Setelah Nadia diperbolehkan pulang, orangtua Devan memutuskan untuk mengantar Nadia ke rumahnya, dan Mama Mayang terus berada di samping Nadia, sedangkan Devan dan Pak Anton berada di mobil berbeda, karena Nadia masih tidak mau melihat wajah Devan.
"Nak Devan, Bapak tau semua ini tidak mudah untuk Nak Devan, apalagi bagi Nadia, karena dia harus kehilangan kedua orangtuanya. Namun, Bapak berharap Nak Devan selalu sabar dalam menghadapi Nadia, apalagi Bapak dengar kalau Nak Devan akan menikahi Nadia," ujar Pak Anton.
"Iya Pak," jawab Devan singkat.
Sebelumnya Devan sudah bersedia mengikuti kemauan Papanya untuk menikahi Nadia, karena dia tidak mau kehilangan Ana kekasihnya jika sampai dia dicoret dari daftar ahli waris.
Sesampainya Nadia dan keluarga Devan di rumah duka, Nadia kembali menangis histeris ketika melihat bendera kuning yang dipasang di depan rumahnya.
Nadia langsung saja berlari masuk ke dalam rumah untuk melihat jenazah kedua orangtuanya.
"Ayah, Ibu," teriak Nadia dengan menghampiri kedua Jenazah, namun ketika Nadia hendak memeluknya, Istri Pak Anton bergegas mencegah Nadia.
"Sabar Nak, jangan sampai airmata Nadia menetes di jenazah Ayah dan Ibu, karena itu akan membuat mereka berat untuk meninggalkan Dunia ini. Istighfar sayang, Ibu tau Nadia merasa kehilangan, tapi kita semua hidup di Dunia ini hanya sementara, karena kehidupan di dunia adalah persinggahan kita mencari bekal untuk kehidupan kekal di akhirat nanti," ujar Bu Maryam.
Nadia nampak tertegun mendengar perkataan Bu Maryam.
"Kita boleh bersedih, kita boleh menangis, tapi tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Sekarang sebaiknya Nadia ambil wudhu, jika Nadia sayang sama orangtua Nadia, sekarang Nadia bisa kirim do'a untuk mereka," ujar Bu Maryam.
Mama Mayang yang melihat Nadia sudah lebih tenang, kembali menghampiri Nadia, lalu memapahnya menuju kamar mandi.
Setelah selesai wudhu, Nadia langsung duduk di samping jenazah orangtuanya kemudian membaca surat Yasin, dan Mama Mayang terus saja mendampingi Nadia dengan ikut mengaji juga.
Ya Allah, ampunilah semua dosa orangtua hamba, Ibu dan Ayah adalah orangtua yang baik selama hidupnya, semoga mereka ditempatkan di Surga-Mu, ucap Nadia dalam hati.
Dari luar rumah, Devan terus menatap lekat wajah Nadia. Saat ini dia berada dalam dilema antara rasa berdosa dan ambisinya untuk hidup bersama Ana, gadis yang selalu dicintainya bahkan sejak duduk di bangku SMA.
Mana yang harus aku pilih, sekarang aku tidak mungkin bisa menolak kemauan Papa, karena sama saja aku bersedia untuk kehilangan Ana juga. Seandainya ada Revan di sini, pasti dia akan membantuku keluar dari masalah ini, batin Devan yang kini berada dalam dilema.
Semenjak kecil Revan selalu melindungi Devan, dan dia selalu mencari solusi dari masalah yang Devan buat. Revan dan Devan lahir pada hari, tanggal dan tahun yang sama, bahkan Revan lahir di Rumah Sakit yang sama dengan Devan, tapi Revan terlahir dari Asisten Rumah Tangga keluarga Pratama. Akan tetapi, Papa Agung atau pun mama Mayang tidak pernah membedakan kasih sayangnya terhadap Devan mau pun Revan, justru Revan lah yang lebih dekat dengan orangtua Devan, dan Devan justru lebih disayangi oleh orangtua Revan, sehingga banyak orang yang mengira jika mereka tertukar ketika bayi.
Keesokan paginya, Pemakaman kedua orangtua Nadia akan segera dilakukan. Mama Mayang dan Papa Agung selalu mendampingi Nadia, karena mereka merasa bersalah terhadap Nadia yang kini hidup sebatang kara.
Saat ini Nadia ikut mengantar Ayah dan Ibunya menuju peristirahatan terakhirnya. Nadia berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, walau pun semua itu akan terasa sulit.
Selamat tinggal Ibu, Ayah, semoga kalian tenang di alam sana, Nadia pasti akan selalu mengirim do'a untuk Ibu dan Ayah, ucap Nadia dalam hati.
Setelah pulang dari pemakaman, orangtua Devan mencoba berbicara dengan Nadia untuk menyampaikan niat mereka menjadikan Nadia sebagai istri Devan.
"Nadia, Mama tau jika Nadia saat ini masih berduka cita, tapi ada sesuatu hal yang ingin kami sampaikan kepada kamu Nak."
"Apa itu Tanteu?" Tanya Nadia.
"Jangan panggil Tanteu ya, kamu harus terbiasa memanggil kami dengan sebutan Mama dan Papa, karena kami berniat untuk melamar kamu menjadi Istri Devan.
Nadia langsung menolak keinginan orangtua Devan, karena dia tidak mungkin menerima orang yang telah menabrak kedua orangtuanya untuk menjadi Suaminya.
"Maaf, Ma, Pa, tapi Nadia tidak mungkin menerima Devan untuk menjadi Suami Nadia, karena dia adalah orang yang telah menyebabkan kedua orangtua Nadia meninggal," ujar Nadia.
"Kami tau Nak, kami mengerti apa yang Nadia rasakan, mungkin dengan Devan menjadi Suami kamu, Devan akan berubah menjadi sosok yang lebih baik lagi, mandiri serta tanggung jawab, karena selama ini kami sudah tidak tau harus bagaimana lagi merubah sifat Devan," ujar Mama Mayang.
Nadia nampak melamun memikirkan semuanya, sampai akhirnya Pak Anton dan Bu Maryam datang ke rumah Nadia.
"Nak, jika ada yang berniat baik kamu tidak boleh menolaknya. Mungkin Nak Devan memang jodoh Nadia, dan kalian dipertemukan dengan jalan seperti ini," ujar Pak Anton.
Mungkin jika aku bersedia menikah dengan Devan, aku bisa membalaskan Kematian kedua orangtuaku, karena dia akan selamanya terikat denganku, jadi dia tidak akan bisa memiliki perempuan yang dia cintai, ucap Nadia dalam hati.
Setelah beberapa kali Nadia mengembuskan nafas kasar dan memikirkan semuanya, akhirnya Nadia menganggukan kepalanya.
"Jadi Nadia mau menjadi Istri Devan?" Tanya Mama Mayang dengan mata yang berbinar.
"Iya Ma, Nadia bersedia untuk menikah dengan Devan."
"Alhamdulillah, terimakasih sayang, kami berjanji akan selalu menyayangi Nadia seperti Anak kandung sendiri," ucap Mama Mayang dengan memeluk tubuh Nadia.
Maaf Ma, karena tujuan Nadia menikah dengan Devan adalah untuk membalaskan dendam kematian orangtua Nadia, karena Nadia masih tidak rela dengan semua yang telah terjadi. Mulai sekarang aku harus menjadi Nadia yang kuat, aku harus membuat Devan menderita karena telah membuat kedua orangtuaku meninggal. Aku akan membuat kamu jatuh cinta padaku Devan, dan setelah itu aku akan membuat kamu merasakan patah hati, ucap Nadia dalam hati, karena saat ini Nadia sudah diliputi oleh amarah dalam hatinya, sehingga menghilangkan sifat lemah lembut dan penyayang yang selama ini dia miliki.
Papa Agung kini memanggil Devan untuk masuk ke dalam rumah.
"Devan ayo masuk, Nadia sudah bersedia menerima kamu sebagai Suaminya," ujar Papa Agung.
Devan merasa heran dengan keputusan Nadia yang dengan mudahnya menerima Devan.
Aku tidak salah dengar kan? tidak mungkin Nadia secepat itu memaafkan kesalahan yang telah aku perbuat. Apa ada sesuatu yang dia rencanakan? Kenapa dia langsung menerimaku untuk menjadi Suaminya? batin Devan kini bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
༄㉿ᶻ⋆𝓥𝓲𝓭𝔂𝓪
kasian tapi dia masih muda banget masa nikah sih
2023-03-15
1
Refnida Fitri
aku sd buktiin yah aku beneren mampir loh.. dan akan ku selesai kan baca dan like mohon juga yah aku lg bnyak butuh dukungan... setiap yg mhu aku mampir aku mest mampir hehe
2022-11-25
1
Mommy QieS
satu sama Devan_Nadia😁
2022-11-23
1