sampai akhirnya hilang dari pandangannya.
"Sayang, jangan melamun terus, yuk sekarang Mama antar Nadia ke kamar juga," ujar Mama Mayang.
Kamar Nadia berada di tengah-tengah kamar Revan dan Devan di lantai dua, sebelum nanti Nadia dan Devan satu kamar setelah menikah.
"Ini kamar kamu sayang, yang sebelah sini kamar Kak Revan, kalau yang ini kamar Devan yang nanti akan menjadi kamar kamu juga kalau kalian berdua sudah menikah," ujar Mama Mayang, sehingga Nadia menelan salivanya.
Apa aku bakalan bisa menjalani rumah tangga dengan Devan, jika pada kenyataannya aku hanya berniat untuk membalaskan dendam kematian orangtuaku saja. Akan tetapi, kenapa sepertinya aku suka terhadap sosok Revan pada saat pandangan pertama? pokoknya kamu tidak boleh jatuh cinta Nadia, fokus sama tujuan kamu, batin Nadia yang kini berada dalam dilema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dewi Payang
Kayanya si Nadia cocok sama Revan aja😁
2022-12-07
1
Mommy QieS
jadi penasaran dengan cerita cinta segitiga antara Nadia, Devan dan Revan😍😍
2022-12-02
1
Hiatus
semangat nulisnya 💪 Sa bacanya nyicil ya 🤣🤣🤣🤣
2022-11-30
1