Mendengar pengakuan mengejutkan dari lelaki bertubuh kekar itu sontak saja membuat mata Alvin semakin membulat.
"Kau bilang Karina adalah pacarmu?" tanya Alvin dengan tatapan tak percaya. "Jangan bicara omong kosong! Itu jelas tidak mungkin karena Karina adalah pacarku, lalu bagaimana bisa dia menjadi pacarmu?"
Lelaki atletis itu tertawa kecil saat mendengar pertanyaan konyol yang baru saja keluar dari mulut Alvin.
"Aku curiga, kau pasti tidak tau kalau Karina sudah berselingkuh darimu kan?" ujarnya sinis.
Mendengar itu kedua mata Alvin langsung beralih pada Karina, menatap kaget pada sang kekasih. "Karina! Apa yang dia katakan barusan? Kau, kau sudah berselingkuh dariku?"
"Kenapa memangnya?" Karina melipat kedua tangannya di depan dada dan menaikkan sebelah alisnya, menatap Alvin dengan sinis.
Karina kemudian menghela. "Baiklah, biar aku perjelas saja semuanya disini. Dia ini Steve! Mahasiswa tingkat lima, dia senior kita di kampus dan kuliah di jurusan yang sama denganku. Dan ya! Aku memang sudah memilih untuk berselingkuh darimu, kenapa? Kau tidak terima?"
"Karina! Apa yang kau katakan?" Alvin berujar dengan lirih. "Kenapa kau berselingkuh dariku?"
Lelaki atletis bernama Steve itu tertawa renyah, menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku pemuda di hadapannya ini.
"Karina sayang, kau dengar pertanyaan konyol macam apa yang baru saja keluar dari mulut pemuda kurus ini?" ujar Steve dengan senyum mengejek.
Karina mengangguk mengiyakan, tersenyum pada lelaki itu kemudian menatap Alvin dengan dingin. "Aku mendengarnya dengan jelas, Steve. Dan bukankah sudah pernah aku bilang padamu kalau dia ini sangat bodoh!"
Alvin bergerak hendak mendekat pada Karina namun langkahnya terhenti saat melihat gadis itu tiba-tiba merangkul lengan milik lelaki bernama Steve itu.
"Kami sudah pacaran dua bulan!" ujar Karina memasang raut angkuh.
"Apa ini, Karina? Jadi semua ini benar?" Alvin menatap Karina dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat semua kelakuan Karina saat ini membuat hatinya terasa sangat perih. Bahkan jantungnya serasa di tusuk dengan sesuatu yang sangat tajam hingga ia merasa sakit tiada tara setelah mendengar ucapan dari gadis yang baru saja mengajaknya putus itu.
Steve mendecih. "Astaga, pertanyaan bodoh macam apa lagi yang baru saja di lontarkan pemuda ini pada kita, sayang?"
Steve menatap Karina sebentar kemudian beralih pada Alvin, menatap pemuda tampan namun bodoh di hadapannya itu sambil tersenyum mengejek.
"Jangan dengarkan dia, Steve! Kau tahu, karena sifat bodohnya itulah yang menjadi penyebab aku sangat tidak betah menjalani hubungan dengannya. Dan aku benar-benar tidak mau memiliki hubungan apapun lagi dengannya sekarang."
"Bukankah dia pintar saat di kampus?" tanya lelaki itu pada Karina. "Dia kan terkenal karena kepintarannya?"
"Ya, untuk bidang pendidikan dia memang pintar. Tapi untuk urusan hati, dia memang sangat bodoh." Karina lalu menghela pelan. "Kau tau, sayang? Selama ini aku merasa pacaran dengan anak kecil! Dia benar-benar seperti bocah." Karina merengek pada lelaki berbadan tegap itu.
"Kau benar sayang!" Steve melirik Alvin dengan malas.
"Di kampus dia memang sering mendapat julukan mahasiswa cerdas. Tapi aku tidak menyangka jika di dunia ini aku akan bertemu dengan lelaki yang bodoh untuk masalah hubungan seperti dia ini. Tapi sekarang aku paham alasan kenapa kau sangat ingin meninggalkannya." lanjut Steve lagi.
"Diam kalian!" bentak Alvin nyaring.
Alvin mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ia merasa sangat kesal karena terus di sebut bodoh berkali-kali seperti itu.
"Aku tidak bodoh!" sambung Alvin kesal.
Steve menyeringai.
"Wow! Lihat ini, dia berani membentakku!" Steve menatap Alvin dengan tatapan tajam. "Kau berani padaku, hah?"
"Berani? Ck, jangan hanya karena badan besarmu itu kau pikir aku takut padamu!" tantang Alvin balik.
Rahang Steve mengeras, "Bocah ini cukup berani rupanya."
"Aku tidak takut padamu!" ucap Alvin dengan nada yang di tekan. Alvin kemudian bergerak maju dan mencoba memukul Steve, namun gerakannya terhenti saat Steve dengan gesit menahan kepalan tangannya itu.
"Jangan menantangku, bocah!" ujar Steve kemudian menghempaskan tangan Alvin begitu saja. "Kau bahkan tidak bisa memukul dengan benar!"
Steve lalu bergerak maju dan mendorong tubuh Alvin hingga tubuh kurus pemuda itu langsung tersungkur ke atas tanah.
"Cih, apa-apaan ini?" Steve menatap remeh pada Alvin yang sudah terjembab ke atas tanah. "Pemuda lemah sepertimu ingin memukulku? Lucu sekali." ledek Steve setelah berhasil melumpuhkan Alvin dengan cara yang baginya sangatlah mudah.
Alvin tampak sangat kesal pada pemuda di hadapannya itu terutama karena semua ejekan yang di tujukan Steve padanya. Alvin membenci dirinya sendiri yang saat ini benar-benar tidak berdaya dan tidak mampu melawan lelaki berotot itu.
Setelah itu Steve langsung menoleh pada Karina yang kini tengah menatap Alvin yang tengah terbaring di atas tanah, di hadapannya. Gadis itu bahkan tampak tak peduli dengan apa yang terjadi.
"Karina, kau lihat apa yang terjadi barusan? Pemuda bodoh ini lucu sekali. Dia tidak sadar dengan tubuh kurus dan lemahnya itu. Dan malah berani bermain-main denganku!"
Karina mendecih sinis. "Itu bukan lucu Steve, tapi menjijikan!"
Steve kembali menoleh pada Alvin yang masih dalam posisi terbaring di atas tanah. "Kau dengar itu, bodoh? Karina bilang kalau kau ini menjijikan!" ledek Steve.
"Pantas saja Karina selalu berniat untuk pergi meninggalkanmu dan lebih memilihku sebagai kekasihnya barunya, kau terlalu lemah untuk ukuran laki-laki." ujar Steve terus-menerus meledek Alvin. "Aku yakin tidak akan ada wanita yang mau menjadi kekasihmu lagi. Karina saja menyesal sudah bersamamu waktu itu, benar kan sayang?"
"Ya sayang! Dia populer di kampus sebagai orang paling tampan dan pintar, tapi aku menyesal setelah menyadari betapa bodohnya dia. Selain itu dia juga sangat miskin." Karina berujar dengan wajah sebal.
"Karina, tapi kita-"
"Dengar Alvin! Aku memilih Steve karena sifatnya jauh lebih dewasa darimu. Lagipula siapa yang akan menolak laki-laki seperti Steve ini? Dia bisa memberiku apapun yang kau bahkan tidak bisa memberikannya."
Tubuh Alvin gemetar hebat. Sejak tadi ia sudah berusaha untuk menahan emosinya. Ia memukul tanah yang ada di dekatnya, mencoba menyalurkan emosi yang ia rasakan. "Karina, kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku padamu?"
Karina tidak menjawab, ia hanya memutar bola matanya malas. Karina kemudian menarik tangan Steve untuk mengajaknya pergi dari tempat itu.
"Steve, ayo kita pergi dari sini. Aku yakin, sebentar lagi lelaki bodoh ini pasti akan membuat drama yang menyedihkan di sini dan akan membuat kita berdua malu." Karina terus menggeret lengan Steve menuju mobil milik lelaki itu. "Sebentar lagi dia pasti akan menangis, karena dia ini sangat cengeng."
Steve mengangguk dan hanya menggedikkan bahunya acuh. Ia dengan santainya mengikuti tarikan Karina. "Baiklah, sayang! Aku sih terserah padamu saja."
Kedua sejoli itu akhirnya melangkah pergi menuju mobil Steve yang memang terparkir di dekat mereka.
"Tunggu Karina!" teriak Alvin, namun tidak dihiraukan sama sekali oleh gadis itu.
Alvin sontak bangkit dari posisi tersungkurnya dan langsung mengejar Karina yang saat ini sudah memasuki mobil milik Steve. Alvin tak peduli dan menggedor-gedor kaca mobil yang di naiki Karina.
"Karina, tunggu! Jangan tinggalkan aku. Aku tidak mau putus denganmu, aku benar-benar sayang padamu!" teriak Alvin. "Karina! Dengarkan aku dulu!"
Namun mobil itu terus bergerak meninggalkan Alvin hingga akhirnya menghilang di ujung tikungan jalan. Melihat kepergian Karina itu, Alvin tidak lagi bisa menahan emosinya hingga akhirnya tangisnya pun pecah.
"Aku salah apa, Karina?" ujar Alvin pada dirinya sendiri dengan air mata yang sudah meleleh di pipinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments