Pagi harinya, Alvin bangun jam setengah lima pagi, lalu ia segera mandi dan sholat subuh.
Habis sholat, Alvin mengganti pakaiannya dengan pakaian olah raga, ia ingin olah raga agar bentuk tubuhnya itu tetap terjaga, tetap fit, gak mudah sakit dan kuat tentunya.
Setiap pagi, Alvin selalu berusaha untuk tidak absen olah raga, karena baginya, olah raga itu sangatlah penting sekali.
Ia juga punya tempat gym sendiri di rumahnya, dan tempat gym itu ada di belakang rumah dekat dengan taman dan kolam. Ia, dia sengaja buat di sana agar bisa sekalian melihat tanaman di luar rumah, kalau pagi hari, udaranya juga segar dan bikin tambah semangat.
Saat Alvin sibuk olah raga, seperti biasa, Nara-wanita muda umur sembilan belas tahun segera memasuki kamar Alvin untuk membersihkannya.
Nara, dia wanita yang sangat cantik dan manis. Walaupun dia dari desa, tapi kulitnya kuning langsat, seperti terawat. Rambutnya juga sebahu di potong lurus, sangat hitam dan lebat. Alisnya juga tebal, begitupun dengan bulu matanya, yang tebal dan melengkung ke atas. Hidungnya sedikit mancung dan bibirnya tipis berwarna pink. Pipinya sangat chubby walaupun tubuhnya kurus.
Kenapa Rambut, Alis dan Bulu Matanya lebat, karena Nara dari kecil suka memakai lidah buaya, ia sering menggunakan itu setiap kali mau tidur, hingga setelah bertahun-tahun hasilnya pun sangat memuaskan. Untuk kulitnya, ia juga seringkali memakai bengkoang yang ia ambil dari belakang rumahnya, lalu ia parut dan di jadikan lulur saat mandi. Dan biasanya Nara akan melakukannya seminggu tiga kali.
Namun sejak merantau ke Jakarta tahun lalu, Nara tak lagi melakukannya karena ia sibuk bekerja dari pagi sampai sore, bahkan kadang sampai malam. Namun tak masalah, karena Nara masih terlihat cantik walaupun tidak memakai make up sekalipun. Yang penting mandi tiga hari sekali, ambil wudhu minimal lima kali sehari dan menjaga kebersihan. Itulah yang Nara lakukan.
Nara emang jarang bertemu Alvin bahkan sebulan mungkin cuma sekali dua kali itu pun sekilas karena Nara selalu membersihkan kamar Alvin saat Alvin tengah sibuk olah raga, Nara membersihkannya dengan secepat kilat sehingga saat Alvin kembali ke kamar, Nara sudah selesai dan sudah ada di ruang cuci, di mana ia akan mencuci baju lalu menjemurnya, menyetrikanya saat sore hari.
Nara emang sengaja tak menampakkan wajahnya karena ia tak mau mencari masalah. Bagaimanapun Nara ke Jakarta untuk cari uang dan membantu orang tuanya di kampung untuk memperbaiki ekonomi keluarganya.
Setiap bulannya, Nara mengirim semua gajinya, karena memang di Jakarta, ia gak perlu pegangan uang. Karena uang makan dan kebutuhannya sudah di tanggung oleh majikannya itu. Lagian ia berfikir, jika orang tuanya itu pasti jauh lebih butuh uang itu dari pada dirinya.
Entah karena apes atau gimana, saat ini Alvin menyudahi olah raganya lima belas menit lebih awal, mungkin karena ia lagi suntuk, jadi semangat olah raganya sedikit mengendur. Setelah istirahat lima menit setelah olah raga, ia berjalan memasuki kamarnya dan saat itu, Nara sudah menyelesaikan bersih-bersih kamar Alvin dan hendak keluar. Namun betapa kagetnya dia saat Alvin membuka pintu itu lebih dulu.
"Kamu siapa? Kenapa ada di kamar aku?" tanyanya, yang memang selama ini tak terlalu memperhatikan wajah cantik Nara. Dan lagi yang mengurus semua pelayan di rumahnya itu ada Pak Han, laki-laki paruh baya yang sudah bekerja di kediaman Nyonya Besar saat Alvin masih umur tiga tahun. Lalu setelah itu, ia bekerja di bawah naungan Alvin saat Alvin memintanya untuk menjadi kepala pelayan lima tahun tahun. Saat itu, Alvin masih umur dua puluh tiga tahun namun ia sudah bisa membeli rumah yang ia tempati saat ini, dengan hasil jerih payahnya.
"Saya Nara, Tuan. Pembantu di rumah ini," jawabnya sambil menundukkan kepala.
"Pembantu, sejak kapan Pak Han memperkerjakan kamu di rumah ini?" tanyanya dingin. Namun sorot matanya menatap tajam ke arah Nara yang sedari tadi menundukkank kepalanya.
"Sejak tahun lalu, Tuan," jawabnya membuat Alvin kaget.
"Satu tahun?" ulangnya takut salah denger, walaupun ia yakin, ia gak mungkin salah denger. Tapi kenapa ia tidak tau, padahal mereka tinggal satu atap.
"Iya," sahut Nara pendek, membuat Alvin menganga karena Nara selain tak mau melihat wajahnya, juga menjawab pertanyaannya singkat sekali.
"Kenapa kamu dari tadi lihat lantai terus? Emang lantainya akan berubah jadi emas, jika kamu pandangi terus seperti itu?" sindir Alvin, akhirnya Nara pun memberanikan diri menatap Alvin. Dan entah kenapa dada Alvin langsung bergetar melihat kecantikan Nara.
"Kenapa aku baru tau ada wanita secantik ini di rumah aku?" gumamnya dalam hati.
"Jadi kamu yang satu tahun terakhir ini selalu membersihkan kamarku?" tanya Alvin lagi, berusaha untuk bersikap tenang walaupun jantungya sudah seperti mau melompat saja.
"Iya, Tuan," jawab Nara sambil sedikit menganggukkan kepalanya.
"Oh." Alvin melihat Nara dari bawah sampai atas
"Sempurna," ucapnya dengan suara kecil namun masih bisa di dengar oleh Nara.
"Apanya yang sempurna, Tuan?" tanya Nara pelan, takut menyinggung perasaan Alvin.
"Pekerjaan kamu sangat sempurna," kilahnya. Entah kenapa Alvin memilih berbohong dari pada jujur terhadap perasaannya saat ini yang tengah kacau.
"Nama kamu siapa?" tanya Alvin penasaran. Astaga, entah majikan macam apa dirinya, bahkan nama asisten rumah tangganya aja dia gak tau.
"Nara," jawabnya.
"Nara saja?"
"Nara Putri Cahyani."
"Oh, baiklah. Kamu boleh keluar. Tapi nanti sehabis sarapan, kamu pergi ke ruang kerja saya," tuturnya membuat Nara mengernyitkan dahi.
"Apakah Tuan akan memecat saya?" tanya Nara cemas.
"Kenapa kamu berfikir seperti itu? Emang kamu melakukan kesalahan apa, sampai saya harus memecat kamu?" tanya Alvin membuat Nara menghembuskan nafas lega.
"Baiklah, kalau begitu, sampai ketemu nanti." Dan setelah itu, Nara pergi begitu saja dari sana. Bahkan ia berjalan cepat seakan tak ingin berlama-lama bertatapan dengan Alvin.
"Apakah wajahku kurang tampan, sampai dia gak mau lihat aku lebih lama?" tanya Alvin pada dirinya sendiri. Ia segera masuk kamar dan mengunci pintu itu dari dalam.
Ia mengambil handuk dan membawanya ke kamar mandi, Alvin sudah tak lagi merasa gerah, hanya saja kulitnya terasa lengket sekali, jadi ia ingin segera mandi dan sarapan pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments