Nara dan Alvin keluar dari ruang kerja bersamaan. Lalu setelah itu, Alvin meminta Pak Han untuk mengumpulkan semua orang yang ada di sana. Sambil menunggu mereka, Alvin pun mengajak Nara mengobrol santai.
Lima menit kemudian, orang-orang sudah kumpul. Ada delapan orang, dua orang satpam, satu orang pekerja kebun (yang merawat tanaman di depan rumah, samping rumah dan di belakang rumah), Dua chef, satu orang bagian nyapu dan ngepel semua lantai, satu orang bagian bersih-bersih semua ruangan dan satu kepala pelayan (Pak Han).
Sebenarnya sembilan orang sama Nara, tapi Nara mulai hari tidak di hitung karena Nara, bukan lagi menjadi bagian dari mereka.
Melihat Nara duduk bersama Alvin, semua orang yang ada di sana merasa heran, seharusnya saat ini Nara berdiri bersama mereka, bukan malah duduk santai di samping Alvin. Bahkan mereka terlihat sangat akrab dan tidak terlihat canggung.
Alvin menatap mereka satu persatu, sedangkan Nara hanya tersenyum ke mereka semua. Nara tau, mereka mungkin penasaran, kenapa ia bisa duduk di samping Alvin.
Namun saat ini, ia belum bisa menceritakan apapun ke mereka semua. Namun jika nanti ada waktu, Nara janji akan bercerita, namun Nara tentu tidak akan menceritakan tentang masalah perjanjian kontrak. Karena itu akan menjadi rahasia dirinya, Alvin dan pengacara yang nanti akan menjadi saksi dalam penandatangan kontrak.
"Hari ini saya ingin mengumumkan sesuatu yang sangat penting sekali dan mungkin ini akan sangat mengejutkan untuk kalian semua namun saya harap, kalian menerima keputusan saya dan tidak ada yang boleh membantah karena di sini, saya adalah atasan kalian dan kalian harus menuruti apa yang saya ucapkan," tutur Alvin dengan suara datarnya. Bahkan wajahnya pun juga sangat datar sekali, tak ada wajah ramah sekali. Nara yang melihatnya pun jadi gemas sendiri.
"Nara, yang kalian kenal sebagai ART di rumah ini. Mulai hari ini akan menjadi nyonya muda kalian," ucap Alvin tenang namun mampu membuat mereka semua terkejut. Tak menyangka jika nasib Nara akan berubah drastis, yang tadinya seorang babu, kini menjadi majikan mereka.
"Apakah Tuan akan menikah dengan Nona Nara?" tanya Pak Han sopan, ia bahkan sudah menambahkan kata Non di depannya.
"Ya, saya tadi sudah melamarnya di ruang kerja saya dan dia menerimanya. Dan kami akan melangsungkan pernikahan kami dalam waktu dekat." jawab Alvin membuat Pak Han tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya. Ia tidak akan menolak siapapun yang akan menjadi pendamping majikannya itu. Apapun keputusan Alvin, ia akan mendukung sepenuhnya.
"Pak Han, saya minta semua baju dan barang milik Nara, pindahkan ke kamar yang ada disamping kamar saya. Dan mulai hari ini, Nara tidak perlu lagi bekerja. Jadi pekerjaaan yang Nara lakukan selama ini, bisa di alihkan ke yang lain. Tapi untuk membersihkan kamar saya, tetap Nara. Saya tak ingin ada yang memasuki kamar saya kecuali Nara," Ucap Alvin memberitahu.
"Baik, Tuan."
"Nara hanya bagian membersihkan kamar saja, bukan untuk bagian mencuci atau yang lainnya. Jadi untuk baju kotor saya, tetap di kerjakan yang lain."
"Baik, Tuan."
"Hari ini saya akan mengajak Nara jalan-jalan, dan saya ingin saat saya dan Nara pulang nanti, kamar di samping sudah bisa di tempati dan barang milik Nara sudah harus ada di sana dan tertata rapi."
"Baik, Tuan."
"Sekarang kalian boleh bubar."
Dan setelah itu, mereka pun segera pergi dari sana dan meninggalkan Nara dan Alvin berdua di ruang keluarga.
"Jujur aku malu," ungkap Nara.
"Malu kenapa?" tanya Alvin sambil menatap wajah Nara.
"Ya malu aja, karena status aku mendadak berubah gini. Entah mimpi apa aku semalam, sampai harus mendapatkan kejutan seperti ini," jawab Nara.
"Apakah kamu menyukai perubahan yang ada saat ini?" tanyanya.
"Jujur, iya. Siapa sih yang tidak mau berubah hidupnya? Aku rasa semua orang pasti mau, apalagi jika dapat imbalan yang tidak sedikit. Dengan uang itu, aku bisa merubah ekonomi keluarga aku di kampung," sahutnya.
"Apakah kamu menerima aku hanya karena uang?" tanyanya lagi.
"Emang apalagi? Bukankah semuanya ada timbal baliknya. Aku butuh uang dan kamu butuh status dari single menjadi seorang suami. Bukankah kita impas, saling memanfaatkan satu sama lain?" tanya balik Nara yang mulai memberanikan diri.
"Ya, kamu benar," balas Alvin. Entah kenapa mendengar jawaban Nara tadi, Alvin merasa kecewa. Tapi bukankah ini yang ia mau, ia yang sudah menawarkan Nara menjadi istri kontraknya. Tapi mendengar jawaban Nara tadi, kenapa Alvin seakan-akan tak terima.
Alvin bangkit dari tempat duduknya, Nara pun melakukan hal yang sama.
"Apakah aku harus ganti baju?" tanya Nara.
"Enggak perlu. Ayo berangkat." Nara pun menggandeng tangan Nara dan segera pergi dari sana. Santi, yang berdiri tak jauh dari sana, melihat mereka berpegangan tangan. Melihat hal itu, Santi merasa iri dengki. Pasalnya ia sudah lama mencintai Alvin, namun sayangnya, Alvin bahkan tak pernah meliriknya sama sekali.
Ia juga sudah bekerja sejak empat tahun yang lalu, dan selama empat tahun itu, bahkan ia gak pernah dekat dengan Alvin, jangankan dekat, bahkan untuk berbicara pun, ia tidak punya kesempatan.
Tapi Nara, ia hanya kerja selama satu tahun, namun sudah berhasil menggaet Alvin dan itu membuat Santi merasa sangat marah. Ia yakin, jika Nara sudah memanfaatkan kecantikannya untuk menggoda majikannya itu. Memikirkan hal seperti itu, membuat dada Santi seperti terbakar.
Santi emang tidak secantik Nara, namun ia sangat yakin jika dirinya bahkan jauh lebih menarik ketimbang Nara. Setelah melihat Nara dan Alvin pergi, Santi pun pergi ke kamar Nara untuk memindahkannya ke kamar utama di samping kamar Alvin.
Santi membereskan barang-barang Nara dengan kasar, ia seakan ingin melampiaskan kemarahannya itu dengan merusak beberapa barang milik Nara. Di saat Santi tengah murka dan marah terhadap dua pasangan itu, berbeda dengan Nara dan Alvin. Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju ke salon terkenal.
Alvin ingin memberikan yang terbaik buat Nara, jadi ia akan memilih salon terbaik dan nantinya mereka juga akan memilih baju dan alat make up dari merek ternama. Nara pun hanya menurut saja, toh bukan dirinya yang bayar, jadi Nara tidak akan menolak apalagi memberontak.
Alvin sedari tadi hanya curi-curi pandang ke arah Nara, sedangkan Nara, dari pertama ia masuk ke mobil sampai sekarang, terus menerus menatap ke luar jendela.
"Lehermu gak sakit, dari tadi natap ke luar jendela?" sindir Alvin.
"Enggak, aku malah senang bisa lihat pemandangan di sepanjang jalan," jawabnya santai, tanpa emosi.
"Emang pemandangan di luar sana lebih menarik ketimbang aku?" tanyanya lagi membuat Nara menoleh ke arah Alvin.
Alvin yang di tatap oleh Nara pun sedikit gugup. Sedangkan sang sopir yang fokus menyetir hanya diam tak bersuara.
"Apa maksudmu?" tanya Nara tak mengerti.
"Sudahlah." Alvin malas menjelaskan dan ia memilih untuk memainkan hpnya.
Sedangkan Nara, ia menatap Alvin dengan tatapan yang sulit di mengerti. Ia tidak tau, kenapa mood Alvin mudah berubah, sebentar dia baik, sebentar dia menyebalkan. Nara bahkan tidak tau, bagaimana menghadapi sikap Alvin yang seperti ini, sulit di tebak. Karena perasaannya yang mudah berubah-ubah.
Tak terasa mereka pun sudah sampai di salon, Alvin dan Nara segera turun dari sana. Alvin menggenggam tangan Nara untuk memasuki salon dengan lantai marmer itu.
Nara hanya bisa diam aja, walaupun jujur ia risih di pegang seperti ini karena seperti orang yang sedang ingin menyebrang jalan. Padahal Nara bisa jalan sendiri dan mengikuti langkah Alvin. Namun, Nara juga tak bisa untuk protes, karena ia takut kehilangan uang lima milliar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Am Mi
iklan nya sudah keterlaluan
2023-11-28
0