"Sia.lan, aku pasti bisa dibunuh oleh tuan Shen," ucap David yang menjambak rambutnya.
"Mobil hilang dan orangnya juga hilang, kemarahan bos kali ini pasti berkali lipat," ujar David.
Mansion Dennis.
Setelah gagal membawa Vivian kembali David menemui atasannya itu. saat itu Dennis sedang menghabiskan beberapa gelas minumannya. walau hanya diam bukan berarti ia tidak marah.
"James, lapor perampokan itu!" perintah Dennis.
"Iya, Tuan," jawab James yang melangkah pergi.
"Mobil dibawa pergi dan seorang gadis yang telah berada di dalam mobilmu juga bisa lolos. apakah dirimu begitu tidak berguna sehingga bisa membiarkan dia lolos?"tanya Dennis yang sedang menahan emosi.
"Ini adalah kelalaian saya, Tuan," ucap David dengan menunduk.
"David, aku sudah memberimu kesempatan, setiap kali kau selalu gagal. calon istriku bisa kabur begitu saja. apakah aku harus turun tangan sendiri...."
"Tuan ini sangat sombong, kenapa tidak turun tangan sendiri saja? lagi pula gadis itu adalah tunangannya," batin David.
"Tuan, saya akan mencarinya lagi," ucap David dengan menunduk.
"Kirim lebih banyak anggota, dan setelah kalian mengetahui keberadaannya hubungi aku dan jangan kejutkan dia!" perintah Dennis dengan tegas.
"Baik, Tuan."
Sesaat kemudian nada dering masuk ke handphone milik Dennis.
Dennis membaca nama panggilan tersebut dan kemudian menekan tombol jawab.
"Hallo," sahut Dennis dengan nada cuek.
"Malam ini pulang makan bersama!" jawab pria yang di seberang sana.
"Aku tahu," jawab Dennis yang kemudian memutuskan panggilannya.
Mansion keluarga Shen.
Dennis baru tiba dengan membawa mobil mewahnya ke kediaman ayahnya itu, setelah menghentikan mobilnya ia pun keluar dan melangkah masuk ke dalam rumah mewah keluarganya, saat ia baru masuk ia menghampiri seorang pria berusia enam puluh tahunan yang sudah beruban sedang membaca koran di ruang tamu itu.
"Pa," sapa Dennis yang duduk di sofa bersama ayahnya, Mike Shen. selama ini hubungan mereka bisa dikatakan tidak begitu baik. setelah kematian sang ibunya, ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. hubungan Dennis dan ibu tirinya itu sama sekali tidak pernah akur.
"Bagaimana, belakangan ini jarang pulang, apakah di perusahaan mu begitu sibuk?" tanya Mike yang sedang membaca koran.
"Tidak juga," jawab Dennis dengan cuek sambil melipat kedua tangannya di depan.
"Vivian belum pulang?"
"Belum, dia belum puas menimbulkan masalah," jawab Dennis dengan wajah datar.
"Dennis, terkadang terhadap anak gadis kau harus lebih banyak mengalah. Vivian anak ini sangat baik. hargai dia dan bersikap lembut dengan dia!"
"Aku tidak pernah memarahinya dan karena terlalu sering memanjakan dia, dia menjadi semakin berani."
"Kalian mungkin tidak pernah bicara dengan baik, sehingga sama-sama saling tidak memahami. hari pernikahan kalian sudah mau tiba. tapi orang masih belum kau temukan. pada saat itu bagaimana kau ingin memberi penjelasan pada orang tuanya."
"Dia yang ingin pergi, bukan aku yang mengusirnya. apa yang perlu ku jelaskan," kata Dennis dengan nada kesal.
"Dennis, dirimu akan segera menjadi suami orang, kalau sikapmu terhadapnya begitu keras maka dia akan merasa tidak nyaman. kalian sudah lama bersama. tapi, masih saja saling tidak memahami antara satu sama lain,".ujar Mike yang melepaskan kaca matanya.
"Selama ini aku tidak pernah kasar terhadapnya, dan berikan apa pun padanya, apa masih tidak cukup? kalau saja dia tidak bisa hidup bersamaku, maka kami kembali ke jalan masing-masing saja. ini juga tidak sulit bagiku," kata Dennis dengan tegas.
"Dennis, semua ini tergantung padamu saja! papa tidak bisa memaksamu. kalian sudah tinggal bersama selama beberapa tahun. orang tuanya sengaja tidak ingin membawanya pergi agar kalian bisa memupuk perasaan kalian. akan tetapi kalau kalian masih tidak bisa berkomunikasi dengan baik, maka kalian buatlah keputusan yang kalian inginkan," ucap Mike.
"Aku tidak akan mengalah dengan gadis yang keras kepala seperti dia," ujar Dennis yang sedang menahan emosi.
"Mike, makanan sudah siap, makanlah dulu!" ucap seorang wanita yang menghampiri Mike.
"Dennis, kau sudah datang. marilah makan bersama!" ajak wanita itu yang tak lain adalah istri kedua Mike.
Dennis yang tidak pernah akur dengan wanita itu selalu saja mengabaikan ucapannya. ia hanya diam tanpa menjawab sapaan ibu tirinya itu.
Makan malam bersama.
"Sebelum pernikahan kalian tiba, pertimbangkan dengan baik. menikah atau tidak tergantung pada kalian berdua. papa dan orang tua Vivian tidak pernah melakukan perjanjian bahwa kalian harus menikah. semua terserah pada kalian saja," ucap Mike yang sambil menyantap makanan.
"Aku akan pertimbangkan lagi, aku tidak mau menikah hanya karena hubungan dua keluarga kita yang selama ini terjalin dengan baik."
"Dennis, sebelum membuat keputusan, papa berharap kamu sadar bagaimana perasaanmu terhadap Vivian selama ini," ujar Mike
"Mike, Dennis bukan anak kecil lagi biarlah dia yang membuat keputusan," ucap istrinya.
"Aku hanya tidak ingin dia menyesal saja, dan dia harus pastikan dulu apa perasaannya terhadap anak itu," kata Mike yang minum air putih.
"Dennis, kamu juga harus mengubah sikapmu! jangan terlalu keras terhadap anak gadis. kalau kau mencintainya ubahlah sikapmu menjadi lebih lembut dan perhatian, jangan terlalu tegas seperti saat kau di perusahaan," ujar Ibu tirinya.
"Ini adalah urusanku, aku tahu apa yang harus ku lakukan," jawab Dennis dengan nada agak kesal.
"Hanya menasehati saja, tidak perlu merasa tidak gembira. aku juga tidak berniat jahat," ucap ibu tirinya.
"Urus saja dirimu sendiri!" jawab Dennis
"Dennis, bibimu hanya demi kebaikan mu saja, jangan bicara seperti itu!" kata Mike.
"Aku sudah kenyang," ujar Dennis yang bangkit dari tempat duduknya.
"Anak ini...," ucap Mike yang terhenti.
"Lihatlah sifatnya...siapa yang bisa tahan dengan sifatnya, pantas saja gadis itu kabur terus," kata Mike yang merasa kesal.
"Sudah! jangan dipikirkan lagi! biarkan saja. kita juga sudah tahu sifatnya," ujar istrinya.
"Mimin, dia sudah dewasa, selain urusan bisnis dia tidak suka bergaul dengan siapa pun. kini bahkan tunangannya saja memilih pergi. kalau begitu terus dia akan hidup sendirian hingga tua," ucap Mike yang merasa kesal.
Perjalanan.
Dennis melajukan mobilnya. di sepanjang jalan wajahnya tidak gembira dan merasa kesal sambil menghentakan tangannya di setir mobil.
"Vivian Lin, seumur hidupku tidak pernah dipermainkan seperti ini. kau yang pertama mempermainkanku," bentak Dennis yang merasa kesal. sesaat kemudian ia menghentikan mobil di suatu tempat. ia keluar dari mobilnya dan melihat pemandangan di malam hari. ia berdiri di jalan yang tinggi bisa melihat semua bangunan-bangunan seluruh kota yang dia tempati.
Malam itu Dennis berdiri selama satu jam lamanya, ia melihat banyak kendaraan lalu lalang yang di bawah sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Winda Violita
lnjut kkk krna mu sungguh luar biasa 😘😘🥰
2022-11-08
0
Thooorr itu rumah atau hotel bintang empat????
cantik amiitttt .........
halu author 🤝🤝🤝🤝🤝
2022-11-08
1
Lydia
Lanjut Author.... terima kasih 😀👍🏻
2022-11-08
0