Alvin bukan type orang penyabar apalagi menunggu sesuatu yang membuat dirinya kesal setengah mati. Namun, demi Nara, ia bahkan rela menunggu hampir enam jam lamanya. Bahkan Alvin sampai ketiduran di kursi karena sangking lamanya menunggu.
Dan saat ia bangun, ia merasa kaget dengan penampilan Nara yang bak seorang boneka. Ia memakai gaun yang panjangnya lima cm dari bawah lututnya dan juga lengannya pun sedikit terbuka. Sedangkan rambutnya di biarkan terurai, berwarna hitam lebat. Yang tak semua orang bisa mempunyai rambut seindah itu.
Nara juga memakai make up tipis, karena pada dasarnya Nara emang sudah cantik bahkan ia gak perlu memakai bulu mata, karena bulu mata Nara sudah cukup bagus. Nara hanya memakai sedikit lipstik karena bibir Nara pada dasarnya berwarna pink sehingga tak perlu memakai lipstik tebal karena akan kelihatan lebih tua.
Untuk gaun, pemilik salon sengaja mengambil gaun yang ada di sana dan memberikannya kepada Nara untuk di pakai karena melihat baju Nara yang terlihat sangat sederhana sekali.
Pemilik salon bahkan juga memberikan Nara sepatu high heel yang tingginya lima cm untuk menunjang penampilannya agar semakin memukau. Tak lupa pemilik salon juga menyemprotkan parfum yang beraroma manis sehingga membuat Nara terlihat cantik dan wangi.
Sebenarnya yang bikin Nara lama karena Nara masih memakai jasa pijat seluruh tubuh, lalu memakai lulur ke seluruh tubuhnya dan terakhir berendam di air yang sudah di siapkan, baru setelah itu lanjut melakukan perawatan wajah dan rambut.
Kini Nara merasa tubuhnya begitu rileks, setelah di pijat. Bahkan tubuhnya begitu ringan dan tak lagi merasakan rasa sakit seperti kemarin-kemarinnya. Wajahnya juga terlihat segar dan jauh lebih cerah dari sebelumnya. Nara, merasa dirinya seperti seorang princess saat melihat dirinya sendiri di kaca besar. Karena sangking cantiknya.
Alvin sendiri bahkan sampai terkejut di buatnya.
"Kamu Nara?" tanyanya memastikan takut salah orang.
"Iya, emang siapa lagi?" tanya balik Nara.
Mendengar hal itu, Alvin pun mulai menguasai rasa terkejutnya sehingga kini ia menampakkan wajah datarnya.
"Aku gak menyangka, jika kamu berubah menjadi secantik ini," ucap Alvin mengungkapkan perasaannya.
"Aku pada dasarnya emang sudah cantik, dan setelah melakukan perawatan, aku jadi semakin cantik, jadi itu adalah hal yang wajar. Jika aku terus melakukan perawatan seperti ini, aku bahkan mungkin akan jadi wanita paling cantik di seluruh dunia," balasnya dengan tingkat kepercayaan diri yang semakin tinggi.
"Ya ya ya, tapi jangan sombong," papar Alvin mengingatkan.
"Aku gak sombong, aku hanya bicara fakta," tutur Nara tak mau kalah.
"Terserah kamulah. Sekarang kita pergi ke Mall buat beli baju, peralatan make up, dan juga peralatan kebutuhan kamu, jadi nanti apa yang kamu butuhkan, beli aja, jangan fikirkan masalah harga, dan terakhir beli Hp sama perhiasan. Aku lihat di jari kamu tidak ada emas sama sekali, begitupun dengan pergelangan tangan kamu, di leher kamu dan juga di telinga kamu semuanya kosong." ucap Alvin sambil memperhatikan Nara dari atas sampai bawah lalu ke atas lagi, Nara yang mendengar hal itu pun hanya cemberut.
Wajar jika dirinya tidak memakai perhiasan satu pun, karena dulu hidupnya sangat miskin, jika pun sudah gajian, uangnya selalu ia kirim ke keluarganya, semuanya tanpa menyisakan sedikit buat dirinya. Lalu bagaimana mungkin ia bisa beli perhiasan buat ia pakai jika sepeserpun ia tak megang uang.
Sebelum pergi, Alvin membayar perawatan Nara menggunakan kartu hitam miliknya. Dan Nara juga membawa baju kotor yang ia pakai di awal. Bagaimanapun itu baju miliknya yang ia beli susah payah sebelum pergi ke Jakarta, jadi sangat di sayangkan jika baju itu harus di tinggal dan nanti di buang begitu saja oleh pihak salon. Mending ia bawa pulang saja untuk di cuci dan di simpan. Siapa tau kelak ada yang membutuhkan, Nara bisa memberikan baju miliknya. Toh masih sangat layak untuk di pakai lagi.
Saat perjalanan menuju Mall, perut Nara berbunyi.
"Kamu lapar?" tanyanya dan Nara pun menganggukkan kepala dengan malu-malu.
"Kenapa gak bilang? Tadi pagi sudah sarapan, belum?" tanyanya dan Nara pun menggelengkan kepalanya.
"Jadi tadi pagi kamu belum sarapan?" tanyanya memastikan sekali lagi.
"Belum, kan tadi pagi aku masih sibuk nyuci terus di panggil ke ruang kerja, lalu langsung pergi ke salon."
"Astaga, seharusnya kamu bilang sama aku tadi pagi, biar kita makan dulu sebelum ke salon."
"Maaf."
"Sudahlah. Pak, kita cari resto terdekat ya," ucap Alvin ke sang sopir.
"Baik, Tuan." Sang sopir pun langsung mencari resto terdekat. Lalu beberapa menit kemudian, mobil pun berhenti di depan resto.
"Pak, Bapak turun aja. Ini juga sudah waktunya makan siang. Nanti habis makan baru lanjut ke Mall," tuturnya dan sang sopir pun akhirnya ikut turun dari mobil dan ikut masuk ke dalam resto.
Hanya saja sang sopir memilih untuk makan di meja yang lain dari pada harus makan di meja yang sama dengan majikannya itu karena pasti akan gugup dan kurang menikmati makanannya.
Alvin sendiri, ia memilih makan di lantai paling atas agar bisa melihat pemandangan dari atas sana. Alvin dan Nara juga memilih duduk di pinggir jendela. Jendela yang emang sengaja di buka kaca dan tirainya itu membuat angin berhembus kencang ke arah mereka, rasanya sangat dingin dan segar. Nara sangat menikmati saat-saat seperti ini. Ini juga pertama kalinya untuk Nara makan di resto mahal seperti ini, karena biasanya ia lebih suka makan makanan di pinggir jalan karena harganya yang sangat murah dan pas dengan uang yang ada di kantong. Terlebih jika beli makan di pinggir jalan, dapatnya lebih banyak dan bisa bikin kenyang lebih lama.
"Kamu mau makan apa?" tanya Alvin sambil melihat buku menu makanan.
"Terserah yang penting kenyang," jawabnya tak mau ribet. Akhirnya Alvin pun memilih inisiatif sendiri memilih makanan dan minuman paling mahal di resto itu.
Sambil menunggu makanan tiba, Alvin mengajak Nara bicara.
"Kapan kamu akan menelfon Ibumu dan memberitahu pernikahan kita?" tanyanya.
"Emang pernikahan kita sudah di tentukan?" tanya balik Nara.
"Belum, kita harus ketemu Mama dulu untuk mengetahui kapan kita akan menikah," jawab Alvin.
"Kalau gitu, aku akan nelfon Ibu dan memberitahu Ibu setelah kita bertemu Mama kamu."
"Mama kita, karena Mamaku akan segera jadi Mama mertua kamu." ucap Alvin mengoreksi kata-kata Nara.
"Masih akan dan belum terjadi. Jadi, dia belum jadi Mama mertua aku. Masih Nyonya besar. Lagian apa kamu yakin, Mama kamu akan menerima aku jadi menantunya. Mengingat aku ini dari kampung, dari keluarga miskin dan hanya lulusan SMA?" tanya Nara, jujur ia merasa takut, takut jika hubungan ini akan di tentang oleh Vina-Mamanya Alvin yang merupakan Nyonya besar Sanjaya.
"Aku yakin, Mama akan menerima kamu seratus persen."
"Kenapa kamu seyakin itu?"
"Karena Mama sudah gak sabar ingin lihat aku menikah dan ingin segera menggendong cucu,"
"Jadi itu alasan kamu, menjadikan aku istri kontrak, ingin mengelabui Mama kamu dan agar kamu tidak di suruh menikah terus menerus?" tanyanya.
"Iya. Mama mengancam aku, jika dalam tiga hari aku tidak bawa calon istri, maka aku akan di jodohkan. Dan jika aku menolak, Maka aku gak akan di akui sebagai anaknya lagi. Jadi saat aku lihat kamu pertama kali, aku langsung kepikiran buat menjadikan kamu istri kontrak aku. Jadi aku akan aman dan tak perlu mendengar ocehan Mama lagi yang menyuruh aku segera menikah," jawab Alvin memberitahu.
"Oh jadi itu alasannya." Nara pun mengangguk mengerti.
Tak lama kemudian, pelayan pun datang.
Alvin dan Nara segera menikmati makanan yang sudah di hidangkan. Makanannya sangat enak sama seperti masakan Chef Arnold dan Chef Renata. Rasanya sangat lezat dan pas di lidah. Nara pun segera memakannya dengan sangat lahap. Alvin yang melihat hal itu pun hanya tersenyum senang.
Nara berbeda dengan wanita lain. Jika wanita lain yang makan di depannya, mungkin mereka akan sok jaga image, sok imut. Padahal Alvin sendiri bahkan merasa muak melihatnya karena keimutan mereka seakan di buat-buat, tidak alami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments