Hari ini Alvin bangun dari tidurnya dengan perasaan yang sangat teramat kacau. Ia bahkan bangun pada siang hari dan tanpa sengaja melewatkan jam kuliahnya.
Sebenarnya itu bukan-lah sebuah masalah yang besar jika sesekali ia bolos kuliah karena toh selama ini ia sangat aktif masuk kuliah. Alvin tak pernah bolos.
Lagipula akan percuma jika ia memaksa pergi ke kampus hari ini. Ia tentu tak akan fokus pada penjelasan para dosennya nanti, pasalnya ia masih akan terus teringat dengan perlakuan Karina padanya kemarin.
Selain itu Alvin juga belum siap jika harus bertemu dengan Karina di kampus nanti. Satu fakta, gedung fakultas gadis itu memang berada di dekat gedung fakultas Alvin. Jadi pasti akan sangat mudah bagi Alvin untuk bertemu dengan gadis itu tanpa sengaja. Mereka akan tetap bertemu sekalipun Alvin berusaha untuk menghindarinya.
Saat ini Alvin tengah duduk di sofa yang ada di ruang tamunya sambil menikmati semangkuk sereal yang di campur dengan susu. Ia hanya fokus makan sampai akhirnya dering ponsel mengalihkan perhatiannya.
Ddrrtttt... Ddrrtttt...
Alvin menghela napasnya pelan saat membaca nama pengirim pesan yang tertera di layar ponselnya. Pesan itu berasal dari Dave, sahabatnya. Dan setelah ia cek lagi ternyata ada pesan yang sama dari beberapa teman sekelasnya yang lain.
Ia tak berniat membalas dan memilih mengabaikan pesan itu. Alvin tau kalau pesan-pesan itu pasti berisi pertanyaan dari teman-temannya tentang alasan dari ketidakhadirannya di kampus hari ini. Mereka pasti heran karena selama ini Alvin memang tak pernah sekali pun absen dalam mata kuliah apapun apalagi sampai bolos.
Alvin melirik jam dinding di kamarnya yang kini sudah menunjukan pukul dua belas siang. Alvin menyadari kalau dua jam lagi adalah waktu untuknya bekerja.
Alvin mengusap wajahnya kasar dan dengan cepat menghabiskan sisa makanannya. Ia harus bersiap sekarang karena ia harus pergi ke bengkel terlebih dahulu untuk mengambil motornya yang sempat mogok kemarin, baru setelah ia lanjut pergi ke tempat kerjanya.
Setelah menghabiskan makanannya, Alvin segera pergi ke kamar mandi, untuk bersiap. Sesampainya di kamar mandi, Alvin hanya diam sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia lalu tersenyum miris pada dirinya sendiri begitu menyadari betapa kacaunya ia saat ini.
Sakitkah ia? Tentu saja. Alvin tentu merasa sangat hancur setelah mendapat perlakuan kejam dan juga penghinaan seperti itu dari orang yang sangat ia cintai. Lagipula siapa yang menduga kalau pada akhirnya Karina akan menghianatinya cintanya seperti ini.
Ya, tak ada manusia yang sempurna. Sebaik apapun manusia tentu akan memiliki sisi jahatnya, termasuk Karina.
Mengingat semua itu membuat Alvin sadar jika ia terus meratapi hal-hal seperti ini tentu akan membuatnya semakin merasa kacau. Ia harusnya melupakan kejadian itu dan berusaha kembali jadi lebih baik lagi. Dan karena tak ingin berlama-lama lagi mengasihani dirinya sendiri, Alvin segera mandi dan bersiap-siap untuk bekerja.
Dan, setibanya Alvin di restoran tempatnya bekerja, ia segera mengenakan seragam kerjanya dan bergegas untuk melayani para pelanggan. Di setiap kegiatannya, Alvin terus mencoba untuk tetap berkonsentrasi dan berusaha untuk melupakan segala hal buruk yang terjadi padanya yang akan merusak fokusnya dalam bekerja.
Namun tetap saja, sekuat apapun dia mencoba untuk melupakan hal buruk itu, di beberapa kali kesempatan terlihat Alvin masih tidak bisa fokus. Ia terus menerus teringat pada semua hal yang terjadi kepadanya beberapa waktu lalu, semua kesedihannya dan semua kesialan yang terjadi padanya.
"Alvin, kenapa pesanan meja nomor lima belas belum kau antar juga?" ujar salah seorang rekan kerja Alvin. Namun sepertinya pemuda itu tak mendengarnya. Alvin tak menjawab dan hanya diam melamun di tempatnya.
"Aiss.. kenapa dia malah melamun di situ?" gerutu rekan kerjanya lagi lalu berjalan perlahan mendekati Alvin.
"Hei! Alvin!" ujarnya sambil menepuk bahu pemuda itu pelan.
Alvin seketika tersadar dari lamunannya dan dengan gelagapan menjawab. "Ah, ya maaf! Ada apa?" ujarnya.
"Kenapa kau malah melamun di sini? Apa kau tidak mendengar aku memanggilmu sejak tadi." tanya sang rekan kerja dengan heran. "Ada apa? Apakah ada yang menganggu pikiranmu?"
Alvin menggeleng pelan. "Aku tidak mendengarmu tadi, maafkan aku! Tapi aku baik-baik saja."
"Ya sudah! Kalau begitu cepat kau antarkan makanan dan minuman pesanan ini ke meja nomor lima belas." ujarnya. "Cepat antar, kalau tidak nanti makanannya keburu dingin."
"Ah, baiklah. Mana pesanannya?" ujar Alvin sambil mengambil nampan makanan pemberian rekan kerjanya itu.
"Ini! Antar cepat dan jangan banyak melamun. Lihat! Bos sudah memperhatikanmu sejak tadi." ujar sang rekan kerja dengan sedikit berbisik, mencoba memperingatkan Alvin. "Dia bahkan melihatmu seperti akan memakanmu hidup-hidup!
"I-iya!" jawab Alvin gugup sambil melirik ke arah sang atasan yang berdiri tidak jauh darinya.
Namun baru beberapa langkah, Alvin tanpa sengaja menabrak seseorang pelanggan yang lewat di depannya hingga makanan dan minuman yang ia bawa tumpah begitu saja, mengotori pakaian pelanggan itu.
"Aw.. apa yang kau lakukan? Kenapa kau malah menabrakku?" bentak sang pelanggan.
"Ma-maaf tuan!" ucap Alvin menundukkan badannya, mencoba meminta maaf.
Sang pelanggan yang ternyata seorang lelaki tua itu terlihat sangat marah. "Hais! Kau ini bagaimana sih? Kau lihat ini! Bajuku jadi kotor seperti ini!" omelnya.
"Maaf tuan, saya benar-benar minta maaf!" ujar Alvin terus membungkukkan badannya. Ia benar-benar tidak sengaja tadi. "Saya bantu bersihkan, tuan!"
Namun lelaki tua itu langsung menepis tangan Alvin yang hendak membersihkan pakaiannya.
"Jangan pernah berani menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" ujar lelaki itu dengan ekspresi kesalnya.
"Ada apa ini?" ujar suara tegas dari atasan Alvin.
Mendengar itu, seketika saja wajah Alvin langsung memucat. Terutama saat ia melihat sang atasan yang tengah datang mendekat ke arahnya. Ia menatap dengan takut pada wajah sang atasan yang tengah menatapnya tajam.
"Lihat ini! Lihatlah ulah pelayanmu!" ujar lelaki tua itu pada atasan Alvin. "Dia sudah menumpahkan makanan dan minuman yang dia bawa dan membuat pakaian milikku jadi kotor seperti ini."
"Ma-maaf tuan!" sekali lagi Alvin meminta maaf.
Sang atasan kini terlihat ikut menundukkan setengah badannya. "Saya selaku pemilik restoran meminta maaf tuan dan juga maafkan pelayan saya ini, tuan."
"Minta maaf saja di pikir cukup!" ujar lelaki itu tak terima. Suaranya yang nyaring bahkan membuat beberapa pengunjung yang sejak tadi memperhatikan mereka mulai terganggu.
"Sa-saya…"
"Aku akan ada rapat penting hari ini dan sekarang pakaianku jadi kotor!"
Sang atasan bergerak maju dan kembali membungkukkan badannya.
"Sekali lagi saya ucapkan permohonan maaf untuk anda tuan. Sebagai gantinya kami akan ganti rugi untuk pakaian anda. Bagaimana?" tawar atasan Alvin memberi jalan tengah.
"Terserah kau saja!" ujar lelaki itu acuh.
"Boleh saya tau, berapa harga pakaian anda, tuan?" tanya sang atasan pada sang pelanggan.
"Jas ini adalah jas bermerek. Harganya sangat mahal, sekitar lima juta. Kemejanya hanya lima ratus ribu. Dan celana? Untuk celana aku rasa tidak perlu di ganti karena celanaku baik-baik saja. Jadi kalau di total semuanya sekitar lima juta lima ratus ribu rupiah."
Alvin hanya bisa melongo mendengar total harga pakaian yang baru saja di sebutkan oleh pelanggan itu. Bagaimana bisa ada orang yang memiliki pakaian semahal itu?
Pakaian yang Alvin gunakan selama ini bahkan hanya seharga lima puluh ribu per lembar. Lantas bagaimana caranya dia bisa ganti rugi uang sebanyak itu.
Sementara itu atasan Alvin-lah yang akhirnya harus membayar kerugian dari sang pelanggan agar membuat pelanggan itu menjadi lebih tenang. Setelah urusan ganti rugi selesai, sang pelanggan akhirnya pergi meninggalkan restoran itu.
Dan setelah segala kerusuhan yang baru saja terjadi, saat ini sang atasan memanggil Alvin dan memintanya agar menemuinya di ruang kantor.
Di dalam ruangannya, ia menatap Alvin dengan tatapan tajam. Itu jelas membuat Alvin menunduk takut.
"Alvin!" panggil sang atasan dengan nada dinginnya.
"Ya bos?" jawab Alvin gugup.
"Kau di pecat!" ucap sang atasan dengan tiba-tiba.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments